Ibadah
Beranda » Berita » Digugat Istri di Akhirat Kelak: Tanggung Jawab Besar Suami dalam Rumah Tangga

Digugat Istri di Akhirat Kelak: Tanggung Jawab Besar Suami dalam Rumah Tangga

Digugat Istri di Akhirat Kelak: Tanggung Jawab Besar Suami dalam Rumah Tangga.

Digugat Istri di Akhirat Kelak: Tanggung Jawab Besar Suami dalam Rumah Tangga.

Pendahuluan: Pernikahan adalah salah satu sunnah Nabi ﷺ yang memiliki kedudukan sangat mulia dalam Islam. Tujuan pernikahan bukan hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan biologis atau mencari teman hidup di dunia, melainkan juga untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, serta sebagai jalan meraih ridha Allah di dunia hingga akhirat.

Namun, tidak semua rumah tangga berjalan mulus. Banyak pasangan yang mengalami kegagalan, baik karena masalah komunikasi, ekonomi, maupun lemahnya pemahaman agama. Lebih dari itu, ada satu hal besar yang sering diabaikan: hak dan kewajiban suami-istri dalam hal agama.

Tulisan yang kita lihat memberikan peringatan keras: seorang istri bisa menggugat suaminya di akhirat kelak karena suaminya lalai menunaikan tanggung jawab agama. Inilah yang patut direnungkan bersama.

Tanggung Jawab Suami dalam Islam

Allah ﷻ menetapkan bahwa suami adalah pemimpin dalam keluarga. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an:

Diam: Seni Menemukan Problem Solving

> “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa: 34)

Dari ayat ini kita pahami bahwa kepemimpinan suami mencakup dua hal:

1. Kepemimpinan finansial – suami wajib menafkahi keluarga, memenuhi kebutuhan pokok istri dan anak-anaknya.

2. Kepemimpinan spiritual – suami wajib membimbing keluarganya dalam agama, mengajarkan ilmu, menjaga dari maksiat, serta menuntun menuju ketaatan.

Sayangnya, banyak suami yang hanya fokus pada aspek pertama (nafkah lahir), tetapi lalai terhadap aspek kedua (nafkah batin berupa ilmu dan iman)

Kurikulum Cinta dan Dakwah Perempuan

Peringatan dari Amr bin Qais al-Mula’i

Dalam Tafsir as-Sam’ani (5/475), diriwayatkan sebuah nasihat dari Amr bin Qais al-Mula’i رحمه الله yang menggugah hati:

“Seorang istri akan menggugat suaminya di hadapan Allah pada hari Kiamat dengan mengatakan: Suamiku itu sedikit pun tidak mendidik dan mengajariku ilmu agama. Ia hanya memenuhi kebutuhan panganku.”

Bayangkan, betapa mengerikannya ketika seorang istri berdiri di hadapan Allah ﷻ lalu menyampaikan gugatan ini. Bukankah istri kita menuntut bukan sekadar uang belanja, perhiasan, atau rumah mewah, melainkan hak untuk dibimbing dalam agama oleh suami mereka?

Hadits tentang Kepemimpinan Suami

Rasulullah ﷺ bersabda: “Seorang laki-laki adalah pemimpin di keluarganya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”
(HR. Bukhari no. 893 & Muslim no. 1829)

Hadits ini menekankan bahwa suami memiliki tanggung jawab besar, tidak hanya memberikan nafkah duniawi, tetapi juga membimbing keluarga secara spiritual dan keagamaan:

IPGSC 2025 UI: Menjawab Politik Global Teknologi Digital

Apakah ia mengajarkan shalat kepada anak-anaknya?
Apa ia membimbing istrinya dalam memahami halal dan haram?
Apakah ia menjaga keluarganya dari lingkungan yang merusak iman?
Apakah suami tersebut berperan aktif dalam menciptakan lingkungan rumah tangga yang penuh dengan dzikir, doa, dan majelis ilmu?

Jika suami mengabaikan tanggung jawabnya, maka bukan tidak mungkin istri dan anak-anaknya akan menggugatnya di akhirat kelak.

Nafkah Agama: Kebutuhan Paling Pokok

Banyak suami merasa sudah selesai tugasnya jika ia bekerja keras mencari uang. Padahal, dalam pandangan Islam, kebutuhan lahir hanyalah bagian kecil dari tugas kepemimpinan.

Nafkah agama lebih utama daripada nafkah dunia. Apa artinya rumah megah jika penghuninya jauh dari Allah? Apalah gunanya perhiasan menumpuk jika istri tidak mengenal kewajiban shalat? Apa manfaatnya pendidikan tinggi jika anak-anak tidak bisa membaca Al-Qur’an?

Suami wajib memastikan istrinya mengenal Allah, memahami syariat, dan menjaga akhlak. Jika ia tidak mampu mengajarkan sendiri, ia tetap wajib mencarikan guru, membawanya ke majelis ilmu, atau menghadirkan suasana rumah yang islami.

Potret Kegagalan Suami Zaman Sekarang

Mari kita jujur, banyak suami di zaman modern ini terjebak dalam pola pikir materialistik:

Mereka bangga bisa membelikan istri emas dan perhiasan, tapi lupa membekalinya dengan ilmu agama.
>Mereka rela membayar mahal kursus bahasa atau keterampilan, tetapi enggan mengantar istri ke kajian ilmu.
>Mereka memfasilitasi hiburan duniawi di rumah, tetapi tidak pernah mengadakan halaqah Al-Qur’an atau dzikir bersama keluarga.

Padahal, Rasulullah ﷺ telah memberi peringatan: > “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim: 6)

Ayat ini adalah alarm keras untuk suami. Jangan sampai sibuk menjaga keluarga dari lapar dan miskin di dunia, tapi lupa menjaga dari api neraka di akhirat.

Mengapa Istri Bisa Menggugat di Akhirat?

Dalam Islam, pernikahan bukan hanya akad duniawi, melainkan ikatan spiritual yang mengikat suami istri untuk saling bertanggung jawab di hadapan Allah.

Seorang istri punya hak atas:

1. Nafkah lahir – makanan, pakaian, tempat tinggal.
2. Nafkah batin – kasih sayang, kebutuhan biologis.
3. Nafkah agama – bimbingan menuju iman dan taqwa.

Jika suami mengabaikan hak yang ketiga, maka istrinya berhak menuntut di akhirat, sebab itu menyangkut keselamatan dirinya dari neraka.

Bekal untuk Suami agar Selamat dari Gugatan

Agar tidak digugat oleh istri di akhirat, setiap suami harus:

1. Meningkatkan ilmu agama diri sendiri.
Kita tidak bisa membimbing keluarga dengan baik jika tidak mendalami ilmu agama sendiri. Suami wajib belajar Al-Qur’an, fiqh, akidah, dan akhlak.

2. Mengajarkan agama kepada istri.
Ajak istri shalat berjamaah, bacakan tafsir, diskusikan ilmu, atau minimal mengingatkan kewajiban harian.

3. Mencarikan lingkungan ilmu.
Jika suami tidak mampu mengajar, bawalah istri ke majelis taklim, carikan ustazah, atau sediakan buku-buku islami di rumah.

4. Menjadi teladan ketaatan.
Suami adalah role model. Jika ia rajin shalat, membaca Al-Qur’an, dan menjaga akhlak, maka istri pun akan terpengaruh.

5. Mengutamakan agama di atas dunia.
Jangan sampai sibuk mencari harta sampai lalai mendidik keluarga. Ingat, dunia sementara, akhirat selamanya.

Penutup: Renungan bagi Para Suami

Saudaraku, para suami… Ingatlah, pernikahan adalah amanah besar. Istri yang kau nikahi bukan hanya teman hidup, tetapi juga tanggung jawab di hadapan Allah. Jika engkau hanya memberinya makanan, pakaian, dan tempat tinggal tanpa membimbingnya menuju surga, maka kelak di akhirat dia bisa berdiri menuntutmu di pengadilan Allah.

Renungkanlah sabda Rasulullah ﷺ: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi no. 3895)

Maka, mari kita berusaha menjadi suami yang tidak hanya menafkahi, tetapi juga mendidik, membimbing, dan menyelamatkan keluarga dari api neraka. Kita harus menjalankan amanah kepemimpinan sebagai suami dengan baik agar kelak di hari Kiamat, istri kita tidak menggugat kita. Wallahu a’lam bish-shawab. (Tengku)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement