SURAU.CO-Sujud terakhir dalam shalat menjadi momen penuh rahasia. Banyak ulama menegaskan bahwa sujud terakhir adalah detik paling dekat antara hamba dengan Allah. Saat itu tubuh merendah serendah-rendahnya, sementara hati meninggi menuju Rabb yang Maha Tinggi. Doa di momen ini terasa lebih mustajab karena posisi sujud melambangkan ketundukan total manusia di hadapan Pencipta-Nya.
Sujud dalam shalat tidak hanya gerakan fisik, melainkan ibadah batin yang menunjukkan kepasrahan. Di titik itu seseorang meninggalkan gengsi dunia. Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Seorang hamba paling dekat dengan Rabb-nya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah doa.” (HR. Muslim).
Sujud terakhir memberi nuansa yang berbeda. Para ulama tafsir dan ahli hadis menjelaskan bahwa momen ini menutup rangkaian shalat dengan sempurna. Berdoa di sana membuat seorang muslim sadar bahwa hidup adalah siklus tunduk dan kembali kepada Allah. Dalam pengalaman sebagian orang, doa yang dipanjatkan di sujud terakhir menghadirkan rasa khusyuk mendalam. Hati bergetar seolah doa itu menembus langit tanpa halangan.
Keutamaan Sujud Terakhir dan Doa Mustajab
Dalam tradisi tasawuf, sujud ibarat pintu kecil menuju keheningan jiwa. Doa di sujud terakhir tidak sekadar permintaan, melainkan bisikan hati yang lahir dari kerendahan diri. Karena itu, banyak ulama menyebut momen ini sebagai kesempatan emas. Sayangnya, sebagian muslim melewatkan peluang berharga tersebut.
Sejumlah ulama menegaskan bahwa doa di sujud boleh dengan bahasa apa saja, baik Arab maupun bahasa ibu, selama niatnya tulus. Hal ini memberi ruang luas bagi seorang muslim untuk berbicara langsung dengan Allah di titik paling rendah dirinya. Dalam pengalaman orang saleh, doa di sujud terakhir menghadirkan kekuatan batin yang bertahan lama. Mereka merasa mendapat bekal spiritual untuk menghadapi hari-hari berikutnya.
Kisah tentang doa yang terkabul di sujud terakhir juga banyak terdengar. Seorang ayah berdoa agar anaknya sembuh, seorang ibu memohon rezeki halal, atau seorang pemuda meminta ketenangan hati. Banyak dari mereka merasakan jawaban Allah setelah bersungguh-sungguh berdoa di sujud terakhir. Fenomena ini memperkuat keyakinan bahwa doa di momen tersebut benar-benar mustajab.
Dalam kehidupan modern, sujud terakhir semakin relevan. Saat manusia sibuk mengejar target duniawi, momen ini menjadi oase. Di sana ada kesempatan untuk berhenti, menundukkan kepala, dan melepas beban lewat doa. Sujud terakhir tidak hanya menenangkan jiwa, tetapi juga memberi arah baru dalam menjalani hidup.
Sujud Terakhir sebagai Jembatan Kerendahan dan Pengabulan Doa
Kajian ilmiah pun mendukung hal ini. Posisi sujud mampu menurunkan stres, melancarkan sirkulasi darah, dan merangsang ketenangan otak. Saat itu aktivitas otak kanan yang mengatur spiritualitas lebih aktif. Itulah sebabnya doa di sujud terakhir terasa lebih menyentuh. Fakta ini sejalan dengan ajaran Islam bahwa kerendahan fisik dan batin membuka jalan bagi doa agar lebih mudah dikabulkan.
Sujud terakhir juga membawa pesan : manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Ketika wajah menempel di bumi, jiwa sadar bahwa semua kekuatan hanyalah titipan. Doa di sujud terakhir menjadi pengakuan atas kelemahan diri sekaligus harapan agar Allah mengangkatnya dengan kasih sayang.
Banyak muslim merasakan bahwa doa di sujud terakhir menghadirkan ketenangan batin yang sulit dijelaskan. Momen ini membuat hati terasa lebih dekat dengan Allah. Bahkan dalam situasi sulit sekalipun, sujud terakhir mampu menumbuhkan rasa optimis, seolah-olah setiap doa akan dijawab pada waktunya.
Selain itu, sujud terakhir mengajarkan bahwa doa tidak hanya permintaan pribadi, tetapi juga wujud empati. Seorang muslim bisa mendoakan orang tua, keluarga, bahkan umat Islam secara umum. Dengan cara ini, sujud terakhir bukan hanya ibadah individual, tetapi juga jembatan spiritual yang menguatkan hubungan sosial. (Hendri Hasyim)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
