Setiap orang mendambakan keluarga yang harmonis dan sejahtera. Pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memperkenalkan sebuah konsep ideal. Konsep tersebut adalah “Keluarga Maslahat”. Istilah ini mungkin terdengar baru bagi sebagian orang. Namun, tujuannya sangat mulia.
Keluarga maslahat berarti keluarga yang memberikan kebaikan. Kebaikan itu tidak hanya untuk anggota keluarganya. Namun, juga untuk lingkungan sekitar dan masyarakat luas. Keluarga ini menjadi unit terkecil yang berkontribusi positif bagi bangsa. Untuk mewujudkan cita-cita ini, BKKBN merumuskan tiga fondasi utama. Tiga pilar ini menjadi penopang agar sebuah keluarga bisa berdiri kokoh dan tangguh. Lalu, apa saja ketiga fondasi keluarga maslahat tersebut?
1. Perkawinan yang Sah sebagai Gerbang Awal
Fondasi pertama dan paling mendasar adalah perkawinan yang sah. BKKBN menetapkan ini sebagai titik awal pembentukan keluarga. Perkawinan sah memiliki dua dimensi penting. Pertama adalah sah secara hukum negara. Kedua adalah sah menurut norma agama yang dianut.
Legalitas perkawinan memberikan kepastian hukum. Status ini melindungi hak dan kewajiban suami, istri, dan anak. Pencatatan pernikahan di lembaga resmi menjamin hal tersebut. Tanpa legalitas, posisi keluarga menjadi rentan. Di sisi lain, pengesahan secara agama memberikan landasan spiritual dan moral. Ikatan suci ini menjadi komitmen awal untuk membangun rumah tangga yang bertanggung jawab. Maka, perkawinan sah adalah gerbang utama menuju keluarga yang berkualitas.
2. Ketahanan Keluarga sebagai Inti Kekuatan
Pilar kedua adalah ketahanan keluarga. Ini merupakan fondasi yang paling dinamis dan kompleks. Ketahanan keluarga mencerminkan kemampuan sebuah keluarga dalam menghadapi tantangan. Keluarga tangguh tidak mudah goyah oleh masalah. Mereka mampu beradaptasi dan berkembang bersama. BKKBN membagi ketahanan keluarga menjadi tiga dimensi utama yang saling berkaitan.
-
Ketahanan Fisik
Dimensi ini berkaitan dengan kesehatan jasmani seluruh anggota keluarga. Keluarga perlu memastikan lingkungan tempat tinggal yang sehat dan bersih. Mereka juga harus memenuhi kebutuhan pangan bergizi seimbang. Akses terhadap layanan kesehatan yang memadai menjadi bagian penting. Ketahanan fisik adalah modal dasar untuk beraktivitas dan produktif. -
Ketahanan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Keluarga hidup dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, ketahanan sosial sangat diperlukan. Ini mencakup kemampuan keluarga berinteraksi secara positif. Mereka membangun hubungan baik dengan tetangga dan komunitas. Keluarga juga aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Harmoni dengan lingkungan sekitar menciptakan rasa aman dan dukungan. -
Ketahanan Psikologis
Dimensi ini menyangkut kesehatan mental dan emosional. Keluarga yang tangguh secara psikologis mampu mengelola stres dengan baik. Mereka memiliki komunikasi yang terbuka dan jujur. Setiap anggota keluarga merasa nyaman untuk berbagi perasaan. Mereka juga mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif. Ketenangan batin menjadi kunci kebahagiaan keluarga.
3. Kecukupan Ekonomi sebagai Penopang Stabilitas
Fondasi ketiga adalah kecukupan ekonomi. Perlu digarisbawahi, “cukup” tidak berarti harus “kaya raya”. Kecukupan ekonomi berarti keluarga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan itu meliputi sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.
Stabilitas finansial memberikan ketenangan. Keluarga tidak perlu terus-menerus khawatir tentang kebutuhan pokok. Kondisi ini secara langsung mendukung dua fondasi lainnya. Dengan ekonomi yang cukup, keluarga dapat mengakses makanan bergizi (ketahanan fisik). Stres akibat masalah finansial juga berkurang (ketahanan psikologis). Oleh karena itu, memiliki sumber pendapatan yang stabil dan halal adalah pilar penting.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, menekankan bahwa ketiga fondasi ini harus berjalan seimbang. Menurutnya, konsep ini lebih dari sekadar keluarga sejahtera biasa.
Hasto Wardoyo mengatakan, “Keluarga maslahat ini lebih tinggi dari keluarga sejahtera. Karena di dalamnya ada ketahanan fisik, sosial, dan psikologis. Dan di dalamnya ada kecukupan ekonomi. Dan yang paling penting awalnya harus didahului oleh perkawinan yang legal. Sah perkawinannya.”
Pernyataan tersebut menegaskan urutan dan keterkaitan setiap pilar. Perkawinan yang sah membuka jalan. Ketahanan keluarga menjadi mesin penggeraknya. Lalu, kecukupan ekonomi menjadi bahan bakarnya.
Membangun keluarga maslahat adalah sebuah proses berkelanjutan. Ini membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh anggota keluarga. Dengan memperkuat tiga fondasi tersebut, setiap keluarga di Indonesia dapat menjadi sumber kebaikan. Mereka tidak hanya sejahtera untuk diri sendiri, tetapi juga menjadi aset berharga bagi kemajuan bangsa.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
