Pendidikan
Beranda » Berita » Kewajiban Anak Terhadap Allah Ta’ala dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Kewajiban Anak Terhadap Allah Ta’ala dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Kewajiban anak
Sebuah kelas Islam tradisional dengan sekelompok anak laki-laki berpakaian putih dan peci hitam sedang belajar akhlak.

SURAU.CO – Setiap anak lahir membawa fitrah suci, dan tugas pendidikan adalah menjaga serta mengarahkan fitrah itu menuju Allah Ta’ala. Dalam kitab Akhlaq lil Banin Juz 2, al-‘Allamah Umar bin Ahmad Baraja menegaskan bahwa kewajiban pertama seorang anak bukanlah pada orang tua atau guru, melainkan pada Allah sebagai Sang Pencipta. Pesan ini sederhana, namun sangat mendalam: akhlak sejati tak mungkin terbangun jika hubungan dengan Allah rapuh.

Umar bin Ahmad Baraja adalah seorang ulama Hadramaut yang dikenal luas di Hijaz pada abad ke-20. Beliau menulis Akhlaq lil Banin dengan bahasa ringkas dan aplikatif, ditujukan untuk anak-anak madrasah serta santri pemula. Kitab ini lahir dari kegelisahan akan pentingnya pendidikan akhlak sejak dini.

Dalam tradisi Islam klasik, Akhlaq lil Banin menempati posisi penting sebagai pedoman praktis. Jika karya besar seperti Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali menyelami filsafat akhlak secara mendalam, maka karya Umar Baraja hadir dengan pendekatan sederhana, sehingga mudah dipahami oleh anak-anak dan guru madrasah.

1. Menyembah Allah dengan Ikhlas

Dalam kitabnya, Umar Baraja menulis:

أَوَّلُ مَا يَجِبُ عَلَى الْوَلَدِ أَنْ يَعْرِفَ اللَّهَ تَعَالَى وَيُوَحِّدَهُ وَيَعْبُدَهُ
“Hal pertama yang wajib bagi seorang anak adalah mengenal Allah Ta’ala, mengesakan-Nya, dan beribadah kepada-Nya.”

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Pesan ini mengingatkan bahwa pendidikan akhlak bermula dari tauhid. Anak diajarkan sejak dini bahwa Allah adalah satu-satunya tempat kembali, bukan sekadar lewat teori, tetapi melalui latihan ibadah sehari-hari.

Di zaman modern, ketika anak-anak lebih cepat mengenal gawai daripada mengenal Allah, pesan ini semakin relevan. Mengenalkan Allah bukan hanya melalui hafalan, melainkan juga lewat keteladanan orang tua dalam beribadah, doa yang dibaca bersama, dan suasana rumah yang dipenuhi nilai keimanan.

2. Menunaikan Salat dengan Disiplin

Umar Baraja melanjutkan ajarannya dengan menekankan ibadah salat:

وَيُصَلِّيَ لِلَّهِ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ فِي أَوْقَاتِهَا
“Dan ia hendaklah melaksanakan salat lima waktu pada waktunya.”

Salat bukan hanya kewajiban ritual, melainkan pendidikan disiplin, kesadaran spiritual, dan kebersamaan umat. Bagi anak-anak, salat mengajarkan arti waktu, tanggung jawab, dan kepatuhan.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Bayangkan, seorang anak yang terbiasa bangun Subuh bersama orang tuanya akan tumbuh dengan kebiasaan disiplin. Salat yang dilakukan tepat waktu juga menjadi benteng moral. Seorang remaja yang terbiasa salat akan lebih mudah menahan diri dari perbuatan tercela, karena hatinya selalu terhubung pada Allah.

3. Bersyukur dan Berdoa

Selain salat, kitab ini juga menekankan syukur dan doa.

وَيَشْكُرَ اللَّهَ عَلَى نِعَمِهِ وَيَدْعُوَهُ فِي كُلِّ حَالٍ
“Dan hendaklah ia bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya, serta berdoa kepada-Nya dalam segala keadaan.”

Bersyukur adalah kunci kebahagiaan, dan doa adalah tanda kedekatan. Dalam konteks modern, anak-anak sering diajarkan mengejar prestasi dan materi, namun lupa diajak mensyukuri hal-hal kecil: udara segar, kesehatan, atau sekadar tawa bersama keluarga.

Doa juga membentuk spiritualitas yang rendah hati. Anak yang terbiasa berdoa diajarkan untuk tidak sombong, karena sadar bahwa segala urusan akhirnya kembali kepada Allah.

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Hikmah yang Menyadarkan

Dari Akhlaq lil Banin Juz 2, kita belajar bahwa kewajiban anak terhadap Allah bukanlah teori besar, melainkan praktik sederhana: mengenal Allah, salat, bersyukur, dan berdoa. Nilai-nilai ini adalah fondasi akhlak yang tak lekang zaman.

Di tengah hiruk pikuk modernitas, pertanyaan yang muncul: sudahkah kita menanamkan rasa cinta pada Allah di hati anak-anak kita, sebelum memperkenalkan mereka pada dunia luar?

Mari kita mulai dari diri sendiri, dengan menjaga salat tepat waktu, menghidupkan doa, dan menumbuhkan syukur. Semoga Allah menjadikan kita dan anak-anak kita generasi yang mengenal-Nya, mencintai-Nya, dan berakhlak mulia.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْعَابِدِينَ لَكَ وَالشَّاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang beribadah kepada-Mu dan bersyukur atas nikmat-Mu.”


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement