Opinion
Beranda » Berita » Pertemuan yang Indah: Kehangatan Silaturahmi

Pertemuan yang Indah: Kehangatan Silaturahmi

Pertemuan yang indah

Pertemuan yang indah.

 

Di balik senyum dan jabat erat dalam sebuah acara pernikahan, tersimpan makna kebersamaan yang lebih dalam. Foto ini menampilkan kehangatan silaturahmi, dua sahabat yang berdiri sejajar dengan busana batik penuh corak makna. Mereka hadir bukan hanya sekadar tamu undangan, tetapi juga sebagai saksi akan janji suci yang terucap di pelaminan.

Pernikahan selalu menjadi momentum yang indah dalam kehidupan manusia. Sebuah ikatan suci yang bukan hanya menyatukan dua insan, tetapi juga mempererat tali keluarga, sahabat, bahkan masyarakat.

Dalam Islam, pernikahan adalah sunnah Nabi yang membawa keberkahan

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mampu menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kehadiran para sahabat, kerabat, dan keluarga dalam momen seperti ini sejatinya menjadi doa yang hidup. Berikan ucapan selamat, senyum bahagia, dan dukungan moral serta spiritual secara langsung untuk rumah tangga yang dibangun, sehingga sakinah, mawaddah, dan rahmah benar-benar menjadi nafas kehidupan mereka.

Batik yang mereka kenakan pun seakan berbicara. Corak yang penuh warna itu menggambarkan harmoni rumah tangga yang indah, di mana keberagaman peran, kesabaran, dan cinta menjadi kunci kebersamaan. Dengan jempol yang terangkat, tersirat doa dan optimisme: semoga pernikahan ini langgeng, penuh keberkahan, serta menjadi ladang amal menuju surga.

Momen ini juga mengingatkan kita bahwa hidup bukan hanya tentang diri sendiri. Ada saatnya kita hadir untuk orang lain, menyemangati, menguatkan, dan mendoakan. Islam mengajarkan kita esensi ukhuwah, yaitu persaudaraan yang mempersatukan dan memperkuat hubungan antar sesama.

Semoga setiap pertemuan dalam bingkai silaturahmi, terlebih dalam acara penuh berkah seperti pernikahan, menjadi penghapus dosa, penambah rezeki, dan pemanjang umur, sebagaimana janji Allah kepada hamba-hamba-Nya yang menjaga hubungan baik dengan sesama. (Tengku)

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

 

 

 

 

 

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi


Ruang d

RUANG D: Pendampingan Kelompok Rentan dan Kesejahteraan Masyarakat.

Foto ini menggambarkan suasana penuh makna dalam sebuah forum penting yang berlangsung di PENAIS Award 2025. Pada layar tampak tulisan Ruang D – Pendampingan Kelompok Rentan dan Kesejahteraan Masyarakat, yang menjadi tema utama sesi diskusi.

Tampak sekelompok peserta berdiri dengan rapi di depan layar presentasi. Mereka hadir bukan sekadar sebagai peserta, tetapi juga sebagai pejuang sosial yang mendedikasikan diri untuk pendampingan umat, khususnya kelompok rentan di tengah masyarakat. Ada wajah penuh semangat, ada senyum kebersamaan, dan ada tekad untuk meneguhkan nilai-nilai pengabdian.

Pendampingan kelompok rentan bukanlah tugas mudah. Ia membutuhkan kesabaran, keikhlasan, dan pendekatan yang manusiawi. Dalam Islam, kepedulian kepada yang lemah, fakir, miskin, yatim, dan dhuafa bukan hanya urusan sosial, tetapi juga ibadah yang bernilai tinggi. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tiadalah beriman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Spirit inilah yang dihadirkan oleh forum PENAIS Award 2025. Melalui ruang-ruang diskusi seperti ini, para penyuluh agama, tokoh masyarakat, dan aktivis sosial saling berbagi pengalaman dan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan umat. Bukan hanya membicarakan teori, tetapi juga merumuskan langkah nyata: bagaimana mendampingi kelompok rentan agar mereka tidak merasa sendirian, bagaimana meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta bagaimana menguatkan ketahanan sosial di era modern yang penuh tantangan.

Ruang D menjadi simbol harapan: bahwa di balik kesulitan, selalu ada jalan keluar; di balik kelemahan, selalu ada potensi untuk bangkit; dan di balik keterbatasan, selalu ada peluang untuk hidup lebih bermartabat.

Jadikanlah langkah-langkah kebaikan ini sebagai amal jariyah yang terus mengalirkan pahala, dan doakan para pegiat kemanusiaan agar senantiasa diberkahi kekuatan untuk berbuat baik bagi umat dan bangsa. (Suardi, S. Ag)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement