SURAU.CO. Setiap orang tua, terlebih seorang ibu, tentu memiliki harapan besar di hatinya: bisa tetap dekat dengan anak-anak yang ia cintai sepenuh jiwa, terutama saat usia sudah tidak lagi muda. Di masa-masa senja itu, banyak ibu yang diam-diam berharap anak-anaknya tinggal tidak terlalu jauh. Ada pula yang terang-terangan meminta agar anaknya tidak merantau ke kota lain, atau bahkan mengajak mereka pulang ke kampung halaman tempat kenangan masa kecil bermula. Permintaan itu bukan semata soal lokasi, tapi kerinduan akan kebersamaan, kasih sayang, dan perhatian.
Pulanglah, Selagi Masih Ada Waktu
Bayangkan sebuah percakapan sederhana. Seorang ibu berkata kepada anaknya, “Nak, kalau kamu merasa lebih baik tinggal di kota A, ibu hanya bisa mendoakan dari sini.” Kalimat itu mungkin terdengar pasrah, tapi tahukah kamu? Di balik kalimat lembut itu tersimpan rasa sedih dan kecewa yang dalam. Ia merelakanmu, meski hatinya ingin selalu memelukmu. Ia tersenyum, tapi di balik senyum itu, ia sedang belajar mengikhlaskan.
Kamu mungkin sedang meniti karier, membangun kehidupan di kota yang jauh, dan merasa nyaman dengan semua pencapaian yang kamu raih. Tapi jika ada kesempatan, pulanglah. Temani ibumu. Kehadiranmu adalah hadiah paling berharga yang bisa ia terima di masa tuanya. Tak ada yang bisa menggantikan rasa bahagia seorang ibu saat bisa duduk berdampingan dengan anaknya yang dulu ia timang-timang.
Ingatlah, kesuksesanmu hari ini bukan semata hasil kerja kerasmu sendiri. Di balik semua itu, ada doa-doa panjang dari ibu yang tak pernah putus. Ada air mata yang ia sembunyikan di malam hari saat kamu jatuh dan gagal. Ada pengorbanan yang tak pernah ia ceritakan saat kamu butuh sesuatu dan ia mengalah pada kebutuhannya sendiri.
Berbakti kepada orang tua, terlebih ibu, bukan hanya tentang memberi materi. Kehadiran, perhatian, dan waktu justru menjadi bentuk bakti yang paling bermakna. Apalagi saat usia mereka sudah senja. Rasulullah SAW bersabda, “Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jagalah pintu itu, jangan sia-siakan.” (HR. Ahmad – hasan)
Mengapa disebut pintu yang paling tengah? Karena itulah pintu yang paling mudah dimasuki. Dan itulah makna dari betapa mudahnya jalan menuju surga: dengan berbuat baik kepada orang tua.
Sungguh Merugi Bila Kita Melewatkan Peluang Ini
Ibu tidak lagi mengejar dunia. Ia tidak meminta makanan mewah, karena lidahnya sudah tak seperti dulu. Ibu tidak memimpikan liburan jauh, karena kakinya mulai lelah menapak. Bahkan, ia tidak menginginkan harta atau kemewahan, karena matanya mulai rabun melihat dunia.
Yang ia inginkan sederhana: waktumu. Ia ingin kamu duduk di sampingnya, menemaninya berbincang walau hanya lima belas menit. Ia ingin mendengar kabar tentang hidupmu. Dan, ia ingin menyentuh cucu-cucunya, melihat mereka tumbuh seperti dulu ia melihatmu. Suatu hal yang cukup mudah untuk balasan surga dari Allah.
Rasulullah SAW memperingatkan dengan sangat tegas dalam hadis riwayat Muslim: “Celaka, celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya dalam keadaan lanjut usia, namun (dengan itu) ia tidak masuk surga karena tidak berbakti kepada mereka.” (HR. Muslim 2551)
Betapa besar pahala dan kemuliaan bagi mereka yang merawat orang tuanya, dan betapa ruginya orang yang mengabaikannya. Apalagi jika orang tua itu seorang ibu yang telah mencurahkan seluruh hidupnya untuk anak-anaknya.
Perintah Berbakti Kepada Ibu
Allah SWT secara eksplisit memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada orang tua. Dalam Surah Luqman ayat 14, Allah berfirman: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Para ulama tafsir seperti Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kalimat “lemah yang bertambah-tambah” menggambarkan betapa beratnya perjuangan ibu sejak mengandung hingga menyusui. Pengorbanan fisik, mental, dan emosional yang tak tergantikan. Bahkan dikatakan bahwa satu tarikan napas saat melahirkan saja belum bisa dibalas dengan seluruh kebaikan kita.
Demikian juga Firman Allah dalam surat Al -Ahqaf ayat 15, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.
Kisah Menyentuh Hati
Sebuah kisah menyentuh datang dari Ibnu Umar. Saat melihat seorang lelaki dari Yaman menggendong ibunya dan thawaf mengelilingi Ka’bah. Orang itu berujar “Sebenarnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh. Apabila tunggangan yang lain lari, maka saya tidak akan lari.” Lalu, ia bertanya kepada Ibnu Umar: “Wahai Umar, apakah aku telah membalas budinya?” Ibnu Umar menjawab: “Engkau belum membalasnya, bahkan untuk satu napas yang ia keluarkan saat melahirkanmu.” (Adabul Mufrad no. 11, shahih)
Begitu besar kasih ibu, hingga tak satu pun dari kita mampu benar-benar membalasnya. Malah sering kali dengan mudahnya kita melupakan pengorbanan yang luar biasa itu. Padahal Allah melarang kita sekadar berkata “ah” kepada ibu. Begitu seriusnya larangan durhaka, hingga Allah memperingatkan bahwa siapa yang melakukannya akan disiksa, baik di dunia maupun di akhirat.
Meski kita tidak mungkin membalas kebaikan Ibu dan Bapak, tetapi kita tetap diperintahkan untuk berbakti sepenuh hati dan mendoakan keduanya. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 23-24, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaknya berbuat baik kepada ibu bapak. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Tuhanku, sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.'”
Mari Berjuang Menjadi Anak yang Berbakti
Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kemudahan oleh Allah untuk selalu berbakti kepada orang tua, terutama ibu. Jangan biarkan kesibukan dengan pekerjaan, pasangan, atau anak-anak membuat kita lalai. Ingatlah, ibu adalah sumber keberkahan dan doa-doanya adalah kunci kesuksesan kita di dunia dan akhirat.
Sebelum semuanya terlambat, pulanglah. Kalau tidak bisa setiap saat, luangkan waktu secara berkala. Jangan menunggu sampai tidak ada lagi yang bisa kita peluk. Jangan menyesal di saat sudah tak ada lagi tangan yang bisa kita cium.
Karena kehadiran kita adalah kebahagiaan yang tak bisa dibeli oleh ibu, dan senyumnya adalah jalan menuju surga yang sangat mudah kita raih.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
