SURAU.CO – Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita tidak menyadari bahwa kebiasaan kecil yang tampak sepele justru bisa membawa dampak besar bagi hidup kita. Tidak jarang, hal-hal sepele itu justru menjadi penyebab yang menjerumuskan manusia baik di dunia maupun di akhirat.
Nasihat berharga mengenai hal ini datang dari seorang tabi’in terkenal, Imam Ibrahim An-Nakha’i r.a., seorang ulama besar yang ahli dalam fiqh, hadis, tafsir, dan bahasa Arab, sekaligus guru dari Imam Abu Hanifah. Dalam kitab Nashoihul Ibad karya Imam Nawawi al-Bantani, beliau menuturkan:
“Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu itu celaka hanya karena tiga perkara: terlalu banyak bicara, terlalu banyak makan, dan terlalu banyak tidur.”
Pesan singkat ini sesungguhnya menyimpan hikmah mendalam. Mari kita bahas dan renungkan bersama satu per satu.
1.Terlalu Banyak Bicara
Lisan adalah nikmat besar dari Allah. Dengan lisan, kita bisa menyampaikan ilmu, berdakwah, menenangkan hati, dan mempererat persaudaraan. Namun, lisan juga bisa menjadi sumber malapetaka bila tidak dijaga.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam berbicara. Sebab, ucapan yang tidak bermanfaat justru bisa menjerumuskan manusia ke dalam dosa. Ghibah, fitnah, adu domba, ucapan kasar, atau sekadar omong kosong tanpa makna adalah di antara penyakit lisan yang dapat mengeraskan hati.
Imam Ibrahim An-Nakha’i mengingatkan bahwa orang-orang sebelum kita celaka karena tidak mampu menahan lisannya. Bahkan ada kalam hikmah yang masyhur:
“Salamatul insan fi hifzhil lisan” – keselamatan manusia bergantung pada bagaimana ia menjaga lisannya.
Di era digital saat ini, lisan tidak hanya keluar melalui mulut, tetapi juga lewat jari-jari di media sosial. Status, komentar, atau pesan singkat bisa berubah menjadi sarana ghibah, fitnah, bahkan adu domba. Kita sering menyaksikan pertengkaran, permusuhan, hingga perpecahan besar yang bermula dari kata-kata yang tak terkendali.
Allah memperingatkan dalam firman-Nya:
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat.” (QS. Qaf: 18)
Artinya, setiap ucapan kita, baik lisan maupun tulisan, akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
2. Terlalu Banyak Makan
Makan adalah kebutuhan dasar manusia. Namun, bila berlebihan, ia berubah menjadi sumber penyakit, baik jasmani maupun rohani. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu bersikap sederhana dalam makan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika harus lebih dari itu, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga untuk napasnya.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah)
Lebih dari sekadar jumlah, kualitas makanan yang kita konsumsi juga sangat penting. Rasulullah ﷺ pernah berwasiat kepada Sayyidina Ali dalam Washiyyatul Musthafa:
“Man akala al-haram mata qalbuhu” – Barang siapa yang memakan makanan haram, maka hatinya akan mati.
Makanan yang haram, baik karena zatnya maupun cara memperolehnya, akan menggelapkan hati dan menjauhkan seseorang dari cahaya iman. Karena itu, para ulama selalu menekankan pentingnya memperhatikan kehalalan rezeki.
Selain itu, makan juga berkaitan erat dengan rasa syukur. Orang yang berlebihan dalam makan biasanya lupa berbagi dengan fakir miskin. Padahal Allah memerintahkan agar rezeki yang kita nikmati juga menjadi jalan untuk menolong sesama.
Allah berfirman:
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS. Adz-Dzariyat: 19)
Karena itu, makan berlebihan tidak hanya berpotensi menimbulkan penyakit tubuh, tetapi juga penyakit hati: malas, kantuk, boros, dan tamak.
3. Terlalu Banyak Tidur
Tidur adalah nikmat Allah yang besar. Ia berfungsi sebagai sarana istirahat agar tubuh kembali bugar. Namun, tidur yang berlebihan justru menjadikan manusia lalai.
Imam Ibrahim An-Nakha’i mengingatkan bahwa terlalu banyak tidur membuat seseorang kehilangan waktu berharga untuk beribadah, malas bekerja, bahkan lalai menjalankan kewajiban.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu pagi mereka.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Hadis ini menekankan pentingnya bangun pagi. Sayangnya, banyak orang justru menghabiskan waktu paginya dengan tidur, sehingga kehilangan keberkahan rezeki, kesehatan, dan ilmu. Bahkan, tidur yang berlebihan kerap membuat seseorang meninggalkan salat Subuh, ibadah agung yang menjadi kunci keberkahan hidup.
Allah juga berfirman:
“Dan dirikanlah salat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian awal malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.” (QS. Hud: 114)
Ayat ini menegaskan pentingnya menjaga waktu salat, salah satunya dengan tidak terlena dalam tidur panjang.
Refleksi untuk Kehidupan Kita
Nasihat Imam Ibrahim An-Nakha’i sejatinya mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan hidup. Bicara secukupnya dengan kebaikan, makan secukupnya dengan halal, dan tidur secukupnya dengan manfaat.
Jika kita renungkan, ketiga hal ini adalah pintu bagi banyak kebaikan sekaligus keburukan. Lisan bisa mengantarkan kita ke surga bila dipakai untuk zikir, doa, dan menyebarkan ilmu, tetapi bisa pula menyeret ke neraka bila dipakai untuk ghibah dan dusta. Makan bisa menjadi ibadah bila halal dan makan secukupnya, tetapi bisa menjadi dosa bila haram dan makan berlebihan. Tidur bisa bernilai pahala bila diniatkan untuk menjaga kekuatan beribadah, tetapi bisa bernilai dosa bila membuat kita meninggalkan kewajiban.
Karena itu, para ulama menekankan konsep wasathiyah (tengah-tengah) dalam segala hal. Moderasi bukan berarti menolak nikmat, melainkan menempatkan kenikmatan pada tempat yang benar.
Mari kita jadikan bicara sebagai sarana dakwah dan ilmu, makan sebagai wujud syukur dan ibadah, serta tidur sebagai sarana istirahat yang menambah kekuatan. Dengan begitu, hidup kita insya Allah akan lebih berkah, hati lebih tenang, dan jalan menuju akhirat lebih lapang.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang selamat dunia dan akhirat. Aamiin.
(Sumber referensi dari Kitab Nashoihul Ibad karya Imam Nawawi al-Banteni dan Kitab Washiyyatul Musthafa )
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
