Kisah Cinta Terindah Abu Thalhah dan Ummu Sulaim.
Ini kisah cinta yang patut dicatat dengan tinta emas dalam sejarah dan pelajaran kita disaat ini bila dalam kehidupan keluarga yang baik dan mendapatkan isteri yang baik dan terbaik.
Ummu Sulaim: Wanita Teguh Iman
Ummu Sulaim binti Milhan adalah seorang shahabiyah dari kaum Anshar, ibunda dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Ia dikenal sebagai wanita yang cerdas, tegas, dan memiliki keteguhan iman yang luar biasa. Ketika Islam datang ke Madinah, Ummu Sulaim termasuk yang pertama kali masuk Islam.
Keislamannya membuat sebagian orang terkejut, karena pada masa itu mayoritas masyarakat masih dalam kekafiran. Namun, Ummu Sulaim berdiri teguh, tidak goyah sedikit pun.
Abu Thalhah Melamar: Abu Thalhah al-Anshari adalah salah satu pemuda Madinah yang tampan, gagah, dan disegani. Ia saat itu masih musyrik, belum masuk Islam. Karena terpikat dengan kepribadian Ummu Sulaim, ia datang melamarnya dengan membawa mahar yang berharga.
Namun, Ummu Sulaim menjawab dengan penuh ketegasan:
“Wahai Abu Thalhah, orang sepertimu sebenarnya pantas sekali untuk dipinang, tetapi engkau seorang kafir, sedangkan aku seorang Muslimah. Tidak halal bagiku menikah denganmu. Jika engkau masuk Islam, itulah maharku. Aku tidak meminta yang lain.”
Islam Sebagai Mahar Terindah
Abu Thalhah terkejut mendengar jawaban itu. Ia berharap bisa meluluhkan hati Ummu Sulaim dengan harta dan kedudukannya, namun ternyata Ummu Sulaim memiliki prioritas yang berbeda. Dengan kata lain, kekayaan dan status sosial tidak menjadi pertimbangan utama bagi Ummu Sulaim. Selanjutnya, Abu Thalhah pun menyadari bahwa kesabaran dan keimanan Ummu Sulaim sangatlah kuat. Maka dari itu, ia merasa terpanggil untuk memahami dan menghargai nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh Ummu Sulaim. Tapi Ummu Sulaim justru menolak segalanya dan menjadikan Islam sebagai syarat utama pernikahan.
Ketulusan dan keteguhan iman Ummu Sulaim menyentuh hati Abu Thalhah. Setelah merenung, ia mendatangi Rasulullah ﷺ, menyatakan keislamannya, dan akhirnya menikahi Ummu Sulaim.
Para ulama menyebut, tidak ada mahar yang lebih mulia selain Islam sebagai mahar pernikahan. Bahkan Anas bin Malik berkata: “Aku tidak pernah mendengar ada seorang wanita yang lebih mulia maharnya daripada Ummu Sulaim. Islamnya Abu Thalhah menjadi maharnya.” (HR. An-Nasai).
Kehidupan Penuh Cinta dan Iman
Setelah menikah, Abu Thalhah dan Ummu Sulaim menjadi pasangan yang saling mendukung dalam iman dan amal. Mereka selalu bersama dalam kebaikan, bahkan Ummu Sulaim ikut terjun dalam beberapa peperangan untuk membantu kaum Muslimin.
Mereka dikaruniai seorang anak yang sangat dicintai. Namun, Allah menguji keduanya dengan wafatnya anak tersebut (kisah yang tadi kita bahas). Dan dari ujian itu, justru lahirlah keberkahan luar biasa.
Musibah Menjadi Berkah: Ketika anaknya wafat, Ummu Sulaim memperlihatkan kesabaran luar biasa, menenangkan suaminya, dan menyampaikan kabar duka dengan penuh hikmah. Rasulullah ﷺ pun mendoakan mereka dengan doa keberkahan.
Dari doa itu, Allah karuniakan anak bernama Abdullah bin Abi Thalhah. Dari keturunan Abdullah lahirlah sembilan orang ulama besar yang hafal Al-Qur’an. Inilah buah dari cinta yang dibangun di atas iman.
Pelajaran Cinta dari Abu Thalhah & Ummu Sulaim
Cinta sejati adalah cinta yang membawa pada iman. Ummu Sulaim menolak harta, memilih Islam sebagai mahar.
Cinta sejati adalah cinta yang saling menuntun ke surga. Abu Thalhah berkorban meninggalkan keyakinan lamanya demi bersama dalam Islam.
Cinta sejati diuji dengan musibah. Saat kehilangan anak, mereka tetap sabar dan ridha.
Cinta sejati melahirkan keberkahan generasi. Dari keduanya lahir keturunan ulama dan penghafal Qur’an.
Kesimpulan: Kisah cinta Abu Thalhah dan Ummu Sulaim adalah kisah cinta yang bukan sekadar berlandaskan dunia, tetapi cinta karena Allah. Islam menjadi maharnya, sabar menjadi perhiasannya, doa Nabi menjadi keberkahannya, dan surga menjadi tujuan akhirnya. (Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
