Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasa bahwa kebaikan hanya akan berarti jika dilakukan dalam bentuk besar, megah, atau luar biasa. Padahal, sesungguhnya setiap kebaikan sekecil apapun memiliki nilai yang sangat besar di sisi Allah ﷻ. Pesan sederhana namun mendalam: “Teruslah bersedekah meskipun hanya sedikit, dan jangan pernah merasa malu ketika hanya mampu memberi sedikit untuk sedekah, karena selalu ada kebaikan dalam berbagi. Tidak peduli seberapa kecil yang kamu berikan.”
Sedekah Tidak Pernah Sia-sia: Sedekah bukanlah soal jumlah, melainkan soal keikhlasan. Allah ﷻ menilai amal seorang hamba dari niatnya. Satu rupiah yang diberikan dengan hati yang tulus bisa lebih berharga dibandingkan jutaan rupiah yang disertai riya’ dan kesombongan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jagalah diri kalian dari api neraka walau hanya dengan (bersedekah) separuh biji kurma.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menegaskan bahwa sekecil apapun sedekah, ia tetap menjadi penyelamat kita di akhirat kelak.
Kebaikan Kecil, Dampak Besar
Mungkin kita merasa bahwa memberi seribu rupiah, sepotong roti, atau segelas air hanyalah hal kecil. Namun bagi orang yang sangat membutuhkan, itu bisa menjadi penyambung hidup. Bagi seorang fakir yang lapar, sepotong roti adalah nikmat tak terhingga. Bagi seorang musafir kehausan, segelas air adalah penyelamat. Allah ﷻ Maha Mengetahui setiap kebaikan, sekecil apapun itu.
Sedekah Menyucikan Hati dan Harta: Setiap kali kita memberi, sesungguhnya bukan orang lain yang mendapat manfaat pertama, tetapi diri kita sendiri. Sedekah membersihkan harta dari sifat tamak, menenangkan hati dari rasa khawatir berlebihan terhadap dunia, dan membuka pintu keberkahan. Allah ﷻ berfirman: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka…” (QS. At-Taubah: 103).
Jangan Malu untuk Berbagi: Banyak orang menunda bersedekah karena merasa pemberiannya terlalu kecil. Padahal, rasa malu semacam itu justru bisa menghalangi datangnya keberkahan. Ingatlah, sedekah adalah bentuk cinta kasih yang tak harus diukur dengan angka. Bahkan senyuman yang tulus kepada sesama pun sudah dihitung sebagai sedekah.
Mengalirkan Kebaikan Tanpa Henti
Setiap sedekah yang kita berikan ibarat menanam benih kebaikan. Ia mungkin terlihat kecil, tetapi bisa tumbuh menjadi pohon amal yang rindang. Satu bantuan kecil bisa menginspirasi orang lain untuk ikut memberi. Maka, jangan remehkan kebaikan kecil.
Penutup: Mari kita jadikan bersedekah sebagai kebiasaan sehari-hari. Tidak perlu menunggu kaya, tidak perlu menunggu banyak. Beri apa yang ada, dari hati yang ikhlas. Karena Allah tidak melihat besar kecilnya pemberian, tetapi melihat seberapa tulus niat kita.
Sedekah adalah investasi akhirat. Dan investasi terbaik adalah yang tidak pernah kita sesali, melainkan selalu kita syukuri.
Doa dan Bimbingan Allah dalam Perbedaan.
Doa seorang hamba yang tulus selalu berpangkal pada harapan akan hidayah. Lafaz doa “Ya Allah beri aku hidayah terhadap perbedaan dalam kebenaran dengan izin Engkau, sesungguhnya Engkau memberi hidayah kepada jalan yang lurus bagi yang Engkau kehendaki” mengajarkan kepada kita kerendahan hati di hadapan Allah.
Manusia lemah, sering terjebak dalam perbedaan, bahkan terkadang bingung menentukan mana kebenaran sejati. Dengan doa ini, kita diajari bahwa kebenaran mutlak datang dari Allah, bukan dari akal semata atau perasaan yang terbatas. Maka seorang mukmin wajib selalu memohon bimbingan agar ditetapkan di jalan lurus meski banyak jalan yang bercabang.
Doa ini juga sejalan dengan firman Allah dalam Al-Fatihah yang selalu kita baca setiap rakaat: “Ihdinash shirathal mustaqim” (Tunjukilah kami jalan yang lurus). Artinya, setiap detik kita butuh hidayah, bukan sekali saja, tapi berulang-ulang.
Hadis Nabi ﷺ tentang Doa Suami Istri
Kemudian, hadis dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu menyingkap sisi lain dari kehidupan berumah tangga. Rasulullah ﷺ mengajarkan doa yang sangat agung sebelum suami mendatangi istrinya:
“BISMILLAH, ALLAHUMMA JANNIBNĀ ASY-SYAITHĀNA WA JANNIBISY-SYAITHĀNA MĀ RAZAQTANĀ”
(Dengan nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau rezekikan kepada kami).
Pesan besar dari hadis ini adalah:
1. Syariat hadir di semua aspek kehidupan – bahkan dalam hubungan suami istri yang paling pribadi sekalipun, Islam tetap memberi tuntunan doa.
2. Kehidupan rumah tangga bukan sekadar biologis – ia adalah ibadah, pintu rezeki, dan jalan lahirnya generasi.
3. Pendidikan anak dimulai sejak sebelum lahir – doa ini adalah ikhtiar pertama orang tua agar anak yang terlahir terjaga dari gangguan setan, terbimbing fitrahnya, dan tumbuh di atas kebaikan.
Benang Merah: Hidayah dalam Segala Aspek
Jika kita renungkan, doa dan hadis ini sama-sama mengajarkan pentingnya hidayah Allah:
Dalam urusan pemikiran dan perbedaan, kita butuh hidayah agar tidak salah memilih jalan.
Dalam urusan keluarga dan keturunan, kita pun butuh hidayah agar anak-anak lahir dengan perlindungan dari Allah.
Keduanya menegaskan bahwa manusia tak mampu berjalan sendiri tanpa pertolongan Allah. Betapa lemahnya kita, jika tidak terus-menerus memohon bimbingan-Nya.
Penutup: Maka, mari kita jadikan doa sebagai senjata utama. Saat berhadapan dengan perbedaan, ucapkan doa agar ditunjukkan kebenaran. Saat menjalani kehidupan rumah tangga, jangan abaikan doa Nabi ﷺ agar generasi kita dijaga dari setan.
Karena pada akhirnya, semua langkah hidup kita — dari urusan ilmu, ibadah, keluarga, hingga keturunan — hanya akan selamat bila mendapat hidayah Allah. (Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
