SURAU.CO – Di tengah kehidupan modern, hubungan antara majikan dan pekerja sering kali renggang, bahkan tak jarang penuh tekanan. Islam justru mengajarkan kelembutan hati, memaafkan, dan memperlakukan pelayan dengan kasih sayang. Umar bin Ahmad Baraja dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 menuliskan bahwa seorang anak muslim harus belajar sejak dini bagaimana cara memuliakan, bahkan memaafkan pelayan jika mereka berbuat salah.
Kitab Akhlaq lil Banin adalah karya akhlak populer dari Umar bin Ahmad Baraja, ulama Hadramaut abad ke-20 yang mengajar di Hijaz. Beliau menulisnya untuk anak-anak madrasah dan santri pemula agar mereka terbiasa dengan adab Islami sejak dini.
Dalam khazanah pendidikan Islam, kitab ini menempati posisi penting karena bukan hanya berisi teori, melainkan kisah nyata, dalil, dan nasihat yang aplikatif. Di pesantren-pesantren Nusantara, kitab ini masih dipelajari hingga sekarang sebagai fondasi pembentuk akhlak.
1. Teladan Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ adalah sebaik-baik contoh dalam memperlakukan pelayan. Anas bin Malik r.a., pelayan Nabi sejak kecil, berkata:
مَا قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أُفٍّ قَطُّ، وَلَا قَالَ لِشَيْءٍ فَعَلْتُهُ لِمَ فَعَلْتَهُ؟ وَلَا لِشَيْءٍ لَمْ أَفْعَلْهُ أَلَا فَعَلْتَهُ
“Rasulullah ﷺ tidak pernah berkata kepadaku ‘ah’, tidak pernah berkata: Mengapa engkau melakukan ini? atau: Mengapa tidak engkau lakukan itu?” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi ﷺ memaafkan kekurangan pelayan, tidak mudah marah, dan tidak mempermalukan mereka.
2. Kelembutan Hati dan Pemaafan
Umar Baraja dalam Akhlaq lil Banin menegaskan bahwa majikan harus memaafkan kesalahan pelayan. Rasulullah ﷺ sendiri menyuruh agar pelayan diperlakukan dengan kasih sayang, diberi makan dari makanan yang sama, diberi pakaian yang layak, dan tidak dibebani tugas yang melampaui kemampuan.
Allah Ta’ala berfirman:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Orang yang bertakwa adalah) orang yang menahan amarahnya, memaafkan manusia, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ali Imran: 134)
Ayat ini berlaku dalam semua interaksi sosial, termasuk terhadap pelayan yang mungkin sering melakukan kesalahan kecil.
3. Relevansi di Zaman Modern
Dalam kehidupan modern, pelayan bisa berarti asisten rumah tangga, sopir, atau pekerja kantoran. Banyak majikan yang memperlakukan mereka hanya sebagai bawahan, tanpa penghormatan. Padahal, Islam menegaskan: pelayan adalah saudara kita yang Allah titipkan di bawah tanggung jawab kita.
Memaafkan mereka ketika salah adalah bentuk akhlak mulia yang menjaga kehormatan manusia. Lebih dari itu, anak-anak juga harus diajarkan sejak dini untuk menghormati dan tidak merendahkan orang yang bekerja membantu keluarga mereka.
Hikmah yang Menyeluruh
Dari Akhlaq lil Banin Juz 2, kita belajar bahwa memaafkan pelayan adalah ajaran penting dalam Islam. Rasulullah ﷺ mencontohkan kelembutan, kesabaran, dan kasih sayang, sehingga tidak ada jarak kebencian antara beliau dengan pelayan.
Mari kita renungkan: sudahkah kita memperlakukan orang yang membantu kehidupan kita dengan adab dan kasih sayang Islami? Ataukah kita masih mudah marah dan merendahkan mereka?
اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِالْحِلْمِ وَالْعَفْوِ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ يَرْحَمُ مَنْ تَحْتَ يَدِهِ، فَتَرْحَمُنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ
“Ya Allah, hiasilah kami dengan sifat sabar dan pemaaf, jadikan kami orang yang menyayangi mereka yang berada di bawah tanggung jawab kami, agar Engkau pun menyayangi kami di hari pertemuan dengan-Mu.”
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
