Perbaiki Hubunganmu dengan Allah, Maka Allah Akan Perbaiki Urusanmu.
Gambaran di bawah ini menyajikan sebuah nasihat penuh makna dari seorang ulama besar, Yahya bin Mu’adz rahimahullah. Beliau berkata: “Semakin kamu takut kepada Allah, maka manusia pun semakin segan kepadamu. Semakin kamu mencintai Allah, maka manusia pun semakin cinta kepadamu. Dan semakin kamu sibuk dengan Allah, maka manusia pun semakin sibuk dengan urusanmu.”
Nasihat ini mengingatkan kita pada satu hal pokok dalam hidup: segala urusan manusia, baik hubungan dengan sesama maupun segala bentuk rezeki dan kehormatan, pada hakikatnya bergantung pada hubungan kita dengan Allah Ta’ala.
Takut kepada Allah, Bukan kepada Manusia: Takut kepada Allah bukanlah ketakutan yang melemahkan, tetapi rasa takut yang melahirkan ketundukan, ketaatan, dan penjagaan diri dari maksiat. Ketika seseorang memiliki rasa takut kepada Allah, ia akan berhati-hati dalam berbicara, bersikap, maupun mengambil keputusan. Dari situ, manusia pun secara alami akan segan kepadanya. Sebab, wibawa sejati lahir dari ketaatan kepada Allah, bukan dari kedudukan atau harta.
Cinta kepada Allah, Membawa Cinta Sesama
Setiap hati manusia berada di tangan Allah. Jika seseorang mencintai Allah dengan tulus, maka Allah akan meletakkan rasa cinta di hati manusia kepadanya. Ini sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
“Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril: ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah ia.’ Lalu Jibril mencintainya, kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia.’ Maka penduduk langit pun mencintainya, lalu dijadikanlah penerimaan baginya di bumi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Cinta yang sejati bukan karena popularitas semu, melainkan karena Allah menanamkannya di hati manusia.
Sibuk dengan Allah, Maka Allah Sibukkan Manusia dengan Urusanmu
Sering kali kita sibuk mengejar perhatian manusia, sibuk mencari pengakuan, sibuk membela diri, hingga lupa untuk memperbaiki hubungan dengan Allah. Padahal, bila seorang hamba fokus memperhatikan kewajibannya kepada Allah — shalat, dzikir, doa, ibadah, dan ketaatan — maka Allah-lah yang akan mengatur urusannya. Bahkan, manusia akan sibuk sendiri dalam membantu dan memperhatikan hajatnya, tanpa ia minta.
Jalan Perbaikan Diri Dimulai dari Allah: Ketika hati kita dipenuhi dengan cinta kepada Allah, maka kebaikan akan memancar ke seluruh aspek kehidupan. Saat kita memperbaiki shalat, menjaga dzikir, dan mendekatkan diri dengan Al-Qur’an, maka ketenangan hati akan kita peroleh. Dari hati yang tenang inilah lahir sikap sabar, kasih sayang, dan akhlak yang indah.
Sebaliknya, jika hati jauh dari Allah, maka ia akan gelisah meski dikelilingi oleh segala kenikmatan dunia. Hubungan dengan manusia pun sering kali rusak, sebab akar masalahnya bukan pada orang lain, melainkan pada diri kita sendiri yang lalai dari Rabb-nya.
Penutup: Menyibukkan Diri Dengan Allah
Nasihat ini menegaskan: jangan habiskan hidup untuk mengejar ridha manusia, sementara hubungan dengan Allah terabaikan. Jika hubungan dengan Allah baik, maka hubungan dengan manusia pun akan dipermudah. Jika kita sibuk dengan Allah, maka Allah akan menyibukkan manusia dengan urusan kita.
Maka mari kita perbaiki hubungan dengan Allah: perbanyak istighfar, perbaiki shalat, jaga lisan, ikhlaskan amal, dan mohonlah hanya kepada-Nya. Sebab, kebaikan sejati bermula dari hubungan yang kokoh dengan Allah Ta’ala.
“Barang siapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan manusia.” (Ade Sopiyanti, S. Pd. I)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
