Opinion
Beranda » Berita » Memegang Teguh Amanah: Kisah Teladan Menepati Janji di Zaman Nabi

Memegang Teguh Amanah: Kisah Teladan Menepati Janji di Zaman Nabi

Ilustrasi pentingnya janji dalam islam

SURAU.CO – Ajaran Islam tidak hanya berhenti pada tataran teori. Islam selalu memberikan contoh nyata untuk setiap perintah dan larangan. Tentu saja, teladan terbaik datang dari kehidupan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Mereka menunjukkan karakter mulia dengan memegang teguh janji. Bagi mereka, janji bukan sekadar ucapan, melainkan sumpah kehormatan yang mengikat dunia dan akhirat. Dengan mempelajari kisah teladan menepati janji dari mereka, kita akan lebih memahami pentingnya sebuah komitmen.

Rasulullah SAW: Integritas di Atas Segalanya

Contoh paling agung datang langsung dari Nabi Muhammad SAW. Salah satu peristiwa penting terjadi setelah Perjanjian Hudaibiyah. Kaum Muslimin Madinah menyepakati perjanjian ini dengan kaum musyrikin Quraisy di Mekah.

Salah satu poin dalam perjanjian itu menyebutkan: “Jika ada orang Quraisy yang datang kepada Muhammad tanpa izin walinya, maka ia harus dikembalikan.”

Klausul ini tampak sangat merugikan umat Islam. Tidak lama setelah kesepakatan itu, seorang sahabat bernama Abu Jandal bin Suhail datang. Ia berhasil melarikan diri dari siksaan kaum Quraisy di Mekah. Ia datang dengan kaki terikat rantai sambil memohon perlindungan kepada Rasulullah. Para sahabat pun merasa iba. Mereka mendesak Nabi untuk melindungi Abu Jandal. Namun, Rasulullah SAW tetap setia pada janji yang telah beliau buat.

Beliau berkata kepada Abu Jandal, “Wahai Abu Jandal, bersabarlah dan berharaplah pahala. Sesungguhnya Allah akan memberikan jalan keluar bagimu. Kita telah membuat perjanjian dengan mereka, dan kita tidak akan mengkhianati janji itu.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Dengan berat hati, Rasulullah SAW menyerahkannya kembali kepada kaum Quraisy. Tindakan ini menunjukkan bahwa beliau menjunjung tinggi janji sebagai sebuah kehormatan, bahkan kepada musuh sekalipun. Integritas dan amanah harus selalu menjadi prioritas.

Hudzaifah bin Al-Yaman: Komitmen Melebihi Kepentingan Perang

Para sahabat juga meneladani karakter agung ini dengan kuat. Kisah Hudzaifah bin Al-Yaman menjadi bukti nyata lainnya. Menjelang Perang Badar, Hudzaifah dan ayahnya sedang dalam perjalanan menuju Madinah. Di tengah jalan, kaum kafir Quraisy menangkap mereka.

Kaum Quraisy tidak mau melepaskan keduanya. Mereka khawatir Hudzaifah dan ayahnya akan bergabung dengan pasukan Muslim. Akhirnya, kaum Quraisy melepaskan mereka, namun setelah memaksa keduanya untuk berjanji. Mereka berjanji tidak akan ikut berperang di pihak Nabi Muhammad SAW.

Setibanya di Madinah, mereka segera melapor kepada Rasulullah. Mereka menceritakan janji yang telah mereka buat di bawah tekanan. Saat itu, pasukan Muslim sedang dalam kondisi genting. Jumlah mereka jauh lebih sedikit dari pasukan musuh. Tentu saja, setiap tambahan prajurit sangat berarti.

Meskipun demikian, Rasulullah memberikan jawaban yang luar biasa. Beliau bersabda, “Pergilah kalian berdua. Penuhilah janji yang telah kalian buat untuk mereka. Kita akan memohon pertolongan Allah dalam menghadapi mereka.”

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Subhanallah, dalam kondisi paling kritis, Rasulullah SAW tetap memerintahkan sahabatnya untuk menunaikan janji. Hal ini mengajarkan kita bahwa komitmen lisan memiliki kekuatan hukum yang sangat besar. Memohon pertolongan Allah jauh lebih utama daripada melanggar sebuah janji.

Pelajaran dari Kisah-Kisah Mulia

Kisah-kisah di atas bukanlah sekadar cerita. Mereka mengandung pelajaran hidup yang sangat berharga. Dari peristiwa Abu Jandal, kita belajar bahwa kita harus menepati janji meski kepada lawan. Dari kisah Hudzaifah, kita memahami bahwa kita tidak boleh meremehkan komitmen lisan, bahkan dalam situasi tersulit.

Mereka mengajarkan bahwa kata-kata seorang Muslim memiliki bobot yang besar. Kata-kata itu adalah jaminan atas kehormatan dan keimanannya. Mengingkari janji sama saja dengan meruntuhkan integritas diri sendiri. Pada akhirnya, kisah teladan menepati janji di zaman Rasulullah SAW memberikan standar yang sangat tinggi bagi kita. Menjaga janji merupakan pilar karakter, bukti keimanan, dan fondasi masyarakat yang adil dan penuh kepercayaan. Semoga kita dapat meneladani akhlak mulia ini, sehingga kita bisa mempertanggungjawabkan setiap ucapan di hadapan Allah SWT.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement