SURAU.CO – Pernahkah kamu merasakan bahagia yang sulit dijelaskan ketika seseorang menyambutmu dengan senyum tulus? Ada getaran halus yang terasa seperti bunga mekar tanpa suara. Disukai orang lain sejatinya bukan tentang gengsi atau pencitraan. Sebaliknya, ia lebih dekat pada kebahagiaan batin rasa hangat yang hanya bisa dirasakan oleh jiwa yang tulus.
Namun, kehadiran yang dirindukan tidak muncul begitu saja. Ia lahir dari sikap-sikap sederhana yang kita rawat setiap hari. Dalam tasawuf, akhlak yang indah mencerminkan hati yang bening. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Karena itu, jika kita ingin disenangi orang lain, langkah pertama adalah memperbaiki sikap. Berikut beberapa rahasia yang membuat kehadiran kita dirindukan.
1. Ramah dan Hangat
Senyum adalah bahasa jiwa yang mudah dipahami semua orang. Menyapa dengan tulus membuka jembatan hati yang menghubungkan dua manusia. Rasulullah ﷺ bersabda:
تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi)
Dengan ramah dan hangat, kita membuat orang merasa diterima. Selain itu, senyum sederhana sering kali menjadi obat hati bagi mereka yang sedang letih.
2. Menjadi Pendengar yang Tulus
Banyak orang tidak benar-benar membutuhkan nasihat panjang. Mereka hanya ingin didengar dengan penuh perhatian. Mendengarkan tanpa menghakimi berarti memberi penghargaan kepada lawan bicara.
Lebih jauh lagi, menjadi pendengar yang tulus menunjukkan bahwa kita hadir sepenuhnya. Karena itu, orang lain akan merasa penting ketika berhadapan dengan kita.
3. Empati yang Menghubungkan Hati
Empati adalah kemampuan menempatkan hati kita di hati orang lain. Ketika kita memahami perasaan mereka, bukan hanya pikirannya, maka tercipta ruang aman. Dalam bahasa tasawuf, hal ini disebut tafahum: memahami dengan hati, bukan semata logika.
Selain itu, empati membuat orang merasa dihargai secara mendalam. Oleh sebab itu, hubungan yang dibangun atas dasar empati biasanya lebih kuat dan tahan lama.
4. Tidak Mudah Menghakimi
Hidup setiap orang adalah kitab tebal dengan kisah yang belum tentu kita ketahui. Menghormati perbedaan menjadi kunci agar hubungan tetap lapang. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Dengan menghindari prasangka buruk, kita melatih diri untuk tidak cepat menghakimi. Sebaliknya, kita membuka ruang untuk memahami orang lain lebih dalam.
5. Memberi Dukungan Kecil yang Bermakna
Dukungan tidak selalu harus besar. Kadang, menanyakan kabar dengan tulus sudah cukup membuat hati yang rapuh kembali kuat. Ucapan sederhana seperti “Aku percaya kamu bisa” mampu menyalakan semangat yang hampir padam.
Selain itu, pertolongan ringan sering kali meninggalkan kesan mendalam. Kita mungkin melupakannya, tetapi orang lain akan selalu mengingatnya.
6. Menunjukkan Minat pada Hidup Orang Lain
Setiap orang ingin diperhatikan. Menanyakan minat, hobi, atau mimpi mereka adalah cara sederhana menumbuhkan ikatan. Dari hal kecil itu tumbuh rasa bahwa keberadaannya berarti di mata kita.
Lebih jauh lagi, perhatian konsisten biasanya lebih berharga daripada hadiah besar yang hanya datang sesekali. Karena itu, tunjukkan minat meski dengan hal sederhana.
7. Menjaga Kesopanan dan Adab
Kesopanan adalah bahasa universal yang tidak membutuhkan terjemahan. Dalam budaya Jawa, ia dikenal dengan istilah unggah-ungguh: seni menempatkan diri sesuai waktu dan tempat.
Dengan sopan, kita sedang menebarkan penghormatan bahkan tanpa kata. Selain itu, dalam tasawuf, adab menjadi pintu utama menuju keberkahan: baik hubungan dengan sesama maupun dengan Allah.
8. Kejujuran Wajah Asli Jiwa
Kejujuran memancarkan ketulusan hati. Orang yang jujur tidak sibuk membuat topeng untuk dirinya. Mereka hadir apa adanya. Al-Qur’an menegaskan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan jadilah bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah: 119)
Dengan jujur, kita menumbuhkan rasa aman. Orang lain akan merasa tenang karena tahu kita autentik dan dapat dipercaya.
Menjadi Kehadiran yang Dirindukan
Pada akhirnya, tujuan hidup bukan sekadar menjadi populer atau disenangi banyak orang. Tujuan sejati adalah menghadirkan makna dalam setiap pertemuan. Orang mungkin melupakan kata-kata kita, tetapi mereka tidak akan pernah melupakan perasaan yang kita tinggalkan di hati mereka.
Selain itu, bila kita mampu membuat seseorang merasa damai, dihargai, dan diterima, itu sudah lebih dari cukup. Sebab dalam setiap senyum yang lahir dari sikap tulus, keberkahan hidup pun terpancar.
Penulis : Reza Andik Setiawan (Serambi Bedoyo)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
