Banyak orang memahami kesalehan dalam dua bentuk utama. Pertama adalah kesalehan ritual. Ini mencakup ibadah personal kepada Tuhan. Contohnya adalah shalat, puasa, zikir, dan membaca Al-Qur’an. Kedua adalah kesalehan sosial. Ini melibatkan hubungan baik dengan sesama manusia. Contohnya adalah sedekah, menolong tetangga, dan menjaga silaturahmi.
Namun, perkembangan zaman menuntut dimensi baru. Kehidupan kita kini sangat terikat dengan dunia maya. Internet dan media sosial menjadi ruang interaksi utama. Oleh karena itu, muncul pilar ketiga yang tak boleh terlupakan. Pilar tersebut adalah kesalehan digital.
Kesalehan ini menjadi cerminan iman kita di ruang siber. Ia melengkapi dua pilar kesalehan yang sudah ada sebelumnya. Tanpanya, keimanan seseorang menjadi kurang utuh di zaman modern.
Memaknai Ulang Tiga Pilar Kesalehan
Kita perlu melihat kesalehan sebagai satu kesatuan utuh. Setiap pilar saling mendukung dan menguatkan.
-
Kesalehan Ritual: Ini adalah fondasi hubungan vertikal kita dengan Sang Pencipta. Ibadah mahdhah ini membentuk disiplin spiritual. Ia menjadi pengingat konstan akan tujuan hidup kita. Tanpa ritual, spiritualitas kita bisa menjadi kering.
-
Kesalehan Sosial: Ini adalah buah dari kesalehan ritual. Hubungan baik dengan Tuhan seharusnya tercermin dalam akhlak mulia. Kita menjadi pribadi yang peduli, empatik, dan bermanfaat. Kesalehan sosial adalah bukti nyata dari iman di tengah masyarakat.
-
Kesalehan Digital: Ini adalah manifestasi dua kesalehan sebelumnya di dunia maya. Dunia digital adalah panggung baru bagi akhlak kita. Setiap ketikan jari, unggahan, dan komentar menjadi saksi. Kesalehan digital memastikan perilaku online kita sejalan dengan nilai-nilai keimanan.
Apa Sebenarnya Kesalehan Digital Itu?
Kesalehan digital bukan sekadar mengunggah kutipan ayat suci. Ia juga bukan hanya tentang berbagi konten dakwah. Maknanya jauh lebih dalam dari itu. Ia adalah tentang etika dan adab saat berinteraksi di dunia maya. Jari-jemari kita kini berfungsi seperti lisan. Maka, kita harus menjaganya dengan sangat hati-hati.
Seorang pakar studi Islam dan media, Dr. H. Faisal Anwar, M.A., dalam sebuah seminar menyatakan, “Jari kita hari ini adalah perpanjangan dari lisan dan hati kita. Apa yang kita ketik mencerminkan kualitas iman kita. Jangan sampai kesalehan ritual kita luntur oleh perilaku digital yang tidak terkontrol.”
Kutipan tersebut menegaskan betapa krusialnya peran perilaku digital. Perilaku ini dapat menjaga atau justru merusak amal ibadah kita yang lain.
Wujud kesalehan digital mencakup banyak hal, seperti:
-
Melakukan Tabayyun (Verifikasi): Kita tidak langsung menyebarkan berita yang diterima. Kita mencari kebenarannya terlebih dahulu. Ini adalah benteng utama melawan hoaks dan fitnah.
-
Menjaga Lisan Digital: Kita menghindari kata-kata kasar, caci maki, dan ujaran kebencian. Ruang komentar kita gunakan untuk diskusi sehat dan positif.
-
Menghindari Ghibah Online: Kita tidak membicarakan keburukan orang lain di grup percakapan. Kita juga tidak ikut menyebarkan aib seseorang di media sosial.
-
Menyebarkan Konten Bermanfaat: Kita aktif membagikan ilmu pengetahuan. Kita juga menyebar inspirasi dan pesan kebaikan. Media sosial menjadi ladang amal jariyah.
-
Menghargai Perbedaan Pendapat: Kita berdiskusi dengan santun. Kita tidak memaksakan kehendak atau merendahkan pandangan orang lain.
Tantangan Besar di Ruang Digital
Mewujudkan kesalehan digital memang tidak mudah. Dunia maya memiliki tantangan tersendiri. Sifat anonimitas sering membuat orang lebih berani berkata kasar. Kecepatan informasi juga membuat hoaks menyebar seperti api. Godaan untuk pamer (riya) dalam beribadah pun semakin besar.
Selain itu, algoritma media sosial sering menciptakan “gelembung filter”. Kita hanya melihat konten yang sesuai dengan pandangan kita. Hal ini bisa memicu sikap ekstrem dan intoleran terhadap perbedaan. Di sinilah peran kesadaran diri menjadi sangat penting.
Langkah Praktis Menuju Pribadi yang Saleh Digital
Untuk menjadi pribadi yang saleh secara digital, kita bisa memulai dari langkah sederhana. Pertama, selalu berpikir sebelum mengunggah sesuatu. Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah ini bermanfaat? Apakah ini bisa menyakiti orang lain?”
Kedua, ikuti akun-akun yang menyebarkan positivitas dan ilmu. Kurangi mengikuti akun yang penuh dengan drama dan konten negatif. Lingkungan digital kita sangat memengaruhi cara berpikir kita.
Ketiga, jangan takut untuk mengingatkan teman atau keluarga dengan cara yang baik. Ajak mereka untuk bersama-sama menciptakan ekosistem digital yang sehat.
Pada akhirnya, kesalehan digital adalah tentang integrasi iman dalam setiap aspek kehidupan. Ia memastikan bahwa nilai-nilai luhur yang kita pegang di dunia nyata tidak luntur saat kita memasuki dunia maya. Dengan menyeimbangkan kesalehan ritual, sosial, dan digital, kita membangun fondasi keimanan yang kokoh dan relevan dengan tantangan zaman.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
