Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia menyambut Maulid Nabi. Perayaan ini menandai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Banyak orang merayakannya dengan penuh suka cita. Namun, Maulid Nabi sejatinya lebih dari sekadar perayaan seremonial. Momen ini adalah panggilan untuk kembali merenungkan esensi ajaran beliau. Ajaran utamanya adalah risalah kemanusiaan universal.
Peringatan Maulid menjadi kesempatan emas. Kita bisa menyegarkan kembali pemahaman kita. Kita dapat meneladani akhlak mulia sang Rasul. Beliau hadir untuk menyempurnakan moralitas manusia. Kehadirannya membawa pesan cinta, keadilan, dan kasih sayang untuk semua.
Nabi Muhammad sebagai Rahmat bagi Semesta Alam
Allah SWT mengutus Nabi Muhammad bukan hanya untuk satu kaum. Beliau diutus untuk seluruh umat manusia. Bahkan, untuk seluruh alam semesta. Misi utamanya adalah menyebarkan rahmat. Hal ini ditegaskan secara jelas dalam Al-Qur’an.
Allah berfirman:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Ayat ini menunjukkan universalitas ajaran Islam. Konsep rahmatan lil alamin menjadi landasan utama. Artinya, kehadiran Nabi membawa kebaikan bagi semua makhluk. Tidak peduli apa suku, ras, atau agamanya. Pesan ini melampaui sekat-sekat primordial dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.
Pembela Kaum Lemah dan Terpinggirkan
Sebelum kedatangan Nabi Muhammad, kondisi masyarakat sangat memprihatinkan. Penindasan terjadi di mana-mana. Kaum yang kuat menindas yang lemah. Perempuan tidak memiliki hak dan sering kali dipandang sebelah mata. Perbudakan menjadi praktik yang sangat umum.
Nabi Muhammad datang mengubah tatanan sosial tersebut. Beliau secara tegas membela hak-hak kaum terpinggirkan. Beliau mengangkat derajat perempuan. memberikan mereka hak waris, hak memilih, dan hak untuk hidup terhormat. Rasulullah juga mendorong pembebasan budak. menjadikan tindakan itu sebagai amalan yang sangat mulia di sisi Allah.
Sikap beliau menunjukkan kepedulian yang mendalam. Kemanusiaan adalah inti dari perjuangannya. Beliau mengajarkan bahwa kemuliaan seseorang tidak diukur dari status sosialnya. Kemuliaan sejati terletak pada ketakwaan dan kebaikan hatinya.
Manifesto Kemanusiaan dalam Khutbah Wada’
Salah satu warisan terbesar Nabi Muhammad adalah pidato terakhirnya. Pidato ini dikenal sebagai Khutbah Wada’ atau khotbah perpisahan. Pidato ini beliau sampaikan di Padang Arafah saat Haji terakhir. Khutbah ini menjadi manifesto agung tentang hak asasi manusia.
Dalam salah satu kutipannya, beliau bersabda:
“Wahai manusia, sesungguhnya darahmu, harta bendamu, dan kehormatanmu adalah suci, sebagaimana sucinya hari (Arafah) ini, bulan (Dzulhijjah) ini, dan negeri (Makkah) ini.”
Pesan ini sangat fundamental. Nabi Muhammad menekankan tiga hal yang harus dilindungi. Ketiganya adalah nyawa, harta, dan kehormatan. Perlindungan ini berlaku untuk semua orang tanpa terkecuali. Beliau juga menghapus diskriminasi rasial. Beliau menegaskan bahwa semua manusia setara. Tidak ada keunggulan bagi orang Arab atas non-Arab, atau sebaliknya.
Merayakan Maulid dengan Meneladani Akhlak
Perayaan Maulid Nabi seharusnya tidak berhenti pada ritual. Tradisi seperti pembacaan Barzanji atau pengajian memang baik. Namun, esensi terpentingnya adalah internalisasi ajaran. Kita harus meniru perilaku dan akhlak Nabi dalam kehidupan sehari-hari.
Sudahkah kita menjadi rahmat bagi lingkungan sekitar? kita peduli pada tetangga yang kekurangan? kita bersikap adil kepada semua orang? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi refleksi penting bagi kita. Merayakan Maulid berarti menghidupkan kembali semangat kemanusiaan yang beliau ajarkan.
Oleh karena itu, mari jadikan momen Maulid ini sebagai titik tolak. Kita perbarui komitmen kita untuk menjadi manusia yang lebih baik. Manusia yang menebarkan kedamaian, memperjuangkan keadilan, dan menyayangi sesama. Itulah cara terbaik merayakan kelahiran sang teladan utama, Nabi Muhammad SAW.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
