SURAU.CO – Setiap kisah tentang Rasulullah Muhammad ﷺ selalu menyimpan pesan mendalam bagi umat manusia. Salah satu peristiwa luar biasa yang tercatat dalam sejarah adalah peristiwa dioperasinya dada Nabi ﷺ. Peristiwa ini bukan sekadar cerita menakjubkan, melainkan bukti keagungan Allah dalam mempersiapkan Rasul-Nya agar layak menerima wahyu dan memikul amanah kerasulan.
Peristiwa yang Menggetarkan
Para ulama mencatat bahwa peristiwa ini terjadi lebih dari sekali dalam kehidupan Nabi ﷺ. Malaikat Jibril membelah dada Nabi pertama kali saat beliau masih kecil, dan kedua saat menjelang peristiwa Isra’ Mi’raj.
Anas bin Malik ra meriwayatkan:
“Sesungguhnya Rasulullah ﷺ sedang bermain bersama anak-anak kecil, lalu Jibril datang menghampirinya. Jibril membaringkan dia, membelah dadanya, mengeluarkan hati, lalu mencabut segumpal darah seraya berkata: ‘Inilah bagian setan darimu.’ Jibril mencuci hati itu dengan air zamzam menggunakan bejana emas, kemudian mengembalikannya ke tempatnya dan menutup dada Nabi kembali. Anak-anak kecil itu pun berlari menemui ibu susunya, Halimah, sambil berteriak: ‘Muhammad telah dibunuh!’ Namun, ketika mereka mendekat, mereka melihat Nabi ﷺ hanya tampak pucat.” (HR.Muslim, no.162).
Hadis sahih ini menunjukkan bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi dan memiliki makna yang sangat dalam.
Mengapa Allah Membelah Dada Nabi?
Banyak orang bertanya, mengapa Allah membelah dada Nabi ﷺ?
Para ulama memaknai peristiwa ini sebagai pembersihan hati Nabi dari segala kotoran, sekaligus sebagai persiapan spiritual untuk menerima amanah besar kenabian. Allah menugaskan Jibril mencabut bagian yang disebut hazzusy-syaithan, yaitu tempat masuknya pengaruh setan pada manusia. Dengan demikian, Allah menjaga Nabi-Nya sejak kecil agar terhindar dari tipu daya setan.
Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan:
“Allah menjaga Nabi-Nya sejak kecil dari berbagai kotoran hati dan pengaruh setan, agar beliau tumbuh dalam kesucian sempurna. Peristiwa ini juga menjadi mukjizat dan tanda kebesaran Allah.”
Peristiwa di Masa Kecil Nabi ﷺ
Ketika Nabi berusia sekitar empat tahun, ia tinggal di pedalaman bersama ibu susuannya, Halimah as-Sa’diyah. Saat sedang bermain bersama anak-anak, Jibril datang melakukan sanitasi dada pertama.
Anak-anak lain merasa ketakutan. Mereka segera berlari ke rumah Halimah dan berseru bahwa Muhammad telah dibunuh. Halimah dengan wajah panik bergegas keluar dan mendapati Nabi kecil dalam keadaan pucat, namun tetap sehat.
Sejak peristiwa itu, Halimah merasa cemas hingga akhirnya mengembalikan Muhammad kecil kepada ibundanya, Aminah. Namun, di balik rasa khawatir itu, Halimah juga menyadari bahwa anak yang ia rawat bukanlah anak biasa. Ia telah menyaksikan keajaiban yang meneguhkan keyakinannya bahwa Muhammad kecil akan tumbuh menjadi sosok agung.
Peristiwa Menjelang Isra’ Mi’raj
Allah mengulang peristiwa ini menjelang Isra’ Mi’raj. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Jibril kembali membelah dada Nabi ﷺ, mencuci hatinya dengan air zamzam, lalu mengisinya dengan iman dan hikmah.
Peristiwa ini menjadi persiapan spiritual bagi Rasulullah ﷺ sebelum menjalani perjalanan luar biasa menembus tujuh lapis langit, bertemu para nabi, hingga menerima perintah shalat langsung di Sidratul Muntaha.
Jika pembelahan dada pertama bertujuan membersihkan Nabi dari pengaruh setan, maka pembelahan kedua bertujuan memperkuat hati beliau dengan iman dan hikmah agar siap menghadapi pengalaman spiritual yang sangat agung.
Pesan bagi Umat
Kisah dioperasinya dada Nabi ﷺ memberikan pelajaran berharga bagi umat Islam. Allah memuliakan hati Nabi dengan membersihkannya dari pengaruh setan, lalu mengisinya dengan iman dan hikmah. Semua itu menunjukkan bahwa kesucian hati menjadi syarat utama bagi siapa pun yang ingin menerima cahaya petunjuk Allah.
Peristiwa pembelahan dada Nabi ﷺ bukanlah kisah biasa, melainkan tanda kebesaran Allah dan keagungan Rasulullah ﷺ. Allah membersihkan hati Nabi sejak kecil, memeliharanya dari pengaruh setan, serta mempersiapkannya untuk menerima risalah langit.
Bagi kita, kisah ini menjadi pengingat penting: hati yang bersih akan lebih mudah menerima kebenaran, sedangkan hati yang kotor akan sulit mendapatkan cahaya petunjuk.
Semoga Allah menanamkan kecintaan kita kepada Rasulullah ﷺ, mengajarkan kita untuk meneladani kesucian hatinya, dan memberi kekuatan untuk senantiasa membersihkan jiwa dari noda dosa. Dengan begitu, kita bisa menjadi umat yang layak menyandang kehormatan sebagai pengikut Nabi yang mulia.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
