Khazanah
Beranda » Berita » Pagi, Kopi, dan Ilmu

Pagi, Kopi, dan Ilmu

Pagi, Kopi, dan Ilmu

Pagi, Kopi, dan Ilmu.

Pagi hari selalu menghadirkan keheningan yang istimewa. Udara segar, cahaya matahari yang hangat, dan pemandangan alam yang menyejukkan seolah mengingatkan kita tentang karunia Allah yang begitu luas. Di atas meja sederhana, tersaji secangkir kopi hangat dan dua buku berharga:

1. Serpihan Jejak Ulama Pompanua – yang menuturkan warisan dakwah ulama Nusantara dalam menanamkan Islam di bumi ini.

2. Sejarah Ilmu Pengetahuan – yang mengisahkan kontribusi gemilang para ulama dan ilmuwan Muslim di masa kejayaan Islam.

Dua buku ini seperti dua sayap yang membawa kita terbang menyusuri masa lalu

Satu sayap menjejakkan kita pada tanah air, mengingatkan akan jasa para ulama Nusantara yang tak kenal lelah menyebarkan cahaya Islam.

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Sayap lainnya mengangkat kita ke cakrawala dunia, menyaksikan bagaimana Islam pernah menjadi mercusuar peradaban dengan ilmu pengetahuan sebagai pondasinya.

Maka, pagi ini bukan sekadar tentang secangkir kopi. Lebih dari itu, ia menjadi momentum merenungi betapa Islam telah memberi warisan besar: agama yang menuntun ruhani, dan ilmu yang menuntun akal.

Mengikat Hikmah dari Dua Dunia

Dari Pompanua, kita belajar tentang keteguhan dakwah yang sederhana tapi membekas. Ulama di Nusantara berjuang dengan kesabaran, mengajarkan Islam lewat akhlak, dan menanamkan tauhid di tengah tradisi masyarakat.

Dari peradaban Islam klasik, kita belajar tentang kejayaan ilmu. Para ulama bukan hanya ahli agama, tetapi juga astronom, dokter, filsuf, matematikawan, dan insinyur. Mereka membaca wahyu dan alam sekaligus, lalu menjadikan ilmu sebagai jalan ibadah.

Hari Ini, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

Merenung dari kedua buku itu, kita diajak untuk kembali meneguhkan langkah:

Belajar dari ulama terdahulu, agar dakwah kita hari ini tetap berpijak pada keikhlasan dan akhlak mulia.
Menghidupkan tradisi ilmu, agar umat Islam kembali menjadi pelopor, bukan sekadar pengikut peradaban lain.
Secangkir kopi memang bisa menghangatkan tubuh, tapi ilmu dan imanlah yang menghangatkan jiwa.

Mari kita jadikan waktu-waktu teduh ini sebagai ladang tadabbur. Karena membaca sejarah bukanlah nostalgia semata, melainkan bahan bakar untuk melangkah lebih jauh, menghidupkan kembali cahaya Islam di tengah zaman.

 

 

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

 


Ideologi Muhammadiyah.

Pendahuluan

Fokus utama perkaderan ideologis Muhammadiyah adalah membentuk pemahaman kader tentang Islam berkemajuan, yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah, serta memiliki loyalitas tinggi terhadap perjuangan Muhammadiyah.

Ideologi Muhammadiyah dapat dipahami sebagai seperangkat nilai, keyakinan, dan cita-cita yang menjadi dasar gerakan, berakar dari ajaran Islam yang murni dengan pendekatan tajdid (pembaruan)—baik dalam arti purifikasi (pemurnian) maupun dinamisasi (modernisasi).

Landasan Dasar

Aqidah Islam → Berpegang teguh pada tauhid murni, menolak syirik, bid’ah, dan khurafat.

Sumber Ajaran → Al-Qur’an dan As-Sunnah maqbulah sebagai pijakan utama.

Tajdid →

Purifikasi: Memurnikan ajaran Islam dari penyimpangan.

Dinamisasi: Mengembangkan kehidupan umat sesuai kebutuhan zaman.

Prinsip Gerakan

Amar Ma’ruf Nahi Munkar → Dakwah yang meliputi semua aspek kehidupan (agama, sosial, pendidikan, ekonomi, politik, budaya).

Berorientasi Ijtihad → Menggunakan akal sehat, ilmu pengetahuan, dan metodologi ilmiah dalam memahami syariat.

Keseimbangan Dunia-Akhirat → Islam dipraktikkan dalam bidang spiritual, intelektual, ekonomi, sosial, hingga iptek.

Tujuan Besar (MKCH)

Tujuan Muhammadiyah terangkum dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH):

Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Membentuk manusia yang beriman, berilmu, berakhlak mulia, dan berkemajuan.

Karakter Ideologis

Purifikatif → Kembali pada ajaran Islam yang murni.

Progresif → Merespons perkembangan zaman dengan semangat kemajuan.

Non-Politik Praktis → Tidak larut dalam perebutan kekuasaan politik, melainkan fokus pada dakwah, pendidikan, sosial, kesehatan, dan pemberdayaan umat.

Universal → Gerakan untuk kemanusiaan, bukan hanya untuk warga Muhammadiyah.

Ciri Khas Praktik

Mengutamakan pendidikan modern dan kesehatan (sekolah, universitas, rumah sakit, panti asuhan, dsb).

Menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bagian dari ibadah.

Mengedepankan Islam moderat (wasathiyah), menolak ekstremisme dan liberalisme.

Bersifat inklusif serta berperan aktif dalam kerja-kerja kemanusiaan universal.

Penutup

Dengan ideologi yang kokoh, Muhammadiyah hadir sebagai gerakan Islam modernis yang berkomitmen pada pemurnian ajaran, kemajuan peradaban, dan pelayanan kemanusiaan. Maka, setiap kader dituntut untuk memiliki pemahaman, keyakinan, dan loyalitas tinggi, sehingga dapat meneruskan perjuangan dalam membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. (Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement