SURAU.CO–Kitab Akhlaq lil Banat ditulis oleh Umar bin Ahmad Baraja, seorang ulama Arab Saudi abad ke-20 yang peduli pada pendidikan akhlak anak perempuan. Beliau memahami bahwa perempuan memiliki peran penting sebagai pendidik pertama dalam keluarga.
Kitab ini disusun dengan bahasa sederhana dan kisah-kisah praktis agar mudah dipahami siswi madrasah. Tujuannya adalah membiasakan adab Islami dalam keseharian: di rumah, di jalan, di sekolah, hingga dalam hubungan sosial. Oleh sebab itu, Akhlaq lil Banat menempati posisi penting dalam khazanah Islam klasik, terutama sebagai panduan akhlak praktis yang diajarkan di pesantren dan sekolah Islam di Nusantara.
1. Mengucapkan Salam dan Membawa Ketenangan
Umar bin Ahmad Baraja menekankan agar anak perempuan membiasakan salam ketika kembali ke rumah. Ia menulis:
إِذَا رَجَعْتِ إِلَى بَيْتِكِ فَسَلِّمِي عَلَى أَهْلِكِ، فَإِنَّ السَّلَامَ بَرَكَةٌ
“Jika engkau kembali ke rumahmu, ucapkanlah salam kepada keluargamu, karena salam itu membawa berkah.”
Salam adalah doa sekaligus sapaan penuh kasih. Dengan salam, seorang murid tidak hanya memasuki rumah sebagai penghuni, tetapi juga sebagai pembawa ketenangan.
Dalam kehidupan modern, banyak anak pulang ke rumah dengan wajah lelah atau sibuk dengan gawai. Pesan Baraja mengingatkan bahwa hal pertama yang perlu dibawa adalah salam—pintu berkah bagi keluarga.
2. Menghormati Orang Tua dengan Wajah Ceria
Baraja juga menasihati agar anak perempuan menunjukkan sikap hormat saat pulang. Ia menulis:
أَدْخُلِي بَيْتَكِ بِوَجْهٍ بَشُوشٍ وَكَلَامٍ طَيِّبٍ، تُسِرِّي قُلُوبَ أَهْلِكِ
“Masuklah ke rumahmu dengan wajah ceria dan kata-kata baik, maka engkau akan membahagiakan hati keluargamu.”
Pesan ini sederhana, tetapi sering dilupakan. Banyak anak lebih mudah menampilkan senyum di luar rumah dibandingkan di hadapan orang tuanya sendiri. Padahal, wajah ceria sepulang sekolah bisa menjadi obat penat bagi ayah dan ibu.
Di zaman kini, hal ini bisa dimaknai sebagai bentuk quality time bersama keluarga. Tidak hanya pulang membawa buku, tetapi juga membawa keceriaan yang menumbuhkan cinta kasih.
3. Menceritakan Ilmu dan Pengalaman dengan Rendah Hati
Selain salam dan senyum, Baraja mengingatkan agar murid berbagi cerita dengan keluarganya.
اُذْكُرِي مَا تَعَلَّمْتِ فِي مَدْرَسَتِكِ، وَكُنِّي مُتَوَاضِعَةً عِنْدَ ذِكْرِ عِلْمِكِ
“Ceritakanlah apa yang engkau pelajari di sekolah, dan bersikaplah rendah hati ketika menyebut ilmumu.”
Menceritakan ilmu kepada keluarga tidak hanya melatih ingatan, tetapi juga memperkuat ikatan emosional. Namun, kerendahan hati adalah kunci. Ilmu yang diceritakan dengan sombong akan menimbulkan jarak, sedangkan ilmu yang dibagikan dengan rendah hati akan membawa berkah.
Dalam konteks modern, anak-anak bisa berbagi pengalaman belajar, termasuk nilai kebaikan yang mereka dapatkan. Orang tua pun merasa dihargai karena dilibatkan dalam dunia anaknya.
Hikmah untuk Zaman Kini
Umar bin Ahmad Baraja mengajarkan bahwa adab pulang ke rumah bukan hanya formalitas, tetapi latihan akhlak yang penuh makna. Salam menghadirkan keberkahan, senyum membawa kebahagiaan, dan berbagi ilmu menumbuhkan kehangatan.
Di era modern, ketika rumah kadang hanya dianggap tempat singgah, pesan ini terasa sangat relevan. Pulang seharusnya menjadi momen menyebarkan ketenangan, bukan hanya melepas lelah.
Mari kita renungkan: ketika pulang, apakah kita membawa berkah bagi keluarga, atau justru membawa beban?
اللَّهُمَّ اجْعَلْ بُيُوتَنَا بُيُوتَ سَكِينَةٍ وَمَحَبَّةٍ، وَاجْعَلْنَا مِفَاتِيحَ بَرَكَةٍ لِأَهْلِنَا
Ya Allah, jadikan rumah-rumah kami penuh ketenangan dan kasih sayang, serta jadikan kami pembawa berkah bagi keluarga kami.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
