Khazanah
Beranda » Berita » Pemuda Muslim Milenial: Pilar Peradaban dan Penjaga Amanah Ilahi

Pemuda Muslim Milenial: Pilar Peradaban dan Penjaga Amanah Ilahi

Pemuda Muslim Milenial
Ilustrasi pemuda muslim berdiskusi dalam majelis ilmu untuk menjaga peradaban dan amanah ilahi. Foto: Meta AI

SURAU.CO. Di era milenial yang sarat tantangan dan godaan, peran pemuda muslim tidak sekadar menjadi penonton zaman, melainkan aktor utama dalam membangun peradaban yang berlandaskan iman, ilmu, dan akhlak. Seorang pemuda tidak layak menyebut dirinya berilmu jika ia masih terjebak dalam kemalasan, tidak produktif, dan menyia-nyiakan masa mudanya untuk hal yang sia-sia. Ilmu sejati menuntut amal nyata. Maka, pemuda hari ini harus menempatkan diri sebagai sosok yang sadar tanggung jawab, kritis terhadap arus zaman, dan mampu menjaga kehormatan diri, khususnya dalam interaksi dengan lawan jenis.

Generasi muda harus meneladani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang, meski telah wafat, mewariskan khazanah ilmu yang abadi dalam bentuk wahyu ilahi, Al-Qur’an. Kitab suci ini bukan hanya petunjuk hidup, tetapi juga mercusuar ilmu dan sumber bimbingan bagi setiap hati yang mencari kebenaran.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengungkapkan hakikat penting tentang pemuda: “Demi Allah, keberadaan seorang pemuda hanya bermakna dengan ilmu dan takwa. Jika keduanya tiada, maka keberadaannya tak dianggap ada.” Pandangan ini menegaskan bahwa ilmu bukan sekadar hafalan, melainkan fondasi karakter yang kokoh, dan takwa adalah pelindung yang menuntun arah hidup seorang pemuda.

Pemuda Dalam Ketaatan

Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan para pemuda sebagai agen perubahan. Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menjadi contoh monumental: ketika masyarakatnya tenggelam dalam penyembahan berhala, muncul seorang pemuda pemberani yang lantang mengingkari kebatilan. Firman Allah Swt, “Mereka berkata, ‘Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela-berhala ini bernama Ibrahim’.” (QS. Al-Anbiya’: 60). Ini menunjukkan bahwa usia muda bukan halangan untuk tampil sebagai pelopor kebenaran.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga memberikan perhatian khusus terhadap masa muda. Dalam sabda beliau dijelaskan bahwa setiap manusia akan ditanya “Untuk apa masa mudamu dihabiskan? Rasulullah Saw bersabda “Tidak akan menggeser kaki anak Adam (manusia) pada hari depan nanti di hadapan Rabb-Nya.” (HR. Tirmidzi).

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Bahkan, salah satu dari tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah di hari kiamat adalah pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah. Hal ini menjadi motivasi besar bagi setiap pemuda muslim agar senantiasa menjaga integritas dan menjauhkan diri dari kemaksiatan. Rasulullah Saw bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali), kecuali naungan-Nya: … Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah… ” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah .” (HR Ahmad dan Ath-Thabrani). Inilah sosok pemuda muslim yang Allah Ta’ala sayangi dan pemuda yang pandai dalam mensyukuri nikmat besar yang Allah Ta’ala anugrahkan kepadanya.

Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah mengingatkan bahwa pemuda merupakan tulang punggung umat. Mereka adalah kekuatan produktif yang menjadi garda terdepan dalam menjaga agama dan membangun masyarakat. Maka tak heran, musuh-musuh Islam berusaha merusak pemuda dengan cara menjauhkan mereka dari agama, menciptakan jurang antara mereka dan ulama, serta mempromosikan gaya hidup hedonis yang menyesatkan.

Solusi Memperbaiki Akhlak Pemuda

Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah juga menegaskan bahwa masa muda adalah fase pertumbuhan pesat, baik secara fisik, intelektual, maupun emosional. Karena itu, fase ini sangat rentan terhadap penyimpangan jika tidak diiringi dengan pengarahan yang benar. Dalam karyanya “Min Musykilatisy Syabab,” beliau menawarkan solusi berbasis nilai-nilai Islam yang aplikatif dan relevan untuk memperbaiki karakter pemuda masa kini:

1. Mengelola Waktu Luang dengan Bijak

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Dua nikmat (dari Allah Ta’ala) yang banyak dilalaikan manusia adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari). Waktu luang yang tidak diisi dengan aktivitas produktif akan menjadi ladang subur bagi bisikan hawa nafsu dan kemalasan. Maka, pemuda muslim harus bijak mengisi waktunya dengan amal yang bermanfaat: belajar, beribadah, berkontribusi untuk umat, dan mengembangkan diri.

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

2. Memilih Lingkungan dan Teman yang Baik

Seorang teman sejati bukan hanya menemani, tetapi juga membentuk karakter. Rasulullah bersabda, “Seorang manusia akan mengikuti agama temannya, maka hendaknya salah seorang darimu melihat siapa yang dijadikan teman berlindung.” (HR. Abu Dawud). Maka, pemuda harus cerdas memilih lingkungan pergaulan yang mendekatkan pada Allah, bukan yang menyeret pada keburukan. Teman yang baik ibarat penjual minyak wangi, minimal kita mendapat aromanya, bahkan bisa jadi kita ikut memilikinya.

Ini dijelaskan dalam hadis Rasulullah Saw yang lain, berbunyi: “Perumpamaan teman duduk (bergaul) yang baik dan teman duduk (bergaul) yang buruk (adalah) seperti pembawa (penjual) minyak wangi dan peniup al-kiir (tempat menempa besi). Maka, penjual minyak wangi bisa jadi dia memberi minyak wangi, atau kamu membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang harum darinya. Sedangkan peniup al-kiir (tempat menempa besi) bisa jadi (apinya) akan membakar pakaianmu atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang tidak sedap darinya. ” (HR. Bukhari)

Hadis yang mulia ini menunjukkan keutamaan duduk dan bergaul dengan orang-orang yang baik akhlak dan tingkah lakunya. Karena pengaruh baik yang ditimbulkan selalu menyertai mereka. Hadis ini sekaligus menunjukkan larangan bergaul dengan orang-orang yang akhlaknya buruk dan pelaku maksiat karena pengaruh buruk yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka.

3. Mendalami Ilmu Agama sebagai Bekal Hidup

Menuntut ilmu agama bukan pilihan, melainkan kewajiban. Allah berfirman, “Katakan, apakah sama orang-orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu? Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9). Dengan ilmu syar’i, seorang pemuda mampu membedakan haq dan batil, serta mampu memberikan pencerahan di tengah kebodohan.

Rasulullah Saw kembali menegaskan dalam sebuah hadis, “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. ” (HR. Ibnu Majah, hadis hasan). Maka, ilmu syar’i wajib dipelajari oleh setiap muslim. Oleh karena itu, hendaknya para pemuda Islam untuk bersemangat menghadiri majelis-majelis ilmu agama (pengajian), baik di masjid atau di pusat dakwah Islam. Dan juga memanfaatkan waktu mereka untuk menghafal Al-Qur’an dan membaca kitab-kitab (para ulama). Inilah nasehat untuk pemuda yang utama.

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

4. Mengkonsumsi Bacaan yang Mendidik

Bacaan adalah jendela pikiran. Apa yang dibaca, akan membentuk pola pikir dan cara pandang. Maka, pemuda muslim harus selektif dalam memilih bacaan. Utamakan karya-karya ulama terpercaya, tafsir Al-Qur’an, serta buku-buku yang memperkuat akidah, akhlak, dan wawasan.

Mengonsumsi sumber-sumber bacaan yang terpercaya akan kebenarannya dan menghilangkan sumber-sumber bacaan yang dapat merusak, baik merusak pemikiran, cara pandang, dan akidah. Maka, carilah sumber bacaan yang membuat kita semakin produktif dan bermanfaat

5. Menjadi Pelaku Ketaatan, Bukan Penonton

Pemuda sejati adalah mereka yang berlomba dalam ketaatan. Setiap perintah syariat mereka sambut dengan semangat, dan setiap larangan Allah mereka jauhi dengan tekad. Karena hanya pemuda semacam ini yang akan mendapatkan naungan Arsy pada hari kiamat.

Sebagai seorang pemuda muslim, ia selalu berikhtiar dan berusaha taat kepada Allah Ta’ala . Tidaklah mereka mendengar perintah syariat, kecuali mereka akan menjadi yang terdepan dalam melaksanakannya. Tidaklah mereka mendengar suatu larangan, kecuali mereka akan menjadi yang terdepan dalam menjauhinya. Pemuda semacam ini berhak mendapatkan pahala yang banyak pada hari berhenti, di bawah naungan ‘ Arsy milik Allah Ta’ala , ketika panas matahari didekatkan di atas kepala manusia.

6. Berdakwah dengan Hikmah dan Menjadi Teladan

Pemuda muslim bukan hanya dituntut untuk paham, tapi juga menyampaikan. Dakwah tidak selalu harus di mimbar, tetapi dapat diwujudkan dalam perilaku, sikap, dan akhlak. Sebab, ucapan tanpa amal akan memadamkan cahaya dakwah. Seorang da’i sejati adalah teladan hidup dalam kejujuran, amanah, dan kesantunan.

Hendaklah dia berhias dengan akhlak-akhlak mulia yang dia sampaikan dan dakwahkan, melaksanakan ketaatan sebagaimana yang dia anjurkan kepada masyarakat. Dia menjadi teladan bagi masyarakat dalam (memegang) syariat, amanah, istikamah, kejujuran, menjaga kehormatan, dan akhlak-akhlak mulia.

7. Dekat dengan Ulama dan Orang-orang Shalih

Menuntut ilmu dan mengambil hikmah dari para ulama merupakan langkah strategis untuk tetap berada di jalan lurus. Allah berfirman dalam QS. An-Nisa’ ayat 83 bahwa masalah-masalah besar dalam masyarakat seharusnya dikembalikan kepada Rasul dan ulil amri (pemimpin berilmu). Maka, pemuda hendaknya menjadikan ulama dan asatidz sebagai rujukan dalam berpikir dan bertindak.

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan jika mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahui dari mereka (Rasul dan ulil amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu).” (QS. An-Nisa’: 83)

Pemuda Penjaga Masa Depan Umat

Pemuda muslim milenial adalah penjaga masa depan umat. Mereka harus menyiapkan diri untuk menjadi generasi tangguh yang berilmu, bertakwa, berakhlak, dan bermanfaat. Bukan generasi yang hanya bangga dengan gelar dan gadget, tetapi generasi yang membawa cahaya iman dan ilmu dalam setiap jejaknya. Di pundak para pemudalah, estafet dakwah dan kebangkitan Islam digantungkan.

Mari kita jadikan masa muda ini sebagai masa emas untuk menanam amal, bukan sekadar menikmati dunia. Sebab, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Allah benar-benar kagum kepada pemuda yang mampu menahan syahwatnya dan tumbuh dalam ibadah. (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement