Ibadah
Beranda » Berita » Keberuntungan Hakiki: Catatan Amal yang Penuh dengan Istighfar

Keberuntungan Hakiki: Catatan Amal yang Penuh dengan Istighfar

Keberuntungan Hakiki: Catatan Amal yang Penuh dengan Istighfar.

Keberuntungan Hakiki: Catatan Amal yang Penuh dengan Istighfar.

 

Bismillāhirrahmānirrahīm. Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabat, dan seluruh umatnya yang istiqamah hingga akhir zaman.

Jalan Menuju Keberkahan Hidup

Kita menilai diri beruntung saat memiliki harta banyak, posisi tinggi, kesehatan baik, atau kesempatan langka. Namun dalam pandangan Islam, ukuran keberuntungan bukanlah apa yang tampak di dunia, melainkan apa yang kelak kita bawa menghadap Allah di akhirat.

Rasulullah ﷺ bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 3818):

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

> “Sungguh beruntung orang yang mendapati catatan amalnya penuh dengan istighfar.”

Hadis singkat ini memberi gambaran betapa besarnya kedudukan istighfar dalam hidup seorang muslim. Beruntunglah orang yang dalam setiap lembar catatan amalnya tidak pernah kosong dari permohonan ampun kepada Allah. Karena istighfar bukan hanya doa, melainkan jalan menuju keberkahan hidup, penghapus dosa, dan kunci keselamatan akhirat.

Mengapa Istighfar Sangat Penting?

Manusia melakukan dosa, baik yang disadari maupun tidak., Rasulullah Bersabda:

> “Setiap anak Adam pasti banyak berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi, hasan shahih)

Karena itu, Allah membuka pintu ampunan selebar-lebarnya bagi hamba yang mau kembali. Istighfar adalah bentuk pengakuan atas kelemahan manusia, sekaligus bukti penghambaan sejati. Dengan beristighfar, seseorang menunjukkan kesadaran akan dosanya, kerendahan hati, dan keinginan untuk terus memperbaiki diri.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Istighfar dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an berulang kali menekankan pentingnya istighfar. Beberapa ayat bahkan menunjukkan hubungan langsung antara istighfar dengan keberkahan hidup.

Allah berfirman:

> “Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun serta mengadakan pula di dalamnya sungai-sungai’.” (QS. Nuh: 10-12)

Dari ayat ini kita mengetahui bahwa istighfar bukan hanya menghapus dosa, tetapi juga menjadi sebab turunnya rahmat Allah berupa rezeki, keturunan, dan keberkahan hidup.

Istighfar dan Keberuntungan di Akhirat

Seseorang meraih keberuntungan sejati ketika Allah menyelamatkannya dari azab dan memasukkannya ke dalam surga-Nya. Dan salah satu kunci keselamatan itu adalah istighfar.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Bayangkan catatan amal kita di hari kiamat penuh dengan istighfar. Bukankah itu berarti lembaran dosa kita akan penuh dengan penghapusan dan pengampunan? Sehingga ketika amal kita ditimbang, rahmat Allah lebih dominan daripada murka-Nya.

Rasulullah ﷺ sendiri, meski sudah dijamin masuk surga dan terbebas dari dosa, tetap beristighfar kepada Allah lebih dari 70 kali dalam sehari (HR. Bukhari, no. 6307). Dalam riwayat lain bahkan disebutkan hingga 100 kali sehari (HR. Muslim, no. 2702).

Jika Nabi ﷺ yang ma’shum saja beristighfar sebanyak itu, bagaimana dengan kita yang penuh dosa dan kelalaian?

Keutamaan Istighfar dalam Kehidupan Dunia

Selain keberuntungan di akhirat, istighfar juga membawa kebaikan di dunia. Beberapa di antaranya:

1. Mendatangkan rezeki dan keberkahan – Sebagaimana QS. Nuh: 10-12 yang telah disebutkan.
2. Mengangkat kesulitan – Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesempitan, kemudahan dari setiap kesusahan, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad)

3. Menenangkan hati – Orang yang beristighfar senantiasa merasa dekat dengan Allah, sehingga hatinya tenang dalam menghadapi ujian hidup.
4. Menyucikan jiwa – Istighfar membuat hati menjadi lembut, tidak keras, dan terhindar dari sifat sombong.

Waktu-Waktu Utama untuk Beristighfar

Kita sangat dianjurkan beristighfar pada waktu-waktu tertentu:

Sepertiga malam terakhir: saat Allah membuka pintu langit dan menyeru, “Siapa yang memohon ampun, maka Aku akan mengampuninya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Setelah melakukan dosa: segera beristighfar agar dosa tidak membekas di hati.
Kita membaca istighfar tiga kali setelah shalat fardhu untuk menutupi kekurangan dalam shalat.
Waktu lapang maupun sempit: istighfar bukan hanya setelah dosa, tetapi juga dalam keadaan bahagia agar tidak lupa diri.

Macam-Macam Istighfar

Ada banyak bentuk istighfar, mulai dari yang sederhana hingga yang paling utama.

Istighfar singkat: “Astaghfirullāh” – ringan di lisan, besar di timbangan.

Sayyidul Istighfar – doa istighfar terbaik sebagaimana diajarkan Rasulullah ﷺ:

> “Allāhumma anta rabbī, lā ilāha illā anta, khalaqtanī wa ana ‘abduka, wa ana ‘alā ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu, a’ūdzu bika min sharri mā shana’tu, abū’u laka bini’matika ‘alayya, wa abū’u bidzanbī, faghfir lī fa innahu lā yaghfirudz-dzunūba illā anta.”

Istighfar dengan amal shalih: memperbanyak sedekah, shalat sunnah, dan amal lainnya sebagai wujud keseriusan dalam taubat.

Mengisi Catatan Amal dengan Istighfar

Kita dapat melakukan beberapa langkah praktis untuk memenuhi catatan amal dengan istighfar, seperti:

1. Membiasakan dzikir harian – jadikan istighfar bagian dari rutinitas dzikir pagi dan petang.
2. Istighfar dalam perjalanan – saat berkendara, berjalan, atau menunggu, biasakan lisan beristighfar.
3. Istighfar ketika salah bicara atau bertindak – jangan menunda untuk segera kembali kepada Allah.
4. Mengaitkan istighfar dengan momen tertentu – misalnya sebelum tidur, setelah makan, setelah marah, atau setelah selesai bekerja.
5. Mendidik keluarga dengan istighfar – ajarkan anak-anak untuk membiasakan istighfar sejak dini.

Renungan untuk Kita Semua

Seringkali kita lebih sibuk menghitung kekayaan, popularitas, atau pencapaian dunia. Padahal, semua itu tidak akan berguna jika catatan amal kita kosong dari istighfar.

Kita harus prioritaskan amal baik dan akhirat kita daripada mengejar pengakuan manusia yang sementara.
Apa gunanya kita bangga dengan gelar dunia, sementara kita lupa menyebut “Astaghfirullāh” di setiap khilaf?

Beruntunglah orang yang catatan amalnya penuh dengan istighfar. Allah telah menghapus banyak dosa-dosanya dan melimpahkan rahmat-Nya ketika ia menghadap Allah.

Kesimpulan: Istighfar Kunci Ampunan

Rasulullah ﷺ menyampaikan dalam hadis riwayat Ibnu Majah (no. 3818) bahwa istighfar dalam catatan amal membawa keberuntungan sejati, bukan harta atau jabatan.

Istighfar adalah kunci ampunan, pintu keberkahan, penolong di dunia, dan penyelamat di akhirat. Maka beruntunglah mereka yang senantiasa basah lisannya dengan istighfar, yang lapang hatinya dengan taubat, dan yang ringan langkahnya menuju ampunan Allah.

Semoga Allah SWT memenuhi catatan amal kita dengan istighfar, sehingga kita menjadi bersih dari dosa dan layak meraih surga-Nya. Wallāhu a’lam bish-shawāb. (Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement