SURAU.CO – Tidak ada nikmat dunia yang lebih besar setelah iman selain kehadiran kedua orang tua. Dari merekalah seorang anak hadir di dunia, mendapatkan kasih sayang, pendidikan, dan doa yang tak pernah putus. Umar bin Ahmad Baraja dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 menegaskan kewajiban anak untuk mencintai kedua orang tuanya. Mencintai orang tua bukan sekadar kewajiban moral, melainkan perintah syariat yang ditegaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Kitab Akhlaq lil Banin ditulis oleh Umar bin Ahmad Baraja, seorang ulama Hadramaut yang hidup pada abad ke-20 dan banyak berkarya di Hijaz. Kitab ini lahir dari keprihatinan beliau akan pentingnya membentuk akhlak anak sejak dini.
Ditujukan khusus untuk anak-anak madrasah dan santri pemula, kitab ini menjadi salah satu bacaan penting di pesantren Nusantara. Ia memadukan kisah, nasihat, dan dalil, sehingga mudah dipahami namun tetap sarat makna. Dalam khazanah pendidikan Islam klasik, kitab ini menjadi jembatan antara ilmu agama dan praktik akhlak sehari-hari.
1. Perintah Al-Qur’an tentang Berbakti kepada Orang Tua
Dalam kitab ini dijelaskan bahwa hak orang tua menempati posisi tinggi setelah hak Allah. Allah berfirman:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua.” (QS. Al-Isra’: 23)
Ayat ini menegaskan hubungan antara tauhid dan birrul walidain (berbakti kepada orang tua). Seorang anak yang benar imannya akan selalu menghormati, mencintai, dan mendoakan orang tuanya.
2. Wujud Cinta kepada Orang Tua
Umar Baraja menekankan bahwa cinta kepada orang tua diwujudkan dalam ketaatan, penghormatan, dan pelayanan. Seorang anak tidak boleh meninggikan suara di hadapan mereka, tidak boleh menyakiti hati mereka, bahkan sekadar dengan ucapan.
Cinta ini juga berarti mendahulukan kebutuhan mereka dibanding keinginan pribadi. Nabi ﷺ bersabda:
رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.”
Di era modern, bentuk cinta kepada orang tua bisa diwujudkan dengan hal-hal kecil: menelpon mereka setiap hari, mendengarkan cerita mereka dengan sabar, atau sekadar membantu pekerjaan rumah. Hal-hal sederhana ini menjadi ladang pahala yang besar.
3. Keteladanan Kesabaran Orang Tua
Dalam Akhlaq lil Banin diceritakan bahwa seorang anak harus mengingat jasa besar orang tua: bagaimana ibunya menanggung kehamilan, sakit melahirkan, dan ayahnya bersusah payah mencari nafkah.
Kesadaran ini melahirkan rasa syukur. Orang tua mungkin tidak sempurna, tetapi pengorbanan mereka menjadi sebab kita bisa tumbuh dan belajar. Cinta sejati kepada mereka berarti membalas jasa dengan doa dan amal saleh. Bahkan setelah wafat, anak tetap bisa mencintai orang tua dengan mendoakan dan menyedekahkan amal atas nama mereka.
Hikmah yang Menghidupkan Hati
Dari Akhlaq lil Banin Juz 2, kita belajar bahwa mencintai kedua orang tua bukan sekadar etika keluarga, melainkan bagian dari iman. Berbakti kepada mereka membuka pintu ridha Allah, sedangkan durhaka menutup jalan keberkahan hidup.
Mari kita renungkan: sudahkah kita membahagiakan orang tua kita hari ini? Sudahkah kita berdoa untuk mereka, bahkan ketika mereka telah tiada?
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Ya Allah, ampunilah kedua orang tuaku dan rahmatilah mereka sebagaimana mereka telah mendidikku ketika kecil.”
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
