Kisah
Beranda » Berita » Pelajaran Hijrah dari Abdurrahman bin Auf

Pelajaran Hijrah dari Abdurrahman bin Auf

Pelajaran Hijrah dari Abdurrahman bin Auf
Abdurrahman bin Auf

SURAU.CO – Abdurrahman bin Auf, sahabat yang terkenal dengan kedermawanannya, kecerdasannya dalam berdagang, serta keteguhan batin dalam menempuh jalan hijrah. Kisah hijrah Abdurrahman bin Auf tidak hanya menyimpan nilai sejarah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kita dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Latar Belakang Abdurrahman bin Auf

Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat Nabi ﷺ yang termasuk dalam As-Sabiqunal Awwalun, yaitu golongan pertama yang masuk Islam. Ia berasal dari suku Quraisy, tepatnya dari Bani Zuhrah, dan termasuk di antara delapan orang yang pertama kali beriman kepada Rasulullah ﷺ melalui dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Sejak awal, ia dikenal sebagai pedagang yang cerdas, jujur, dan pekerja keras. Abdurrahman bin Auf memiliki kekayaan yang melimpah, namun semua itu tidak membuatnya sombong. Justru ia menjadikan harta sebagai sarana untuk mendukung dakwah Islam.

Namun, perjalanan hidupnya tidaklah mudah. Seperti sahabat lainnya, Abdurrahman juga harus menempuh fase ujian berat ketika perintah hijrah datang.

Perintah Hijrah dan Ujian Berat

Ketika tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam semakin keras, Rasulullah ﷺ memerintahkan para sahabat untuk berhijrah ke Madinah. Bagi Abdurrahman bin Auf, keputusan ini berarti ia harus meninggalkan tanah kelahirannya, keluarga, rumah, dan seluruh harta yang selama ini ia kumpulkan.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Kaum Quraisy tidak rela melepas orang-orang yang berhijrah dengan mudah, apalagi orang seperti Abdurrahman bin Auf yang memiliki kedudukan dan kekayaan. Dalam catatan sejarah, ia bahkan terpaksa meninggalkan semua hartanya demi bisa pergi ke Madinah. Ia keluar dari Makkah hanya dengan pakaian yang melekat di tubuhnya, tanpa bekal berlimpah.

Kondisi ini tentu sangat berat, namun Abdurrahman tidak ragu-ragu. Ia yakin bahwa meninggalkan dunia bukanlah kerugian jika tujuannya adalah meraih keridaan Allah. Keyakinan inilah yang menjadikan hijrahnya begitu inspiratif.

Pertemuan dengan Sa’ad bin Rabi’

Setibanya di Madinah, Rasulullah ﷺ melakukan langkah penting untuk mempererat persaudaraan. Beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin (pendatang dari Makkah) dengan kaum Anshar (penduduk Madinah). Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’, seorang sahabat Anshar yang kaya raya.

Sa’ad menunjukkan ketulusan luar biasa. Ia menawarkan kepada Abdurrahman sebagian dari hartanya bahkan bersedia menceraikan salah satu istrinya agar Abdurrahman dapat menikahinya. Tawaran ini sangat menyentuh hati, tetapi Abdurrahman dengan penuh keteguhan menolak dengan halus.

Jawabannya terkenal sederhana namun menunjukkan kemandirian dan kepercayaan diri:

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

“Semoga Allah memberkahimu keluarga dan hartamu. Tidak hanya aku di mana pasar berada.”

Jawaban itu menggambarkan sikap luar biasa Abdurrahman. Ia tidak ingin menjadi beban bagi orang lain, meski dalam kondisi sulit. Ia memilih untuk bangkit kembali dengan usahanya sendiri.

Kebangkitan di Pasar Madinah

Abdurrahman mulai berdagang dengan modal kecil. Awalnya ia hanya menjual keju dan minyak samin. Namun berkat kejujurannya, kecerdasan dalam membaca peluang, dan kegigihannya, usahanya berkembang pesat. Tidak butuh waktu lama, ia kembali menjadi salah satu pedagang sukses di Madinah.

Suatu hari, Rasulullah ﷺ melihat Abdurrahman bin Auf datang dengan tanda-tanda kebahagiaan setelah menikah. Beliau bertanya, “Apa yang kamu berikan kepada istrimu sebagai mahar?” Abdurrahman menjawab, “Seberat biji kurma emas.” Jawaban ini menunjukkan bahwa dalam waktu singkat, Allah telah mengganti kesulitan hijrah dengan keberkahan rezeki.

Kedermawanan yang Melegenda

Kesuksesan dalam berdagang tidak membuat Abdurrahman bin Auf lupa akan perjuangan. Justru ia menggunakan kekayaannya untuk membantu perjuangan untuk agama Islam. Dalam berbagai peperangan, ia menyumbangkan hartanya dalam jumlah besar.

Penaklukan Thabaristan: Merebut Negeri Kapak Persia di Masa Utsmaniyah

  • Dalam Perang Tabuk, ia menyumbangkan 200 uqiyah emas, jumlah yang sangat besar.
  • Ia membiayai pasukan Islam dengan menyediakan kuda, unta, dan perlengkapan.
  • Ia sering memberikan hartanya kepada fakir miskin, janda, dan anak yatim.

Dikisahkan, pada suatu masa ia pernah menyiapkan kafilah dagang berisi ratusan unta penuh dengan barang. Namun ketika kafilah itu sampai di Madinah, ia menyedekahkan seluruhnya di jalan Allah.

Tidak heran jika Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Abdurrahman bin Auf akan masuk surga dengan menjanjikan karena hartanya yang banyak.” (HR.Ahmad)

Hadis ini menjadi peringatan bahwa banyaknya harta bisa memberatkan hisab. Namun, hal itu tidak berarti celaan, melainkan menunjukkan betapa besarnya tanggung jawab Abdurrahman dalam mengelola kekayaannya untuk kebaikan.

Pelajaran dari Hijrah Abdurrahman bin Auf

Kisah hijrah Abdurrahman bin Auf relevan dengan kehidupan modern. Banyak orang yang mengalami “hijrah” dalam arti berpindah ke jalan kebaikan, meninggalkan kebiasaan buruk, atau memulai hidup baru di tempat yang berbeda. Perjalanan itu tentu penuh tantangan, seperti kehilangan kenyamanan, harta, bahkan teman.

Namun, sebagaimana Abdurrahman bin Auf, kita mengajarkan untuk percaya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan. Asalkan kita jujur, bekerja keras, dan menjadikan harta maupun keahlian sebagai sarana kebaikan, Allah akan membalas dengan keberkahan yang berlipat ganda.

Hijrah juga mengingatkan kita untuk tidak bergantung pada manusia secara berlebihan. Kita bisa saling membantu, tapi tetap harus berusaha mandiri. Di sisi lain, kisah persaudaraan antara Sa’ad bin Rabi’ dan Abdurrahman mengajarkan pentingnya solidaritas sosial. Tanpa keikhlasan orang-orang Anshar, para Muhajirin tentu akan lebih sulit bertahan di Madinah.

Bagi kita hari ini, hijrah bisa berarti meninggalkan kebiasaan buruk, memperbaiki diri, atau berani memulai langkah baru meski berat. Jika Abdurrahman mampu bangkit tanpa apa-apa selain iman dan tekad, maka kita pun bisa menemukan jalan keberkahan dengan bersandar pada Allah.

Kisah hijrah Abdurrahman bin Auf mengajarkan bahwa hijrah sejati selalu berbuah keberkahan, selama dilakukan dengan ikhlas dan penuh keyakinan.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement