Sosok
Beranda » Berita » Al-Jahiz: Perintis Zoologi Islam

Al-Jahiz: Perintis Zoologi Islam

Al-Jahiz, Ulama dan Ahli Zoologi Islam Pertama
Ilustrasi Al-Jahiz. (Foto: tebuireng.online)

SURAU.CO – Dalam sejarah peradaban Islam, kita menemukan tokoh-tokoh besar yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga menekuni ilmu pengetahuan alam. Salah satu di antara mereka adalah Al-Jahiz, seorang ilmuwan muslim yang banyak orang menganggap sebagai ahli zoologi pertama dalam Islam. Namanya mungkin tidak setenar Ibnu Sina atau Al-Farabi, namun karya dan gagasannya tentang ilmu hewan serta kehidupan alam mempengaruhi banyak generasi, bahkan jauh melampaui zamannya.

Latar Belakang Kehidupan Al-Jahiz

Nama lengkap Al-Jahiz ialah Abu Utsman Amr bin Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri, tetapi dunia lebih mengenalnya dengan sebutan Al-Jahiz. Ia lahir di Basrah, Irak, sekitar tahun 776 M, pada masa Dinasti Abbasiyah. Orang-orang menjulukinya Al-Jahiz karena matanya besar dan menonjol. Meskipun demikian, ia tidak pernah merasa rendah diri. Sebaliknya, ia justru menggunakan kecerdasannya untuk mengangkat dirinya sebagai ulama, penulis, ilmuwan sekaligus besar.

Sejak kecil, Al-Jahiz menghadapi kenyataan pahit karena ayahnya meninggal. Ia pun membantu keluarganya dengan berjualan ikan di tepi sungai. Meski hidup dalam keterbatasan, ia tetap bersemangat menuntut ilmu. Ia dikenal haus pengetahuan dan menghabiskan banyak waktu di masjid Basrah untuk mengikuti halaqah para ulama serta mendengarkan diskusi ilmiah. Dari sanalan ia menyerap berbagai ilmu, mulai dari tafsir, hadis, fiqh, sastra, hingga filsafat.

Selain itu, ia juga rajin membaca buku-buku di perpustakaan besar Basrah. Kecintaan pada ilmu membuatnya tumbuh menjadi sosok yang serba tahu dan selalu ingin tahu. Ia tidak berhenti menjadi ulama, melainkan berkembang menjadi pemikir bebas yang berani mengemukakan ide-ide baru.

Karya-Karya Besar Al-Jahiz

Al-Jahiz menulis secara produktif. Para sejarawan mencatat ia menghasilkan lebih dari 200 buku, meski tidak semuanya sampai kepada kita. Karya-karyanya mencakup berbagai bidang, mulai dari sastra, politik, teologi, zoologi, hingga filsafat.

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah “Kitab al-Hayawan” (Buku tentang Hewan). Dalam kitab ini, ia membahas ratusan jenis hewan, perilaku mereka, cara hidup, habitat, serta interaksi dengan lingkungan. Ia tidak hanya menulis deskripsi biologi, namun juga menambahkan kisah, anekdot, bahkan humor yang membuat karyanya enak dibaca.

Selain itu, ia menulis Kitab al-Bukhala (Buku tentang Orang Pelit) yang berisi kisah satir tentang sifat kikir manusia. Melalui buku ini, ia menunjukkan bakatnya sebagai sastrawan ulung. Karya besarnya yang lain adalah “Al-Bayan wa at-Tabyin” , yang membahas sastra Arab, retorika, dan keindahan bahasa.

Al-Jahiz sebagai Ahli Zoologi Pertama

Mengapa orang menyebut Al-Jahiz sebagai ahli zoologi pertama dalam Islam? Alasannya, ia menulis secara sistematis tentang hewan dengan pendekatan ilmiah. Dalam Kitab al-Hayawan, ia membahas tidak kurang dari 350 spesies hewan, mulai dari serangga, burung, ikan, hingga mamalia.

Ia tidak hanya menggambarkan bentuk fisik hewan. Ia meneliti perilaku dan pola hidup mereka, mengamati cara hewan mencari makan, bertahan hidup, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Lebih jauh lagi, Al-Jahiz mengemukakan gagasan-gagasan yang sangat maju pada zamannya: adaptasi dan seleksi alam. Ia menulis bahwa hewan bertahan hidup karena proses seleksi: yang kuat bertahan, sedangkan yang lemah punah. Pandangan ini jauh mendahului Charles Darwin yang memperkenalkan teori evolusi pada abad ke-19. Oleh karena itu, banyak ilmuwan menilai Al-Jahiz telah merintis gagasan evolusi berabad-abad sebelum Darwin.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Keistimewaan Cara Berpikir Al-Jahiz

Pemikiran Al-Jahiz menjadi istimewa karena beberapa hal penting.

Pertama, ia menulis berdasarkan observasi langsung. Ia tidak hanya mengandalkan teori, tetapi juga mengamati hewan di sungai, padang pasir, dan pasar hewan.

Kedua, ia selalu menghubungkan ilmu dengan iman. Ketika berbicara sains, ia menegaskan bahwa semua ciptaan merupakan bukti kebesaran Allah. Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan tidak pernah terlepas dari nilai-nilai keagamaan.

Ketiga, ia menulis dengan bahasa populer. Ia menyajikan karya dengan gaya mengalir, penuh humor, dan sesekali satir. Oleh karena itu, tulisannya tidak hanya dapat dinikmati oleh kalangan cendekia, tetapi juga masyarakat umum.

Inspirasi dari Kehidupan Al-Jahiz

Kisah hidup Al-Jahiz menyimpan banyak inspirasi bagi kita.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Pertama, ia menunjukkan bahwa keterbatasan ekonomi tidak bisa menghentikan semangat belajar . Meskipun berasal dari keluarga miskin, ia tumbuh menjadi tokoh besar karena ketekunannya mencari ilmu.

Kedua, ia menegaskan bahwa ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum harus berjalan seiring . Kecintaannya pada zoologi tidak pernah membuatnya jauh dari agama. Sebaliknya, ia semakin kagum kepada Allah melalui ciptaan-Nya.

Ketiga, ia membuktikan bahwa membaca dan menulis dapat mengubah peradaban. Dengan karya-karyanya, ia mewariskan pengetahuan berharga bagi generasi berikutnya.

Akhir Hayat Al-Jahiz

Al-Jahiz wafat di Basrah pada tahun 868 M dalam usia sekitar 92 tahun. Beberapa riwayat menyebut ia meninggal dengan cara unik: sebuah rak penuh buku menimpanya ketika ia sedang membaca. Terlepas dari kebenaran kisah itu, kematian itu bagaikan melambangkan kehidupan yang begitu dekat dengan buku dan ilmu.

Al-Jahiz bukan sekedar ulama atau sastrawan. Ia ialah pelopor zoologi Islam yang pemikirannya melampaui zamannya. Ia mengajarkan kita bahwa rasa ingin tahu, kerja keras, dan kecintaan pada ilmu bisa mengantarkan seseorang pada keabadian sejarah.

Hari ini, ketika banyak orang membicarakan ilmu pengetahuan modern, kita sering lupa bahwa Islam pernah melahirkan pemikir besar seperti Al-Jahiz. Kisahnya mengingatkan kita bahwa umat Islam pernah berdiri di garis depan ilmu pengetahuan. Dengan meneladani semangatnya, kita pun bisa bangkit sebagai pencinta ilmu, serta menjadikan pengetahuan sebagai jalan untuk semakin mengenal kebesaran Allah.

(heni: Dikutip dari berbagai sumber)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement