Sejarah
Beranda » Berita » Sejarah Perang Ain Jalut Yang Hancurkan Pasukan Mongol

Sejarah Perang Ain Jalut Yang Hancurkan Pasukan Mongol

Sejarah Perang Ain Jalut yang Hancurkan Pasukan Mongol
Ilustrasi Perang Ain Jalut. (Foto: Istimewa)

SURAU.CO – Ketika kita berbicara tentang sejarah Islam dan dunia, Perang Ain Jalut muncul sebagai salah satu peristiwa besar yang patut kita kenang. Pertempuran ini menandai kebangkitan kembali kekuatan Muslim setelah jatuhnya Baghdad. Lebih dari itu, perang ini juga menjadi titik balik dalam sejarah dunia, karena untuk pertama kalinya pasukan Mongol yang terkenal tak terkalahkan mengalami kekalahan telak.

Latar Belakang: Penaklukan Mongol dan Ambisi

Pada abad ke-13, bangsa Mongol mengejutkan dunia dengan kekuatan militernya. Mereka berasal dari Asia Tengah, lalu membangun kekuatan militer yang sangat menakutkan. Di bawah pimpinan Jenghis Khan, pasukan Mongol bergerak cepat dan menduduki wilayah yang luas, mulai dari Tiongkok, Asia Tengah, hingga sebagian Eropa Timur.

Mongol menggunakan strategi militer yang efektif. Mereka menggunakan komunikasi yang gesit, panah jarak jauh, dan taktik pengepungan yang mematikan. Mereka juga menebar teror: ketika sebuah kota menolak persetujuan, mereka membantai seluruh penduduknya. Reputasi itu membuat banyak kerajaan memilih menyerah tanpa perlawanan.

Setelah Jenghis Khan wafat, cucunya yang bernama Hulagu Khan memimpin ekspedisi ke Timur Tengah. Pada tahun 1258, ia menyerbu Bagdad, pusat peradaban Islam sekaligus ibu kota Dinasti Abbasiyah. Tragedi itu menceritakan luka mendalam bagi dunia Islam. Pasukan Mongol membakar perpustakaan besar, membantai ribuan ulama dan warga, serta mengakhiri khalifah. Dunia Islam seolah kehilangan cahaya peradabannya.

Mesir: Harapan Baru Dunia Islam

Setelah Bagdad jatuh, hampir seluruh wilayah Muslim berada dalam ancaman. Namun, masih ada satu kekuatan yang berdiri kokoh: Kesultanan Mamluk di Mesir. Mamluk adalah dinasti yang didirikan oleh bekas budak militer Turki dan Kaukasia. Mereka terkenal sebagai pasukan berkuda tangguh dan disiplin tinggi.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Sultan Qutuz menyadari bahwa jika Mesir jatuh, seluruh dunia Islam akan benar-benar berada di bawah kendali Mongol. Oleh karena itu, ia menyiapkan Mesir sebagai benteng terakhir umat Islam. Rakyat Mesir juga menyimpan semangat besar untuk melawan setelah melihat kehancuran Bagdad.

Hulagu Khan mengirim utusan untuk memaksa Qutuz menyerah. Namun, Qutuz menolak mentah-mentah. Ia bahkan memenggal kepala para utusan Mongol lalu menggantungkan kepala mereka di gerbang Kairo. Dengan keputusan itu, Qutuz menunjukkan bahwa ia bertekad mempertahankan kehormatan umat Islam, meski risikonya sangat besar.

Menuju Ain Jalut

Hulagu Khan sebenarnya berencana menyerang Mesir setelah Bagdad. Namun, ketika saudaranya Mongke Khan yang memimpin Khan Agung meninggal, Hulagu harus kembali ke Mongolia karena terjadi perebutan takhta. Ia hanya meninggalkan sebagian pasukan di bawah komando Kitbuqa, jenderal yang terkenal ganas sekaligus setia.

Sultan Qutuz memanfaatkan kesempatan itu. Ia mengerahkan pasukannya untuk menghadapi Kitbuqa. Salah satu jenderalnya, Baybars, tampil sebagai komandan ulung yang nantinya menjadi sultan terkenal.

Pasukan Mamluk bergerak menuju Palestina, tempat pasukan Mongol berkemah. Di sebuah lembah bernama Ain Jalut, yang berarti “Mata Air Jalut,” kedua pasukan bertemu pada tanggal 3 September 1260.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Jalannya Pertempuran

Pertempuran Ain Jalut berlangsung dengan sengit. Meskipun jumlah pasukan Mongol lebih sedikit dari biasanya, mereka tetap memiliki reputasi yang menakutkan. Namun, pasukan Mamluk sudah menyiapkan strategi cerdas.

Baybars memimpin pasukan depan dan menggunakan taktik tipu daya. Ia berpura-pura mundur, lalu memancing Mongol untuk mengejarnya. Kemudiann pasukan Kitbuqa  segera mengejarnya, semakin jauh masuk ke lembah. Pada saat itu, Qutuz bersama pasukan utama menutup jalur keluar dan menyerang Mongol dari berbagai arah.

Pertempuran pun berubah menjadi malapetaka bagi Mongol. Mereka kehilangan mobilitas karena terjebak di medan sempit. Sementara itu, pasukan Mamluk bertarung dengan penuh keyakinan. Qutuz sendiri turun ke medan perang, melepaskan helmnya agar pasukannya melihat wajahnya, lalu berseru lantang, “Wahai Muslimin, bersemangatlah demi Islam!” Seruan itu membakar hati pasukan Mamluk.

Akhirnya, pasukan Mongol hancur. Pasukan Mamluk berhasil membunuh Kitbuqa di medan perang, sementara sisa tentaranya melarikan diri. Untuk pertama kalinya, pasukan Mongol yang selama puluhan tahun tak terkalahkan harus menerima kekalahan telak.

Kisah Kepahlawanan yang Abadi

Perang Ain Jalut melahirkan kisah keberanian dan persatuan yang tak pernah pudar. Mesir tidak hanya berjuang mempertahankan wilayahnya, tetapi juga menyelamatkan peradaban Islam. Seandainya Qutuz dan Baybars memilih menyerah, sejarah dunia mungkin berjalan berbeda.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Kemenangan itu juga menunjukkan bahwa strategi, kepemimpinan, dan semangat juang mampu mengalahkan musuh yang lebih besar. Pasukan Mamluk membuktikan bahwa keteguhan hati bisa menghancurkan rasa takut yang ditanamkan Mongol.

Sejarah Perang Ain Jalut adalah kisah tentang bagaimana umat Islam bangkit dari keterpurukan. Dari sebuah lembah kecil di Palestina, lahirlah peristiwa besar yang mengubah sejarah dunia. Pasukan Mongol yang selama puluhan tahun tidak terkalahkan akhirnya tumbang.

Perang Ain Jalut mengajarkan bahwa tidak ada kekuatan yang benar-benar abadi. Selama sebuah bangsa memiliki tekad, persatuan, dan keberanian, mereka bisa bangkit menghadapi ancaman sebesar apa pun.

(Sumber referensi:  As-Suluk li-Ma’rifat Duwal al-Muluk, Karya Al-Maqrizi dan The Mongols (2nd edition), karya David Morgan)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement