Kisah
Beranda » Berita » Kisah Cinta Zainab, Putri Sulung Rasulullah

Kisah Cinta Zainab, Putri Sulung Rasulullah

Kisah Cinta Zainab, Putri Sulung Rasulullah. Sumber: canva.com

SURAU.CO – Jauh sebelum kenabian, rumah tangga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dihiasi oleh kisah cinta putrinya, Zainab. Zainab adalah putri sulung beliau. Ia menikah dengan sepupunya, Abul Ash bin Ar-Rabi’. Abul Ash adalah seorang pemuda terpandang, saudagar sukses, dan memiliki akhlak yang mulia. Pernikahan mereka dibangun di atas cinta dan saling menghormati. Namun, takdir akan menguji ikatan mereka dengan ujian terberat: perbedaan akidah.

Kisah mereka memberikan kita pelajaran berharga. Ia membahas tentang cinta, kesetiaan, dan keteguhan iman. Kisah ini juga menjadi salah satu landasan historis dalam pembahasan hukum pernikahan beda agama di masa awal Islam.

Saat Cahaya Islam Memisahkan Dua Hati

Kehidupan damai mereka berubah selamanya. Ayahanda Zainab, Muhammad bin Abdullah, menerima wahyu. Beliau diangkat menjadi seorang Rasul. Zainab, bersama ibu dan saudari-saudarinya, segera menyambut seruan tauhid. Ia memeluk Islam dengan sepenuh hati. Di sinilah ujian pertama datang. Suaminya, Abul Ash, menolak untuk meninggalkan agama nenek moyangnya.

Meskipun berbeda keyakinan, Abul Ash sangat mencintai Zainab. Kaum Quraisy Makkah mendatanginya. Mereka mendesak Abul Ash untuk menceraikan Zainab. Mereka bahkan menawarinya perempuan tercantik dari kalangan mereka sebagai gantinya. Namun, Abul Ash menolak dengan tegas. Ia berkata, “Aku tidak akan pernah menceraikan istriku. Aku tidak mau perempuan Quraisy mana pun sebagai penggantinya.”

Pada masa awal Islam di Makkah ini, belum turun ayat yang secara eksplisit melarang pernikahan antara seorang Muslimah dengan laki-laki non-Muslim. Oleh karena itu, Nabi pun membiarkan Zainab tetap berada dalam ikatan pernikahan dengan Abul Ash.

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

Perang Badar dan Kalung Milik Khadijah

Konflik antara kaum Muslimin dan Quraisy akhirnya memuncak. Terjadilah Perang Badar. Abul Ash, karena loyalitas kesukuan, ikut berperang di barisan kaum Quraisy. Ia berperang melawan ayah mertuanya sendiri. Dalam pertempuran itu, kaum Muslimin meraih kemenangan. Abul Ash pun menjadi salah satu tawanan perang.

Berita penawanan ini sampai ke Makkah. Zainab sangat bersedih. Ia segera menyiapkan harta untuk menebus suaminya. Di antara harta tebusan itu, ia menyertakan sebuah kalung yang sangat istimewa. Kalung itu adalah hadiah dari ibundanya, Khadijah radhiyallahu ‘anha, pada hari pernikahannya.

Ketika harta tebusan tiba di Madinah, Rasulullah melihat kalung itu. Hati beliau pun tersentuh. Beliau langsung teringat pada mendiang istri tercintanya, Khadijah. Dengan mata berkaca-kaca, beliau berkata kepada para sahabat, “Jika kalian berkenan, bebaskanlah tawanannya dan kembalikan hartanya.” Para sahabat pun setuju.

Sebuah Janji yang Harus Ditepati

Rasulullah membebaskan Abul Ash. Namun, beliau memberikan satu syarat yang berat. Nabi meminta Abul Ash berjanji untuk mengizinkan Zainab berhijrah ke Madinah. Abul Ash menyetujuinya. Inilah awal dari perpisahan panjang mereka demi akidah.

Abul Ash menepati janjinya. Setibanya di Makkah, ia memerintahkan Zainab untuk bersiap. Namun, perjalanan hijrah Zainab tidaklah mudah. Ia dihadang oleh kaum Quraisy hingga terjatuh dari untanya. Akibat insiden itu, ia terluka parah dan mengalami keguguran. Akhirnya, ia berhasil tiba di Madinah dan hidup di bawah perlindungan ayahnya.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Kesetiaan yang Berbuah Hidayah

Bertahun-tahun kemudian, Abul Ash kembali memimpin kafilah dagang. Dalam perjalanan pulang, rombongannya dicegat oleh pasukan Muslim. Hartanya dirampas, namun ia berhasil melarikan diri. Diam-diam, ia memasuki Madinah di malam hari dan langsung menuju rumah Zainab. Ia meminta perlindungan.

Keesokan paginya saat shalat Subuh, Zainab berteriak dari barisan perempuan. “Wahai sekalian manusia! Aku telah melindungi Abul Ash bin Ar-Rabi’!” Rasulullah menghormati perlindungan yang diberikan putrinya.

Setelah itu, Abul Ash kembali ke Makkah. Ia mengembalikan setiap harta titipan dagang kepada pemiliknya. Ia membuktikan integritasnya yang luar biasa. Setelah semua urusannya selesai, ia kembali ke Madinah. Di hadapan Rasulullah, ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam.

Dengan masuknya Abul Ash ke dalam Islam, hilanglah penghalang di antara mereka. Rasulullah pun mengembalikan Zainab ke dalam pelukan suaminya, memperbarui ikatan pernikahan mereka yang sempat terpisah oleh perbedaan keyakinan. Kisah mereka adalah bukti bahwa cinta sejati akan selalu menemukan jalan kembali dalam naungan iman.

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement