SURAU.CO-Kitab Akhlaq lil Banat disusun oleh Umar bin Ahmad Baraja, ulama Arab Saudi abad ke-20 yang menaruh perhatian besar pada pendidikan akhlak anak perempuan. Menurut beliau, perempuan adalah sekolah pertama bagi keluarga. Karena itu, akhlak seorang anak perempuan harus ditempa sejak dini dengan disiplin, sopan santun, dan kesungguhan belajar.
Kitab ini hadir dengan gaya sederhana dan kisah-kisah pendek, sehingga mudah dipahami murid madrasah. Namun di balik kesederhanaannya, ia memuat pelajaran berharga yang tetap relevan hingga hari ini.
1. Radiyah, Murid yang Dicintai
Dalam kisah ini, Umar bin Ahmad Baraja menggambarkan Radiyah, seorang murid perempuan yang dicintai keluarganya, gurunya, bahkan teman-temannya.
رَضِيَّةُ كَانَتْ مَحْبُوبَةً عِنْدَ أَهْلِهَا وَمُعَلِّمَتِهَا وَزَمِيلَاتِهَا لِأَنَّهَا مُجْتَهِدَةٌ فِي دُرُوسِهَا وَمُوَاظِبَةٌ عَلَى الْحُضُورِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
“Radiyah sangat dicintai keluarganya, gurunya, dan teman-temannya karena ia rajin belajar dan tekun hadir di sekolah.”
Radiyah menjadi teladan karena rajin, disiplin, dan berakhlak baik kepada semua orang. Ia memuliakan gurunya dan menaati perintahnya, sehingga wajar jika ia menjadi murid dambaan.
Pesan ini mengajarkan bahwa murid yang ideal bukan hanya cerdas, tetapi juga rendah hati, disiplin, dan taat pada aturan.
2. Disiplin Waktu dan Tanggung Jawab
Radiyah juga digambarkan sebagai murid yang mencintai tata tertib dan tidak suka menyia-nyiakan waktu.
إِنَّهَا كَانَتْ تُحَافِظُ عَلَى أَوْقَاتِهَا وَلَا تُضَيِّعُهَا فِي غَيْرِ فَائِدَةٍ
“Ia selalu menjaga waktunya dan tidak menyia-nyiakannya untuk hal yang tidak bermanfaat.”
Radiyah sadar bahwa ayahnya mengirimnya ke sekolah agar ia menjadi perempuan cerdas dan mampu mengatur urusannya sendiri. Maka ia pun belajar dengan sungguh-sungguh dan memanfaatkan waktunya dengan baik.
Dalam kehidupan modern, pesan ini sangat relevan. Banyak murid menghabiskan waktu untuk hal sia-sia, terutama di dunia digital. Radiyah mengingatkan kita bahwa waktu adalah amanah, dan belajar adalah bentuk bakti kepada orang tua.
3. Lupa Buku, Belajar dari Nasihat Guru
Suatu hari, Radiyah lupa membawa bukunya. Ketika sampai di sekolah, ia baru menyadarinya, lalu segera berlari pulang untuk mengambil buku tersebut. Ia tidak ingin mengikuti pelajaran tanpa buku, karena khawatir membuat gurunya marah dan ia kehilangan pemahaman.
Setelah kembali, Radiyah tampak kelelahan. Gurunya bertanya sebabnya, lalu Radiyah menjawab dengan jujur. Gurunya berkata:
“Baiklah, tetapi jangan lupa lagi. Lihatlah semua perlengkapanmu sebelum berangkat ke sekolah.”
Radiyah menerima nasihat itu dengan rendah hati. Sejak hari itu, ia tidak pernah lagi melupakan peralatannya.
Pesan sederhana ini sangat mendalam. Murid yang didambakan bukanlah yang tidak pernah salah, tetapi yang mau belajar dari kesalahan dan memperbaikinya.
Hikmah untuk Zaman Kini
Kisah Radiyah dalam Akhlaq lil Banat menggambarkan sosok murid dambaan: rajin, disiplin, berakhlak mulia, mencintai tata tertib, dan selalu menghormati guru. Ia juga mengajarkan bahwa kesalahan bukanlah akhir, tetapi kesempatan untuk belajar lebih baik.
Hari ini, ketika banyak anak mudah lalai dan tergoda oleh distraksi, Radiyah menjadi teladan. Ia menunjukkan bahwa kedisiplinan, tanggung jawab, dan akhlak yang baik adalah kunci keberhasilan, bukan hanya kepintaran semata.
Mari kita renungkan: apakah kita sudah menjadi murid seperti Radiyah, yang tidak hanya belajar untuk diri sendiri, tetapi juga menjadi kebanggaan keluarga, guru, dan teman-temannya?
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا طُلَّابًا ذَوِي أَدَبٍ، مُحَافِظِينَ عَلَى أَوْقَاتِنَا، وَمُجْتَهِدِينَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ
Ya Allah, jadikanlah kami murid yang beradab, menjaga waktu, dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
