SURAU.CO. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali bersinggungan dengan informasi pribadi milik orang lain. Baik itu berupa curahan hati, rencana masa depan, hingga rahasia rumah tangga. Di sinilah pentingnya memahami betapa besar tanggung jawab moral dan sosial dalam menjaga rahasia orang lain.
Islam mengajarkan kita harus menjaga rahasia, karena hal ini bukan hanya soal etika, tapi juga kewajiban untuk menjaga amanah dengan sungguh-sungguh. Banyak dalil syar’i yang memperkuat betapa pentingnya menjaga rahasia, baik dari Al-Qur’an maupun Hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kewajiban Menjaga Rahasia
Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Isra ayat 34: “Dan penuhilah janji, karena sesungguhnya janji itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra: 34)
Ayat ini mengajarkan kita bahwa janji bukanlah sesuatu yang ringan. Termasuk menjaga janji untuk tidak menyebarkan rahasia yang telah dipercayakan kepada kita. Menjaga rahasia berarti kita telah menepati janji, dan sebaliknya, menyebarkan rahasia menunjukkan pengkhianatan terhadap janji tersebut.
Sufyan bin Asid Al-Hadhrami meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: “Khianat terbesar adalah ketika kamu menceritakan urusan saudaramu yang ia percayakan kepadamu, padahal dia menganggap kamu jujur, tetapi kamu berkhianat.” (HR. Abu Daud no. 4971)
Walaupun hadis ini dhaif menurut sebagian ulama, maknanya tetap relevan secara moral. Kita harus menjaga kepercayaan orang lain, sebagai fondasi hubungan antar individu. Jika kita melanggar kepercayaan, maka hubungan yang terbangun di atasnya akan ikut rusak.
Kemudian, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan hadis dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda:
“Diantara tanda orang munafik itu ada tiga: jika berbicara, ia berdusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi amanah, ia berkhianat.” (HR. Muslim no. 59)
Hadis ini menunjukkan bahwa tidak menjaga rahasia adalah bagian dari sifat munafik, yakni orang yang secara lahir tampak beriman, tetapi di dalam hatinya penuh dengan kebohongan dan pengkhianatan. Seseorang yang membuka rahasia yang telah dipercayakan kepadanya, maka ia melakukan pengkhianatan amanah, yaitu salah satu sifat yang sangat dibenci dalam Islam.
Amanah Yang Harus Dijaga
Rasulullah menekankan bahwa suatu informasi yang disampaikan dalam konteks pribadi, meskipun tidak disebutkan sebagai “rahasia”, tetap menjadi amanah. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, Nabi bersabda: “Jika seseorang berbicara kepadamu lalu ia berpaling, maka pembicaraan itu adalah amanah.” (HR. Abu Daud no. 4868, Tirmidzi no. 1959)
Artinya, apa pun yang diceritakan secara pribadi atau dalam konteks tertutup, harus diperlakukan sebagai rahasia. Islam sangat menjaga privasi dan kehormatan individu.
Menjaga rahasia tidak hanya berlaku dalam hubungan pertemanan atau pekerjaan. Bahkan dalam konteks rumah tangga, menyebarkan rahasia pasangan adalah perbuatan yang sangat tercela. Dalam hadis dari Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki-laki yang menggauli istrinya lalu menyebarkan rahasia ranjangnya.” (HR. Muslim no. 1437)
Ibnu Al-Jauzi menjelaskan bahwa maksud rahasia di sini adalah aib yang tidak tampak dari luar dan tidak layak untuk diumbar. Ini menunjukkan bahwa menjaga rahasia pasangan bukan hanya etika, tapi juga ibadah yang bernilai tinggi.
Contoh Teladan Menjaga Rahasia
Nabi Saw pernah memerintahkan Anas bin Malik untuk menjalankan sebuah keperluan pribadi. Ketika ibunya bertanya apa keperluannya, Anas menjawab, “Itu adalah rahasia.” Bahkan hingga setelah Rasulullah wafat, Anas tetap menolak memberitahukan isi rahasia tersebut. Para sahabat memberikan teladan nyata dengan menjaga rahasia sebagai prinsip hidup yang mereka junjung tinggi.
Dari Tsabit, dari Anas radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangiku, kemudian menyuruhku untuk sesuatu keperluannya. Oleh karena itu aku terlambat datang. Selanjutnya setelah aku datang, ibu lalu bertanya, ‘Apakah yang menahanmu?’” Aku pun berkata, “Aku diperintah oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk sesuatu keperluannya.” Ibu bertanya, “Apakah hajatnya itu?” Aku menjawab, “Itu adalah rahasia.” Ibu berkata, “Kalau begitu jangan sekali-kali kamu menceritakan rahasia Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut kepada siapa pun juga.” Anas berkata, “Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah aku memberitahukan kepada seseorang, sesungguhnya aku akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, wahai Tsabit.” (HR.Muslim, no.2482)
Kisah lain yang mengagumkan datang dari Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ketika Umar menawarkan putrinya, Hafshah, untuk dinikahi, Abu Bakar tidak memberi jawaban apa pun. Umar pun sempat kecewa. Namun, setelah Rasulullah melamar Hafshah, barulah Abu Bakar menjelaskan bahwa sebelumnya ia telah mengetahui rencana Rasulullah, tetapi tidak bisa mengungkapkannya karena itu adalah rahasia. Ini menunjukkan betapa teguhnya para sahabat menjaga kepercayaan, bahkan dalam urusan pribadi seperti pernikahan. Kisah ini diceritakan dalam hadis riwayat Bukhari, no.5122.
Adalagi kisah Fatimah, putri Rasulullah, yang juga mengandung pelajaran penting. Saat Nabi membisikkan dua hal kepadanya, bisikan pertama membuatnya menangis, dan bisikan yang kedua membuatnya tertawa. Fatimah tidak serta-merta membocorkannya kepada siapapun, bahkan kepada Aisyah. Hanya setelah Rasulullah wafat, ia baru bersedia menceritakan isi bisikan tersebut. Ini membuktikan bahwa menjaga rahasia adalah bagian dari adab dan penghormatan kepada orang yang mempercayakannya.
Menjaga Rahasia Adalah Akhlak Mulia
Menjaga rahasia adalah kewajiban yang berdimensi luas: spiritual, moral, dan sosial. Islam mewajibkan kita untuk menjaga rahasia sebagai amanah. Menyebarkan rahasia sama saja dengan mengkhianati kepercayaan dan bisa menyeret seseorang pada ciri-ciri kemunafikan. Para sahabat Nabi telah memberikan teladan bagaimana menjaga rahasia meski dalam kondisi yang sangat sulit.
Apabila seseorang merasa tidak mampu menjaga rahasia, sebaiknya ia menolak sejak awal untuk mendengarkannya. Menjadi pendengar yang bijak lebih baik daripada menjadi penyebar yang berkhianat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
