Kisah
Beranda » Berita » Tsabit bin Qurrah: Ilmuwan Jenius dari Harran

Tsabit bin Qurrah: Ilmuwan Jenius dari Harran

Tsabit bin Qurrah: Ilmuwan Jenius dari Harran
Ilustrasi AI (Sumber: chatgpt.com)

SURAU.CO – Dalam bukunya yang berjudul “Thabaqat Athibba” Ibnu Abi Ashiba’ah mengatakan,

“Tidak ada seorang pun yang menyaingi Tsabit bin Qurrah pada masanya dalam  bidang kedokteran dan lainnya dari berbagai pembahasan tentang filsafat.”

Ia seorang ilmuwan besar Arab dalam ilmu matematika, astronomi, dan kedokteran yang menggungguli semua dokter pada masanya. Dia termasuk salah satu dari peneriemah terkemuka yang memikul tanggung jawab mengalihkan berbagai macam ilmu dari bahasa Latin ke dalam bahasa Arab pada masa kejayaan penerjemahan.

Tsabit bin Qurrah dari Harran ke Baghdad

Nama lengkapnya  Abu Al-Hasan bin Marwan Tsabit bin Qurrah Al-Harrani. Dia lahir di Harran, suatu tempat yang terletak di antara sungai Dajlah dan Furat Turki pada tahun 836 M, dari keluarga Ash-Shaibah. Tsabit telah tampak kecerdasannya sejak usia dini ketika dia masih belajar. Pada suatu hari, dia berbeda pendapat dengan kelompoknya tentang beberapa hal yang membuat mereka melarangnya untuk masuk ke tempat ibadah mereka. Tsabit lalu hijrah ke suatu daerah yang disebut Kafrutuma. Di sana, dia bertemu dengan seorang ilmuwan besar dalam bidang matematika, Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi yang merasa kagum dengan kecerdasan Tsabit. Dia memang memiliki kesiapan mental dan akal untuk belajar, hingga akhirnya Al-Khawarizmi mengajak Tsabit ke Baghdad.

Tsabit Ilmuwan Kesayangan Sultan

Selama hijrah ke Baghdad, Tsabit bin Qurrah mengajarkan ilmu matematika, astronomi, kedokteran dan filsafat. Dia kemudian bergabung di sekolah Musa bin Syakir untuk mengaplikasikan  ilmunya. Dia  kerap mendapat pujian atas segala penemuan yang ia ajarkan. Tsabit lalu terkenal dengan sebutan khusus sebagai dokter. Akan tetapi, sebagian besar karya dan penemuannya terdapat dalam disiplin ilmu matematika dan astronomi. Kemampuannya sebagai seorang dokter, astronom, ahli matematika, dan filsuf terdengar sampai ke telinga Khalifah Dinasti Abbasiyah bernama Al-Mu’tadh. Khalifah lalu memanggilnya ke istananya dan mengumpulkannya bersama para astronom lainnya. Akan tetapi Tsabit dapat unggul dari yang lainnya. Dia telah menunjukkan kemampuannya dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sehingga menambah kecintaan Al-Mu’tadh kepadanya dan memberinya jabatan yang tinggi. Bahkan ia kerap duduk bersanding dengan Sultan sambil bersenda gurau.

Mengenal Dunia agar Tidak Tertipu olehnya: Tafsir Hikmah Al-Hikam

Tsabit termasuk di antara salah seorang yang bekerja pada peneropongan bintang milik Khalifah Al-Ma’mun Baghdad. Dari observatorium itu, dia membuat teori tentang kecenderungan persamaan siang dan malam pada musim semi dan musim gugur. Kedudukan Tsabit yang tinggi sangat berpengaruh dalam upaya mengangkat derajat kelompok Ash-Shaibah, dengan munculnya seorang ilmuwan dari kalangan mereka.

Tsabit Sang Penerjemah Ulung

Tsabit handal berbahasa Suryani (turunan dari bahasa Aram–bahasa yang juga dipakai pada masa Nabi Isa), Yunani, dan Ibrani, selain bahasa Arab. Dia menulis sebagian bukunya dalam bahasa Suryani dan Arab. Dia juga termasuk orang  yang menonjol dari  sekian banyak penerjemah pada masanya.

Tsabit  telah banyak menerjemahkan buku-buku matematika, kedokteran dan astronomi ke dalam bahasa Arab. Banyak karya terjemahannya untuk Darul Hikmah merupakan terjemahan atas buku-buku Ptolomeus dalam bidang astronomi. Bahkan dia adalah orang yang pertama
kali menerjemahkan Ptolomeus.

Tsabit Dokter Hebat pada Zamannya

Sekalipun karya dan penemuan Tsabit paling banyak dalam ilmu astronomi dan matematika, akan tetapi dia terkenal sebagai dokter dan filsuf pada zamannya. Ini merupakan hal yang lumrah, karena masyarakat biasanya kerap mencari dokter yang manjur untuk menyembuhkan penyakitnya. Adapun dia dikenal pula sebagai filsuf, karena dia memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan otak yang jenius. Dari kejeniusannya sebagai dokter, akhirnya ia menjabat sebagai kepala rumah sakit Baghdad yang milik Khalifah Al-Mu’tadh.  Tsabit pun menjadi dokter yang pertama kali mempraktikkan  pengobatan dengan sistem bedah.

Mengutip ahli sejarah Ibnu Abi Ashiba’ah yang menulis tentang kejeniusan Tsabit dalam bidang kedokteran. Setiap hari Tsabit biasa lewat di depan toko salah seorang penjual tebu. Dia sering melihatnya menyiram potongan hati yang  sudah busuk dengan garam dan memasaknya kemudian memakannya. Tsabit mengetahui bahwa orang itu akan terserang penyakit tertentu sehingga dia menganjurkannya untuk meminum obat. Pada suatu hari penjual tebu ini terjatuh karena pingsan. Keluarganya mengira bahwa dia sudah meninggal. Akan tetapi dokter yang cerdas seperti Tsabit segera datang kepadanya, lalu mengobatinya hingga sembuh. Tiba-tiba terdengar berita ke seluruh Baghdad bahwa Tsabit telah menghidupkan orang mati. Berita itu terdengar oleh khalifah, sehingga dia memanggilnya. Tsabit menjelaskan bahwa dirinya hanya mengobati orang yang sakit dan bukan menghidupkan orang yang mati.

Panjang Umur Belum Tentu Bermakna: Hikmah dalam Al-Hikam tentang Kualitas Usia

Tsabit bin Qurrah bukan hanya dikenang sebagai dokter ulung, ahli matematika, dan astronom besar pada masanya, tetapi juga sebagai jembatan penting dalam sejarah peradaban Islam yang menghubungkan warisan ilmu dari Yunani, Suryani, dan Arab. Kejeniusan serta dedikasinya dalam menerjemahkan, mengembangkan, dan mengajarkan ilmu pengetahuan telah menjadikannya salah satu tokoh kunci pada masa keemasan Baghdad. (St.Diyar)

Referensi: Muhammad Gharib Gaudah, 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam, 2007.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement