SURAU.CO– Kitab Akhlaq lil Banat ditulis oleh Umar bin Ahmad Baraja, seorang ulama Arab Saudi abad ke-20 yang dikenal peduli pada pendidikan moral. Ia menyusun kitab ini secara khusus untuk anak perempuan dan siswi madrasah. Alasannya sederhana namun mendalam: perempuan adalah madrasah pertama bagi keluarga dan masyarakat.
Kitab ini menggunakan bahasa sederhana dengan contoh kehidupan sehari-hari. Ia tidak berputar pada diskusi fikih yang rumit, melainkan menekankan akhlak praktis: bagaimana seorang anak perempuan bersikap di rumah, di jalan, di sekolah, hingga kepada gurunya. Karena itu, kitab ini menjadi bacaan penting di pesantren dan madrasah Nusantara sebagai pedoman akhlak dasar.
1. Menghormati Guru sebagai Sumber Cahaya Ilmu
Umar bin Ahmad Baraja menulis:
وَقِّرِي مُعَلِّمَتَكِ وَاسْتَمِعِي إِلَيْهَا بِإِنْصَاتٍ، فَإِنَّ حُسْنَ الْأَدَبِ مَعَهَا مِفْتَاحُ الْعِلْمِ
“Muliakanlah gurumu dan dengarkanlah dengan penuh perhatian, karena adab yang baik kepadanya adalah kunci ilmu.”
Kalimat ini menunjukkan bahwa ilmu tidak hanya dipahami dengan kecerdasan, tetapi juga dengan kerendahan hati. Seorang murid yang menghormati guru akan lebih mudah menerima keberkahan ilmu.
Dalam kehidupan modern, pesan ini terasa sangat relevan. Banyak murid cerdas yang gagal mengamalkan ilmunya karena kehilangan adab. Hormat kepada guru bukan sekadar tradisi, tetapi jalan spiritual agar ilmu membawa cahaya bagi kehidupan.
2. Menjaga Sikap dan Lisan di Depan Guru
Baraja juga mengingatkan:
لَا تَرْفَعِي صَوْتَكِ عِنْدَ مُعَلِّمَتِكِ، وَلَا تَسْتَهْزِئِي بِكَلَامِهَا
“Jangan meninggikan suara di hadapan gurumu, dan jangan meremehkan perkataannya.”
Adab ini sederhana namun sangat mendidik. Murid diajarkan untuk tidak menyela, tidak mengolok, dan tidak meremehkan guru, meskipun kadang guru juga manusia dengan keterbatasannya.
Di era digital, murid bisa dengan mudah mengomentari atau bahkan merendahkan gurunya di media sosial. Pesan Baraja menegaskan: jaga lisan, jaga sikap. Karena setiap kata yang merendahkan guru bisa menghalangi keberkahan ilmu.
3. Mengamalkan Ilmu sebagai Bentuk Penghormatan
Umar bin Ahmad Baraja menulis:
إِنَّ مِنْ حُسْنِ الْأَدَبِ مَعَ الْمُعَلِّمَةِ أَنْ تَعْمَلِي بِمَا تُعَلِّمُكِ
“Termasuk adab yang baik terhadap guru adalah mengamalkan apa yang dia ajarkan kepadamu.”
Menghormati guru tidak berhenti di ruang kelas. Wujud penghormatan sejati adalah mengamalkan ilmu. Dengan begitu, seorang murid tidak hanya sekadar mendengar, tetapi menjadikan nasihat guru sebagai bagian dari hidupnya.
Dalam konteks modern, murid bisa menghargai guru dengan cara menunjukkan hasil belajar dalam tindakan nyata: disiplin, etika digital, kepedulian sosial, dan ketekunan belajar. Inilah penghormatan yang lebih berharga daripada sekadar ucapan terima kasih.
Hikmah untuk Zaman Kini
Umar bin Ahmad Baraja melalui Akhlaq lil Banat menegaskan bahwa guru bukan hanya pengajar, melainkan cahaya yang menuntun murid pada kebaikan. Hormat kepada guru adalah pintu keberkahan ilmu, menjaga lisan di hadapannya adalah latihan kesabaran, dan mengamalkan ilmunya adalah penghormatan tertinggi.
Hari ini, ketika relasi guru-murid sering dipandang sebatas formalitas akademik, nasihat ini terasa menyejukkan. Pendidikan sejati membutuhkan adab, bukan hanya angka di rapor.
Mari kita renungkan: sudahkah kita menghormati guru-guru kita dengan sungguh-sungguh? Ataukah kita hanya mengambil ilmunya tanpa menghargai perjuangan mereka?
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي عُلَمَائِنَا وَمُعَلِّمِينَا، وَاجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ بِعِلْمِهِمْ وَيَنْتَفِعُونَ بِهِ
Ya Allah, berkahilah ulama dan guru-guru kami, jadikanlah kami orang yang mengamalkan ilmu dan mengambil manfaat darinya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
