Pendidikan
Beranda » Berita » Akhlak dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Akhlak dalam Akhlaq lil Banin Juz 2 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Akhlak
Sebuah kelas Islam tradisional dengan sekelompok anak laki-laki berpakaian putih dan peci hitam sedang belajar akhlak.

SURAU.CO- Salah satunya adalah kitab Akhlaq lil Banin karya al-‘Allamah Umar bin Ahmad Baraja. Kitab ini lahir di tengah semangat pendidikan pesantren dan madrasah, mengajarkan adab-adab dasar bagi anak-anak, santri, dan siapa saja yang ingin menapaki jalan akhlak mulia. Meski ditulis dalam bingkai abad ke-20 di tanah Hijaz, gema hikmahnya masih terasa hangat hingga kini.

Umar bin Ahmad Baraja adalah ulama asal Hadramaut yang kemudian bermukim di Makkah pada awal abad ke-20. Beliau dikenal sebagai pendidik yang menaruh perhatian besar pada pembinaan akhlak generasi muda. Kitab Akhlaq lil Banin ditulis khusus untuk para pelajar tingkat dasar, dengan bahasa sederhana, ringkas, dan penuh keteladanan.

Kitab ini menjadi salah satu bacaan wajib di madrasah dan pesantren, bukan hanya di Timur Tengah tetapi juga di Nusantara. Tujuannya jelas membentuk karakter anak sejak dini agar tumbuh dengan etika Islam yang benar. Dalam khazanah pendidikan Islam, karya ini berdiri sejajar dengan kitab-kitab adab lain seperti Ta’limul Muta’allim karya Al-Zarnuji, namun dengan gaya yang lebih praktis dan membumi untuk anak-anak.

1. Akhlak terhadap Teman

Dalam salah satu bagian, Umar bin Ahmad Baraja menulis:

وَأَحْسِنْ إِلَى أَصْدِقَائِكَ وَكُنْ صَادِقًا مَعَهُمْ
“Berbuat baiklah kepada teman-temanmu dan jadilah orang yang jujur kepada mereka.”

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Pesan sederhana ini menjadi fondasi pergaulan sehat. Di era digital saat ini, hubungan pertemanan sering kali rapuh karena ego, kepentingan, atau bahkan sekadar status media sosial. Namun, Umar bin Ahmad Baraja mengingatkan bahwa inti dari persahabatan adalah kebaikan dan kejujuran.

Betapa relevannya pesan ini di zaman penuh kompetisi. Teman sejati bukanlah yang hanya hadir saat pesta, tetapi yang tetap jujur sekalipun pahit, dan tetap peduli sekalipun jauh.

2. Menjaga Lisan dan Sikap

Kitab ini juga mengajarkan adab berbicara, bahkan untuk hal yang tampak remeh.

إِيَّاكَ أَنْ تَكْذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَجْعَلُكَ مَمْقُوتًا
“Jangan sekali-kali engkau berdusta, karena dusta menjadikanmu dibenci.”

Dusta kecil yang dianggap sepele sering kali merusak kepercayaan. Anak yang terbiasa berbohong akan tumbuh dengan hati yang keras. Begitu pula orang dewasa yang kehilangan integritas karena tak menjaga lisannya.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Dalam kehidupan modern, menjaga lisan bisa diperluas pada menjaga jari-jemari saat menulis di media sosial. Fitnah, hoaks, dan ujaran kebencian adalah bentuk dusta digital yang lebih berbahaya, sebab dampaknya menyebar luas.

3. Tanggung Jawab pada Diri Sendiri

Baraja juga menekankan pentingnya tanggung jawab pribadi:

نَظِّفْ ثِيَابَكَ وَجَسَدَكَ فَإِنَّ النَّظَافَةَ مِنَ الْإِيمَانِ
“Bersihkanlah pakaian dan tubuhmu, karena kebersihan adalah bagian dari iman.”

Kebersihan, menurut kitab ini, bukan hanya urusan fisik. Ia adalah simbol kedisiplinan dan penghormatan pada diri sendiri. Anak yang rajin membersihkan diri dilatih untuk menghargai ciptaan Allah dan menjaga kehormatan orang di sekitarnya.

Hari ini, kebersihan bisa kita maknai lebih luas: merawat lingkungan, menjaga alam, dan membiasakan gaya hidup sehat. Seorang muslim yang beriman tak cukup hanya dengan wudhu, tetapi juga dengan menghindari sampah sembarangan, menjaga kesehatan mental, dan membangun lingkungan yang ramah.

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Hikmah yang Menyentuh

Dari Akhlaq lil Banin Juz 2, kita belajar bahwa akhlak bukanlah teori, melainkan praktik sederhana yang harus hidup dalam keseharian. Jujur pada teman, menjaga lisan, dan merawat kebersihan diri adalah pilar kecil yang membangun peradaban besar.

Dalam masyarakat yang semakin kompleks, pesan-pesan sederhana ini justru menjadi pegangan yang kokoh. Seperti kata pepatah Arab:

الأَدَبُ زِينَةُ الْإِنْسَانِ
“Adab adalah perhiasan manusia.”

Mari kita renungkan, sudahkah kita menjadi pribadi yang menyenangkan bagi sahabat, terpercaya dalam ucapan, dan terhormat dalam kebersihan diri?

Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang berakhlak mulia, yang keberadaannya membawa kedamaian bagi sekitar.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement