Khazanah
Beranda » Berita » Mengapa Pesawat Tidak Terbang di Atas Ka’bah? 

Mengapa Pesawat Tidak Terbang di Atas Ka’bah? 

Pesawat diatas ka'bah
Ilustrasi pesawat terbang diatas Ka'bah. Sumber Foto: Perplexity

SURAU.CO. Ka’bah, bangunan berbentuk kubus yang berdiri megah di pusat Masjidil Haram, Mekkah, bukan sekadar simbol keagamaan. Bagi umat Islam di seluruh dunia, Ka’bah adalah tempat suci, pusat spiritual tertinggi, arah kiblat dalam setiap salat. Maka tidak heran jika setiap hal yang menyangkut Ka’bah kerap menjadi perhatian, termasuk pertanyaan menarik ini: mengapa pesawat tidak pernah terlihat terbang langsung di atasnya?

Pertanyaan tersebut telah memunculkan banyak spekulasi, terutama di media sosial. Ada yang beranggapan bahwa larangan tersebut terjadi karena Ka’bah memiliki medan magnet yang sangat kuat, bahkan ada yang menyebutkan bahwa wilayah di atasnya memiliki gravitasi nol. Tapi benarkah demikian?

Mitos Medan Magnet dan Gravitasi Nol di Atas Ka’bah

Beberapa unggahan viral di internet menyatakan bahwa Ka’bah adalah pusat daya tarik magnet Bumi. Menurut klaim tersebut, bahkan burung pun tidak bisa terbang di atasnya karena akan tertarik turun ke tanah. Tidak sedikit pula yang mengaitkan hal ini dengan tidak adanya bandara di Mekkah. Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim seperti ini, meski terdengar meyakinkan di permukaan.

Para ilmuwan geofisika menyanggah teori ini secara tegas. Julien Aubert, seorang peneliti senior dalam bidang dinamika fluida geologi di Institute of Physics of the Globe of Paris (IPGP), menjelaskan bahwa medan magnet bumi berasal dari inti fluida di pusat bumi, bukan dari permukaan tanah atau bangunan tertentu. Artinya, tidak ada alasan ilmiah yang menunjukkan bahwa Ka’bah memiliki medan magnet luar biasa kuat yang bisa memengaruhi pesawat.

Sementara itu, Vincent Lesur, pakar geomagnetisme dari institusi yang sama, menambahkan bahwa medan magnet memang bisa memiliki gangguan lokal atau anomali magnetik. Para ilmuwan telah melakukan pemetaan geomagnetik global dan tidak menemukan anomali signifikan di kawasan Mekkah yang dapat menyebabkan gangguan terhadap sistem navigasi pesawat.

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Lagipula, pesawat terbang modern saat ini tidak lagi sepenuhnya bergantung pada kompas magnetik seperti zaman dulu. Sistem navigasi pesawat sudah menggunakan teknologi satelit dan GPS yang jauh lebih akurat, sehingga gangguan magnetis sekalipun tidak akan terlalu berpengaruh pada jalur penerbangan.

Zona Larangan Terbang

Alasan utama mengapa pesawat tidak melintasi wilayah udara Ka’bah justru lebih berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan bukan karena faktor ilmiah. Otoritas Umum Penerbangan Sipil Arab Saudi (GACA) telah menetapkan Mekkah sebagai zona larangan terbang (no-fly zone). Larangan ini tidak hanya berlaku untuk pesawat komersial, tapi juga mencakup pesawat pribadi dan militer, kecuali dalam kondisi darurat atau dengan izin khusus.

GACA mengeluarkan dokumen resmi yang menyebutkan bahwa tidak seorang pun diizinkan menerbangkan pesawat di atas atau di sekitar wilayah yang dilalui oleh Penjaga Dua Masjid Suci atau tokoh-tokoh penting tanpa izin tertulis dari otoritas terkait. Sistem NOTAM internasional mempublikasikan regulasi ini sebagai acuan bagi maskapai penerbangan global.

Situs resmi GACA menyebutkan bahwa GACA menetapkan pembatasan penerbangan di sekitar Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

“Tidak ada yang boleh mengoperasikan pesawat di atas atau di sekitar wilayah yang akan dikunjungi atau dilalui oleh Penjaga Dua Masjid Suci, atau tokoh penting lainnya, kecuali sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Presiden dan diumumkan melalui Pemberitahuan kepada Penerbang (NOTAM).”

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

Alasan Keamanan dan Penghormatan terhadap Tempat Suci

Larangan terbang di atas Ka’bah tidak hanya bermotif administratif. Faktor utama lainnya adalah penghormatan terhadap kesucian tempat tersebut dan perlindungan terhadap kenyamanan para jemaah. Mekkah setiap tahunnya menerima jutaan jemaah dari seluruh dunia, terutama saat musim haji dan umrah. Dalam kondisi seramai itu, menjaga ketenangan dan kekhusyukan menjadi prioritas.

Bayangkan jika pesawat terbang melintasi langit Ka’bah dengan suara bising yang khas. Kebisingan mesin jet bisa dengan mudah mengganggu konsentrasi dan kekhusyukan jemaah yang sedang salat atau berdoa. Bahkan, dalam situasi tertentu, suara keras dari pesawat bisa memicu kepanikan di tengah kerumunan padat, yang tentu berisiko terhadap keselamatan.

Serikat Pilot Nasional Maskapai Prancis (SNPL) pernah menyampaikan bahwa alasan larangan terbang ini juga bersifat ideologis. Otoritas Arab Saudi ingin menunjukkan penghormatan tertinggi terhadap situs suci tersebut, termasuk dengan menjaganya dari gangguan visual dan suara dari langit.

Tidak Ada Bandara di Mekkah

Banyak orang kerap menghubungkan ketiadaan bandara di kota Mekkah dengan alasan spiritual, bahkan tak jarang menautkannya pada teori ilmiah semu seperti medan magnet luar biasa atau zona gravitasi nol. Namun, jika kita telaah lebih dalam berdasarkan kajian geospasial dan prinsip rekayasa sipil, tidak adanya bandara di Mekkah sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari kondisi geografis dan teknis wilayah tersebut.

Pegunungan batuan keras mengelilingi Mekkah dan kontur tanahnya tidak stabil, membuat lokasi ini tidak cocok untuk landasan pacu pesawat. Daerah ini juga memiliki keterbatasan ruang terbuka datar yang cukup luas, yang merupakan syarat utama untuk membangun bandara modern. Ketinggian dan kemiringan medan di sekitar Mekkah meningkatkan risiko teknis dalam manuver penerbangan, baik saat lepas landas maupun mendarat.

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

Selain itu, kepadatan populasi dan arus jemaah yang sangat tinggi sepanjang tahun menjadikan pembangunan bandara di dalam atau dekat pusat kota sebagai opsi yang berisiko. Aktivitas penerbangan yang padat akan menciptakan kebisingan dan potensi gangguan yang bisa mengurangi kekhusyukan ibadah para jemaah. Oleh karena itu, pemerintah Arab Saudi mengambil langkah strategis dengan membangun Bandara Internasional King Abdulaziz di kota Jeddah. Bandara ini berada sekitar 70 kilometer dari Mekkah. Bandara tersebut melayani penerbangan internasional dan menampung gelombang besar jemaah haji dan umrah dengan desain khusus.

Dengan pendekatan ini, Arab Saudi tidak hanya mempertimbangkan efisiensi dan keselamatan penerbangan. Akan tetapi juga menjaga integritas spiritual kawasan Mekkah sebagai kota suci yang bebas dari hiruk-pikuk aktivitas non-religius, termasuk lalu lintas udara yang bisa mengganggu atmosfer ibadah. Maka, keputusan untuk tidak membangun bandara di Mekkah merupakan bentuk integrasi antara perencanaan wilayah berbasis data geospasial, kebijakan transportasi modern, dan upaya pelestarian nilai-nilai keagamaan dalam konteks tata kota Islam.

Larangan Serupa di Tempat Penting Dunia

Menariknya, zona larangan terbang bukan hanya berlaku di Mekkah. Di banyak negara lain, situs bersejarah atau tempat yang dianggap sensitif juga mendapat perlindungan serupa. Misalnya, Vatikan di Italia, Parthenon di Yunani, bahkan area di sekitar Gedung Putih Amerika Serikat semuanya memiliki batasan penerbangan.

Aturan ini menunjukkan bahwa menjaga kesakralan dan keamanan suatu wilayah adalah praktik umum internasional, bukan hal unik yang hanya terjadi di Mekkah. Sehingga, larangan pesawat melintasi Ka’bah bukan karena magnet atau gravitasi aneh, melainkan karena kebijakan yang diterapkan secara internasional. Larangan tersebut murni berasal dari keputusan pemerintah Arab Saudi demi menjaga ketenangan, keselamatan, dan penghormatan terhadap tempat paling suci umat Islam.

Ilmu pengetahuan telah membantah semua klaim mistis tentang medan magnet Ka’bah. Sementara itu, kebijakan penerbangan dunia mendukung adanya larangan terbang di area yang sensitif secara spiritual maupun politis. Langit Mekkah yang bersih dari lalu lintas udara menunjukkan bentuk nyata penghormatan dan perlindungan terhadap nilai-nilai yang sangat dijunjung tinggi.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement