SURAU.CO – Rasulullah ﷺ adalah manusia dengan akhlak terbaik. Allah sendiri menegaskan dalam firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sungguh engkau (Muhammad) memiliki budi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)
Allah menjadikannya teladan dalam setiap ucapan dan perbuatan. Beliau bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلَاقِ
“Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia.”
Dalam Akhlaq lil Banin Juz 2, Umar bin Ahmad Baraja menghadirkan kisah-kisah yang menggambarkan sekelumit akhlak Nabi ﷺ. Kisah sederhana, namun penuh teladan bagi anak-anak maupun orang dewasa.
Kitab Akhlaq lil Banin ditulis oleh Umar bin Ahmad Baraja, ulama Hadramaut abad ke-20 yang bermukim di Hijaz. Ia menyusun karya ini khusus untuk anak-anak madrasah dan santri pemula. Tujuannya sederhana: menanamkan adab sejak dini agar mereka tumbuh dengan iman dan budi pekerti mulia.
Kitab ini populer di dunia pesantren Nusantara. Bahasa yang mudah dan kisah-kisah singkatnya membuatnya relevan sebagai pengantar pendidikan akhlak.
1. Sederhana, Pemaaf, dan Rendah Hati
Rasulullah ﷺ hidup dengan penuh qana’ah, merasa cukup dengan apa yang ada. Beliau tidak pernah mencela makanan. Jika suka, beliau memakannya. Jika tidak, beliau diam tanpa menjelekkan. Beliau tidak meminta yang tak tersedia dan tidak iri pada harta orang lain.
Beliau juga pemaaf. Orang yang menyakitinya tidak beliau balas dengan keburukan. Sebaliknya, beliau memilih sabar atas gangguan. Bahkan, beliau tetap menebar salam kepada anak-anak kecil di jalan. Kerendahan hatinya tampak saat beliau menjahit bajunya sendiri, memperbaiki sandal, menyapu rumah, hingga melayani keluarganya.
Sikap ini terasa relevan di zaman modern. Di tengah budaya konsumtif, Nabi mengajarkan kesederhanaan. Di tengah budaya pamer, beliau mencontohkan kerendahan hati.
2. Keberanian dan Kejujuran
Nabi ﷺ adalah sosok pemberani. Di medan perang, beliau selalu berada di barisan terdepan, paling dekat dengan musuh. Namun keberaniannya bukan untuk menindas, melainkan menjaga kebenaran.
Beliau teguh memegang prinsip. Walau banyak rintangan, beliau tetap sabar dalam menunaikan kewajiban. Kejujuran pun menjadi ciri utama hingga masyarakat Makkah menjulukinya Al-Amîn (yang terpercaya).
Di era penuh kepalsuan, sifat ini sangat berharga. Keberanian sejati tidak hanya di medan perang, tetapi juga saat melawan hawa nafsu dan berani berkata benar meski sendirian.
3. Kasih Sayang yang Menyeluruh
Kasih sayang Nabi ﷺ meliputi semua kalangan. Beliau tidak pernah membentak pelayan. Jika pelayan salah, beliau mengajarkan untuk memaafkannya. Kepada anak-anak, beliau memberi salam dan bahkan menyingkat salat ketika mendengar bayi menangis agar ibunya tidak kesulitan.
Ada kisah indah ketika Hasan kecil menaiki punggung beliau saat sujud. Nabi tetap tenang, bahkan memperpanjang sujudnya sampai cucunya turun. Begitu juga saat Abu Umair, adik Anas bin Malik, bersedih karena burung kecilnya mati. Nabi mendekatinya lalu berkata dengan lembut:
يَا أَبَا عُمَيْرٍ مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ؟
“Wahai Abu Umair, apa yang dilakukan burung kecilmu itu?”
Kalimat sederhana itu menghibur hati seorang anak. Kasih sayang Nabi tidak hanya untuk umat dewasa, tetapi juga untuk jiwa polos anak-anak.
Teladan Abadi untuk Zaman Modern
Sekelumit akhlak Nabi ﷺ yang dituliskan Umar Baraja mengajarkan kita tentang kesederhanaan, keberanian, kejujuran, kasih sayang, dan kerendahan hati. Inilah yang membuat beliau dicintai sepanjang zaman.
Pertanyaannya: sudahkah kita meneladani akhlak Nabi dalam keseharian, ataukah kita hanya melafalkan namanya dalam doa tanpa menghadirkan teladannya dalam diri?
اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِأَخْلَاقِ نَبِيِّكَ الْكَرِيمِ، وَارْزُقْنَا شَفَاعَتَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Ya Allah, hiasilah kami dengan akhlak Nabi-Mu yang mulia, dan anugerahkanlah kami syafa’atnya di hari kiamat.”
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
