Khazanah
Beranda » Berita » Sholawat Dustur Warisan Khas Budaya Betawi

Sholawat Dustur Warisan Khas Budaya Betawi

Shoalwat Dustur adalaah shoalwat yang menjadi bagian dari tradisi masyarakt Betawi
Salah tradisi keagamaan khas Betawi adalah pembacaan Sholawat Dustur dalam tradisi perkawinan yang berbarengan dengan proses palang pintu.

 SURAU.CO, Budaya Betawi memiliki kekayaan tradisi yang unik. Salah satunya adalah seni lisan Sholawat Dustur. Lantunan ini menjadi harmoni syahdu dalam berbagai upacara adat. Masyarakat Betawi sangat akrab dengan alunan sholawat ini. Ia bukan sekadar pujian, melainkan juga identitas budaya.Sholawat Dustur tidak hanya terdengar di ruang ibadah. Ia justru hidup dalam beragam ritual adat masyarakat Betawi. Kehadirannya menambah nuansa sakral dan khidmat pada setiap acara

Sholawat ini memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. Alunannya yang khas sering terdengar dalam kehidupan sosial dan keagamaan. Tidak salah kalau sholawat ini menjadi bagian dari tradisi lisan yang terus terwariskan hingga kini. Melalui sholawat ini, masyarakat Betawi menyalurkan kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini menjaga nilai agama dan budaya secara bersamaan.

Asal-Usul dan Pencipta Sholawat Dustur

Sejarah mencatat peran penting seorang ulama Betawi. Dalam catatan Abdullah Abu Bakar Batarfie, Sholawat Dustur ini sering terdengan saat taklim hingga kenduri. Bahkan menjadi bacaan “wajib’ dalam tradisi palang pintu yang sangat khas Betawi. Palang pintu adalah salah satu upacara dalam pernikahan Betawi, di mana mempelai pria diarak dan “dihadang” sebelum prosesi ijab qabul dan dipersandingkan di “puade”. Adanya pembacaan Sholawat Dustur dalam acara ini menambah kesakralan dan keindahan prosesi pernikahan.

Sholawat Dustur sebagai seni lisan Betawi terasa sangat begitu merdu dan syahdu apabila mendengarkannya. Konon, syair dan alunan nadanya yang khas ini dikarang oleh seorang ulama terkemuka Betawi, yaitu Datuk Abdul Mujib bin Sa’abah. Beliau adalah pengarang Sholawat Dustur dan Rawi Melayu Betawi. Melalui karya-karyanya, pengaruh Islam sangat terasa dalam kehidupan masyarakat Betawi yang sangat menghormati Nabi Muhammad SAW.

Datuk Abdul Mujib bin Sa’abah tidak hanya berupa sholawat ini saja, namun juga menggubah Rawi Melayu Betawi yang terkenal. Karya Datuk Abdul Mujib menunjukkan kuatnya pengaruh Islam. Syair dan nadanya kental dengan nuansa lokal. Hal ini membuat Sholawat Dustur berbeda dari sholawat lainnya. Misalnya, Sholawat Ibrahimiyah yang lebih umum dikenal. Sholawat Dustur memiliki ciri khas melodi dan lirik Betawi yang kental. Ia menjadi warisan tak ternilai dari seorang ulama besar.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Selain itu, masyarakat membacanya sebelum memulai acara majelis taklim . Seperti kita tahu, majelis ilmu ini menjadi bagian penting kehidupan warga Betawi. Dan seringnya, Sholawat Dustur menjadi pembuka yang menenangkan jiwa. Tradisi ini biasa berlaku dalam masjid, mushola, atau dari rumah ke rumah. Bahkan banyak yang percaya bahwa Sholawat Dustur ini juga sebagai doa keselamatan. Menurut buku Upacara Daur Hidup Adat Betawi, “Sholawat umumnya berkumandang ketika menjelang pemberangkatan seseorang ke suatu tempat yang jauh.” Pembacaan ini sering dilakukan tepat di depan pintu rumah.

Cerminan Harmoni Budaya Betawi

Budaya Betawi merupakan hasil akulturasi yang kaya. Pengaruh ajaran Islam dari Semenanjung Arabia sangat kuat. Namun, budaya lain juga memberi warna yang indah. Pengaruh budaya Tionghoa, misalnya, terlihat jelas.Perpaduan ini menciptakan harmoni yang unik. Contohnya terlihat pada busana pengantin tradisional Betawi. Pakaian pengantin pria sangat dipengaruhi budaya Arab. Sementara itu, pakaian pengantin wanita menunjukkan sentuhan Tionghoa. Harmoni serupa juga tecermin dalam seni lisan seperti Sholawat Dustur. Ia adalah ekspresi keagamaan yang dipadukan dengan kearifan lokal. Namun sholawat lebih dari sekadar alunan nada, tetapi telah menjadi bagian warisan budaya yang menyimpan banyak nilai. Di dalamnya terkandung nilai spiritual, kebersamaan, dan identitas. Oleh karena itu, pelestariannya menjadi sangat penting.

Upaya ini membutuhkan peran aktif dari generasi muda Betawi. Mereka perlu mengenal, mempelajari, dan melantunkan kembali sholawat ini. Dengan demikian, tradisi lisan ini tidak akan terpengaruh oleh waktu. Melestarikannya berarti menjaga kekayaan budaya bangsa. Ini adalah cara untuk memastikan nilai luhur Betawi tetap hidup.
Kesimpulannya, Sholawat Dustur adalah pusaka budaya yang berharga. Ia merupakan keselarasan antara seni, tradisi, dan ajaran Islam. Tradisi ini menjadi bukti kecintaan mendalam masyarakat Betawi kepada Rasulullah SAW. Melalui lantunan syahdunya, nilai-nilai luhur terus diwariskan dari generasi ke generasi.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement