Kisah
Beranda » Berita » Al-Khawarizmi: Jejak Ilmuwan Muslim di Balik Algoritma Dunia Modern

Al-Khawarizmi: Jejak Ilmuwan Muslim di Balik Algoritma Dunia Modern

Al-Khawarizmi: Jejak Ilmuwan Muslim di Balik Algoritma Dunia Modern
Ilustrasi AI (sumber gambar:chatgpt.com)

SURAU.CO – Tanpa kita sadari dalam keseharian kita saat ini. Ketika  kita menggunakan mesin pencari pada gawai, mengirim posisi kita dengan GPS, atau bahkan sekadar mengikuti tren media sosial, sebenarnya kita sedang berinteraksi dengan warisan seorang ilmuwan Muslim bernama Al-Khawarizmi. Dialah sosok yang memperkenalkan konsep angka dan aritmetika yang kelak melahirkan istilah ‘algoritma’. Andai saja  tanpa kerja keras penelitiannya, dunia teknologi yang kita jalani sekarang, mungkin tidak akan pernah sama.

Al-Khawarizmi dari Khurasan

Al-Khawarizmi merupakan seorang ilmuwan muslim terkemuka. Ia berkontribusi yang sangat besar bagi peradaban manusia. Ia berperan mengembangkan matematika dan meletakkan dasar-dasar ilmu Aljabar. Dengan sumbangsihnya turut mendorong kebangkitan ilmu matematika yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan alam dan teknologi.

Nama lengkapnya Abdullah Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi. Lahir di Khawarizmi provinsi Khurasan–sekarang terbagi ke beberapa negara modern: Iran, Afghanistan, Turkmenistan, dan sebagian Uzbekistan/Tajikistan–Asia Tengah pada 780 M dan wafat pada 847 M. Ia terkenal pada masa Khalifah Al-Ma’mun dan mendapatkan kedudukan tinggi dalam bidang keimuannya. Selanjutnya ia menjadi direktur Darul Hikmah pada pemerintahan Al-Ma’mun dan menjadi salah seorang terkemuka Baghdad.

Penemuan Al-Khawarizmi

Al-Khawarizmi memiliki memiliki beberapa hasil penelitian ilmiah dan buku-buku yang dikarang di bidang matematika (aritmetika, aljabar, dan geometri), astronomi, geografi, dan musik. Dia telah mendapatkan kepercayaan dari dua khalifah; Al-Ma’mun dan Al-Watsiq, sehingga keduanya menyerahkan tugas-tugas penting kepadanya dan mendelegasikanya untuk mengadakan riset ilmiah dan tugas-tugas khusus.

Sebanyak lima puluh buku dalam bidang ilmu tersebut  atas nama Al-Khawarizmi, akan tetapi kebanyakan dari buku itu telah hilang-sekalipun sebagian peneliti di Barat mengatasnamakan Al-Khawarizmi pada buku-buku yang ditulis oleh Musa bin Syakir, karena telah tercampur antara nama Muhamad bin Musa Al-Khawarizmi dan Abu Ja’far Muhammad bin Musa bin Syakir salah seorang tiga bersaudara dari Bani Musa.

Mengenal Dunia agar Tidak Tertipu olehnya: Tafsir Hikmah Al-Hikam

Al-Khawarizmi alias Algoritmi

Al-Khawarizmi merujuk penggunaan angka-angka India dan mengarang buku tentang angka-angka itu. Sebagaimana dia menulis sebuah karya yang tidak pernah ada sebelumnya dalam ilmu hitung dengan membuat bab-bab pendalaman. Buku ini merupakan buku matematika pertama yang masuk ke Eropa setelah  penerjemah berkebangsaan Inggris–Adelard of Bath–mengalihbahasakannya.

Selama berabad-abad lamanya buku tersebut menjadi rujukan para ilmuwan dan insinyur. Orang-orang Eropa menuliskan nama Al-Khawarizmi sebagai penulis buku itu dengan versi yang berbeda-beda yakni; Guaresmo, Algorithm, Algoritmi, dan Algorismus. Akan tetapi yang paling terkenal dari nama-nama ini adalah Algoritmi.

Awal Mula Disiplin Ilmu Aljabar

Ilmu Aljabar merupakan sintesa ilmu peninggalan Arab-Islam dan karya dari Al-Khawarizmi. Sang maestro matematika ini  telah menggagas ilmu Aljabar dan menjadikannya sebagai disiplin ilmu tersendiri yang terpisah dari ilmu hitung (aritmetika). Dia telah membuat nama ‘Aljabar’ terasimilasi oleh semua bahasa.

Asal mula penamaannya adalah bahwa ketika dia menggagas ilmu aljabar, dia menulis sebuah buku penting yang berjudul Aljabar wal Muqabalah (Perhitungan dengan Pemulihan dan Penyeimbangan). Akan tetapi, kata yang pertama lebih identik dengan nama ilmu ini–Aljabar.

Aljabar dan Almuqabalah

Aljabar berarti mengembalikan sesuatu kepada  keadaannya yang semula seperti menguraikan angka pecahan. Adapun artinya dalam istilah matematika adalah menambah sejumlah angka tertentu untuk dua tambahan dengan tujuan memudahkan penyelesaiannya. Sedangkan Almuqabalah (persesuaian) artinya menyamakan antara satu angka dengan angka yang lain dan menghasilkan suatu nilai.

Panjang Umur Belum Tentu Bermakna: Hikmah dalam Al-Hikam tentang Kualitas Usia

Seorang pakar matematika terkemuka, Abu Kamil Syuja’ bin Aslam menegaskan dalam bukunya “Kitab Al-Washaya bil Jabar wal Muqabalah” bahwa Al-Khawarizmi adalah orang yang pertama kali menggagas Aljabar. Al-Khawarizmi sendiri  menyebutkan dalam pengantar bukunya bahwa Khalifah Al-Ma’mun yang memerintahkan untuk menulis buku ini dan dia selalu memotivasinya. Maka dari itu, tidakbenar apabila ada yang mengatakan bahwa ada yang menemukan disiplin ilmu Aljabar selain Al-Khawarizmi. Alasan yang sangat sederhana, yaitu bahwa munculnya ilmu Aljabar memerlukan perpaduan antara sistem penjumlahan angka-angka India dengan kaidah dan teori arsitektur sebagaimana yang dikembangkan oleh bangsa Yunani.

Jadi tidaklah mungkin Aljabar ada sebelum Al-Khawarizmi. Sebab munculnya ilmu ini yang telah menciptakan
revolusi besar bagi ilmu-ilmu lainnya memerlukan kejeniusan. Hal itu akibat penemuan Aljabar yang telah ada
sebelumnya tidak sesederhana yang kita kenal pada saat sekarang. Sebelumnya, rumus-rumus Aliabar tidak pernah ada.

Kitab “Al-Jabar wal Muqabalah” sangat berarti secara ilmiah dan memiliki makna sejarah yang penting. Buku ini telah mengalami alih bahasa ke dalam bahasa Latin oleh Robert of Chester. Ia bermaksud agar menjadi salah satu pendorong bagi kebangkitan keilmuan Eropa. Anehnya, ahli sejarah Barat menyatakan bahwa lafaz  ‘Al-Jabar’ berasal dari nama’Geber’ yang merupakan penyebutan dalam bahasa Latin dari nama Astronom Andalusia, Jabir bin Aflah Al-Asyili. Ini merupakan suatu kekeliruan, karena  Jabir hidup dua abad setelah Al-Khawarizmi.

Al-Khawarizmi telah memberikan kontribusi yang besar dalam memajukan peradaban manusia. Ketika bangsa Eropa sedang bangkit untuk maju dan mengeiar ketertinggalan peradabannya dari dunia Islam, kebesaran nama  Al-Khawarizmi bagi para ilmuwan Barat  seakan-akan lebih mujarab dari pada sihir. Sampai-sampai mereka membuat puisi yang mengabadikan peringatan lahirnya Al-Khawarizmi, yang telah mengeluarkannya dari  gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu.(St.Diyar)

Referensi: Muhammad Gharib Gaudah, 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam, 2007.

Bahagia di Tengah Luka: Rahasia Spiritual Dzikir dari Al-Hikam


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement