Beranda » Berita » Peringati Hari Jadi, Bawaslu Kulon Progo Luncurkan Buku Puisi

Peringati Hari Jadi, Bawaslu Kulon Progo Luncurkan Buku Puisi

Ketua Bawaslu Kulon Progo Marwanto menyerahkan buku Warna Kitab Suara kepada anggota Bawaslu DIY Agung Nugroho

SURAU.CO – Ada cara berbeda dalam merayakan hari jadi. Bawaslu Kabupaten Kulon Progo membuat sebuah gebrakan unik. Mereka merayakan Hari Jadi ke-7 dengan meluncurkan buku puisi. Buku antologi ini diberi judul Warna Kitab Suara. Isinya adalah kumpulan puisi tentang pemilu dan demokrasi.

Acara peluncuran buku berlangsung khidmat. Kegiatan digelar di kantor Bawaslu setempat akhir pekan lalu. Peluncuran ditandai dengan penyerahan buku. Ketua Bawaslu Kulon Progo, Marwanto M.Si, menyerahkan buku kepada anggota Bawaslu DIY, Agung Nugroho SPT. Momen ini menjadi simbol lahirnya karya sastra dari lembaga pengawas pemilu.

Kegiatan ini dikemas dalam format tasyakuran. Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan penting. Tampak hadir Anggota Bawaslu DIY beserta Kabag Pengawasan dan Humas. Jajaran Ketua dan Anggota Bawaslu Kulon Progo juga hadir lengkap. Mereka didampingi oleh seluruh jajaran sekretariat.
Turut hadir pula pimpinan Bawaslu Kulon Progo periode 2018-2023. Perwakilan Kantor Kesbangpol Kulon Progo dan Ketua KPU Kulon Progo ikut menyaksikan. Tentu saja, para penyair yang karyanya termuat dalam buku menjadi tamu istimewa.

Lahir dari Lomba Skala Internasional

Buku Warna Kitab Suara bukan sekadar kumpulan tulisan. Puisi-puisi di dalamnya merupakan hasil kurasi ketat. Karya tersebut berasal dari lomba cipta puisi. Bawaslu Kulon Progo menyelenggarakan lomba ini secara terbuka. Kompetisi berlangsung dari 18 Juli hingga 4 Agustus.

Antusiasme peserta sangat luar biasa. Panitia berhasil mengumpulkan 134 judul puisi. Puisi-puisi tersebut ditulis oleh 79 penyair berbakat. Para penulis datang dari dalam maupun luar negeri. Hal ini menunjukkan jangkauan lomba yang sangat luas.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Tercatat ada tiga penulis dari Malaysia, masing-masing tinggal di Kelantan, Johor dan Serawak. Satu penyair lainnya adalah warga negara Indonesia. Ia mengirimkan karyanya dari Brussel, Belgia. Peserta dari dalam negeri pun tak kalah beragam. Mereka tersebar dari ujung barat hingga timur Indonesia.

Wilayah Sumatera diwakili penulis dari Aceh, Pekanbaru, dan Riau. Ada juga dari Babel, Bengkulu, hingga Lampung. Dari Pulau Jawa-Madura, karya datang dari Yogyakarta, Jakarta, dan Depok. Penulis dari Cirebon, Indramayu, Tegal, dan Banyumas juga berpartisipasi. Ada pula dari Cilacap, Purworejo, Sumenep, Surabaya, Mojokerto, dan Banyuwangi.

Pulau lain juga mengirimkan wakilnya. Terdapat penyair dari Berau dan Ketapang di Kalimantan. Dari Bali, ada penulis dari Klungkung. Wilayah Nusa Tenggara Timur diwakili penyair dari Malaka. Bahkan, karya dari Kaimana, Papua, turut meramaikan kompetisi ini.

Para Pemenang Lomba Cipta Puisi

Eddy Pranata PNP, salah satu pemenang lomba cipta puisi membawakan karyanya

Dari 134 naskah yang masuk, panitia melakukan seleksi awal. Sebanyak 88 judul puisi berhasil lolos tahap kurasi. Puisi-puisi inilah yang kemudian dinilai oleh dewan juri. Tim juri terdiri dari tiga nama kompeten. Mereka adalah Fajar R Ayuningtyas, Marwanto, dan Fajar Pramukti.

Awalnya, dewan juri memilih 20 puisi sebagai nominasi. Puncaknya, pada saat acara peluncuran, diumumkan para pemenang. Terdapat lima puisi terbaik dan tiga puisi favorit.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Lima Puisi Terbaik:
Di Ujung Kertas Suara karya Aprianus Putrason Niron (Malaka, NTT).
Tak ada Tanggal Merah Untuk Kami karya Eddy Pranata PNP (Banyumas, Jawa Tengah).
Demokrasi yang Duduk di Warung Kopi karya Nurul Nadifa Rachmah (Banyuwangi, Jawa Timur).
Kitab Suara karya Ayi Jufridar (Lhokseumawe, Aceh).
Pada Pemilu karya Naning Scheid (Brussel, Belgia).

Tiga Puisi Favorit:
Di Day Demokrasi karya Ika Zardy Saleha (Kulon Progo).
Lala dan Langkah Bapak karya Riliana (Kulon Progo).
Aku dan Amplop Putih karya Hendri Sulistya (Kulon Progo).

Satukan Pengawasan Pemilu dan Dunia Sastra

Agung Nugroho dari Bawaslu DIY memberikan sambutan hangat. Ia mengungkapkan apresiasi mendalam kepada Bawaslu Kulon Progo. Menurutnya, lembaga ini mampu mengemas acara ulang tahun secara berbeda.

“Saya pikir pengawasan pemilu dengan dunia sastra adalah sesuatu yang sangat jauh berbeda, namun Bawaslu Kabupaten Kulon Progo mampu menyatukan dua hal tersebut menjadi sesuatu yang sangat menarik. Biasanya kita disajikan pengawasan, kajian hukum, dan FGD, namun hari ini kita menyaksikan pengawasan pemilu dalam bentuk lain, yaitu karya sastra puisi” ucapnya.

Ketua Bawaslu Kabupaten Kulon Progo, Marwanto, turut memberi penjelasan. Ia menyatakan tema HUT ke-7 adalah Konsisten Mengawal Demokrasi. Tema ini menegaskan semangat Bawaslu Kulon Progo yang tidak pernah padam.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Menurutnya, pengawasan pemilu harus terus dibumikan. Salah satu caranya melalui lomba cipta puisi ini. Kegiatan ini tetap relevan meski sedang tidak ada tahapan pemilu.

“Buku antologi puisi pemilu dan demokrasi ini merupakan ungkapan hati dari masyarakat tentang bagaimana mereka selama ini memandang pemilu dan demokrasi. Tentu saja ini menjadi perspektif lain bagi kita dalam upaya meningkatkan pengawasan pemilu di masa yang akan datang.” terang Marwanto.

Salah satu penyair senior Kulon Progo, Marjuddin Suaeb, membacakan puisinya

Acara peluncuran semakin semarak dengan penampilan para penyair. Mereka membacakan karyanya secara langsung. Salah satunya adalah penyair nasional Eddy Pranata PNP. Ia membacakan puisi berjudul Hari-Hari Kian Panas. Iringan gitar dari Ugeng Iway membuat suasana semakin ekspresif. Penampilan para penyair sukses menyedot perhatian seluruh hadirin.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement