Pendidikan
Beranda » Berita » Kewajiban Anak Terhadap Nabi-Nya ﷺ dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Kewajiban Anak Terhadap Nabi-Nya ﷺ dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Nabi
Sebuah kelas Islam tradisional dengan sekelompok anak laki-laki berpakaian putih dan peci hitam sedang belajar akhlak.

SURAU.CO – Seorang muslim tak hanya punya kewajiban kepada Allah, tetapi juga kepada Rasulullah ﷺ. Bahkan, menurut Umar bin Ahmad Baraja dalam Akhlaq lil Banin Juz 2, hak Nabi ﷺ atas umatnya adalah hak terbesar setelah hak Allah. Tanpa Nabi, kita tidak akan mengenal Tuhan, tidak tahu halal dan haram, serta tidak punya tuntunan hidup. Maka, kewajiban anak terhadap Nabi adalah kecintaan, ketaatan, pembelaan, dan memperbanyak shalawat kepadanya.

Umar bin Ahmad Baraja adalah ulama Hadramaut yang hidup pada abad ke-20 dan banyak berkarya di Hijaz. Beliau menulis Akhlaq lil Banin dengan tujuan mendidik akhlak anak-anak sejak dini. Dengan bahasa sederhana, beliau menanamkan adab dasar: terhadap Allah, Nabi, orang tua, guru, dan sesama.

Di pesantren dan madrasah, kitab ini menjadi rujukan penting. Ia mengisi ruang kosong dalam pendidikan moral praktis, sehingga anak-anak tidak hanya belajar hukum-hukum fiqh, tetapi juga nilai akhlak yang menyentuh hati.

1. Mencintai Nabi Lebih dari Segalanya

Umar Baraja menulis:

اِعْلَمْ أَنَّ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقًّا عَظِيمًا عَلَيْكَ وَهُوَ أَعْظَمُ الْحُقُوقِ بَعْدَ حَقِّ اللهِ تَعَالَى
“Ketahuilah bahwa Nabi ﷺ mempunyai hak yang besar atasmu, dan haknya adalah yang terbesar sesudah hak Allah Ta’ala.”

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Nabi adalah perantara kita mengenal Allah, mengetahui halal dan haram, serta menapaki jalan Islam. Karena itu, beliau berhak mendapatkan cinta yang lebih besar daripada cinta kepada diri sendiri dan keluarga.

Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ»
“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, ayahnya, dan seluruh manusia.”

Di era modern, cinta Nabi bukan sekadar seremoni maulid atau ucapan shalawat di bibir, tetapi menghadirkan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengikuti Sunnah, Mencintai Keluarga dan Sahabat

Cinta Nabi punya konsekuensi: mengikuti sunnah dan mencintai keluarganya, para sahabat, serta umatnya.

Allah berfirman:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ (آل عمران: 31)
“Katakanlah: jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu.”

Nabi juga berpesan:

  • “Cintailah Allah karena nikmat-Nya kepadamu, cintailah aku karena cintamu kepada Allah, dan cintailah keluargaku karena cintamu kepadaku.”
  • “Peliharalah aku dalam mengenang sahabatku. Janganlah kamu jadikan mereka sasaran caci maki sepeninggalku. Barangsiapa mencintai mereka, maka karena cintanya kepadaku; barangsiapa membenci mereka, maka karena benci kepadaku.”

Cinta sejati kepada Nabi berarti menjaga lisan, menghormati sahabat, dan mengasihi umat Islam. Bahkan hadits lain menegaskan: “Tidaklah seseorang beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”

3. Taat, Membela Agama, dan Memperbanyak Shalawat

Allah menegaskan:

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ (النساء: 80)
“Barangsiapa menaati Rasul, maka ia sungguh telah menaati Allah.”

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا (الحشر: 7)
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.”

Mentaati Nabi berarti mengikuti sunnahnya, membela agamanya dengan perkataan dan perbuatan, serta menjaga syariatnya dengan segenap kemampuan.

Selain itu, umat diperintahkan untuk memperbanyak shalawat, terutama di malam dan hari Jum’at. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (الأحزاب: 56)

Nabi ﷺ bersabda:
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jum’at dan malam Jum’at. Barangsiapa memperbanyaknya, aku akan menjadi saksi dan memberi syafa’at baginya pada hari kiamat.”

Hikmah untuk Generasi Pecinta Nabi

Dari Akhlaq lil Banin Juz 2, kita belajar bahwa kewajiban anak kepada Nabi ﷺ meliputi: mencintainya lebih dari segalanya, mengikuti sunnahnya, menghormati keluarga dan sahabatnya, menaati perintahnya, membela agamanya, dan memperbanyak shalawat.

Mari kita renungkan: sudahkah kita benar-benar mencintai Nabi, ataukah cinta itu hanya di lisan? Apakah kita telah berusaha membela sunnahnya di dunia modern ini, ataukah kita sibuk dengan tren dunia yang melalaikan?

اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ ﷺ أَعْظَمَ الْأَشْيَاءِ فِي قُلُوبِنَا، وَارْزُقْنَا شَفَاعَتَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Ya Allah, jadikanlah cinta kepada Nabi-Mu Muhammad ﷺ sebagai hal terbesar di hati kami, dan karuniakanlah kami syafa’atnya di hari kiamat.”


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement