SURAU.CO. Kementerian Agama (Kemenag) resmi meluncurkan rogram ini Gerakan Wakaf Pendidikan Islam. Program yang diinisiasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam adalah langkah strategis dalam mewujudkan kemandirian madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi keagamaan Islam,” ucap Menag.
Menag Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya gerakan ini. Program ini sejalan dengan Asta Protas Kementerian Agama. Salah satu fokusnya adalah pemberdayaan ekonomi umat. Wakaf menjadi instrumen penting untuk mencapai tujuan tersebut. Lembaga keuangan kemandirian pendidikan Islam menjadi sasaran utama. “Gerakan wakaf pendidikan Islam ini menjadi langkah strategis dalam mewujudkan kemandirian madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi keagamaan Islam,” ucap Menteri Agama Nasaruddin Umar.
Dalam pelaksaannya Kemenag berkolaborasi erat dengan Badan Wakaf Indonesia (BWI). Gerakan ini mengusung tema besar untuk menumbuhkembangkan ekosistem wakaf. Tujuannya demi masa depan pendidikan Islam di Indonesia. Strategi inisiatif ini bertujuan membangun iklim filantropi Islam yang kuat. Harapannya, gerakan ini dapat melahirkan generasi bangsa yang unggul. “Pada hari ini, mari kita me-launching anak kunci surga yang bernama wakaf ini dengan bersama-sama membaca surat Al-Fatihah,” ujar Menag saat memimpin langsung peluncuran program tersebut di Jakarta, Sabtu (16/8/2025).
Fokus Pengembangan Dana Sosial
Program ini juga memiliki landasan hukum yang kuat. Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amin Suyitno, program ini telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. Fokusnya pada pengembangan dana sosial keagamaan yang produktif. Selain itu, program ini juga sejalan dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2025. Inpres tersebut menggalang pengumpulan dana umat untuk mengentaskan kemiskinan. Suyitno memaparkan potensi wakaf di Indonesia yang sangat besar. Angkanya melampaui Rp180 triliun. “Peluang dan potensi wakaf kita lebih dari 180 Triliun selain jika kita bicara soal zakat juga maka totalnya mencapai 327 Triliun,” ungkap Suyitno.
Sementara itu Ketua Badan Wakaf Indonesia, Kamaruddin Amin, menyebutIndonesia memiliki 484 badan wakaf. Suyitno yang juga Sekretaris Jenderal Kemenag melihat terdapat juga 61 bank yang menjadi penghimpun wakaf uang dan juga pentingnya sinergi. “Kita perlu mengajak mereka bersinergi dan berkolaborasi sekaligus mendorong mereka untuk mengajak masyarakat berwakaf,” ujar Kamaruddin.
Data BWI menunjukkan ada 448 lembaga kenadziran (pengelola wakaf) di seluruh negeri. Kamaruddin mendorong Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) untuk ikut berperan. PTKIN diharapkan dapat menjadi lembaga nadzir wakaf uang secara langsung. “Ada beberapa kendala dan kami sedang mencari solusinya, agar dalam waktu yang tidak terlalu lama Perguruan Tinggi Islam bisa menjadi nadzir wakaf uang langsung,” tambahnya. Ia sangat optimis dengan masa depan pengelolaan wakaf. “Mudah-mudahan kita berhasil memproduktifkan aset wakaf kita yang jumlahnya sangat besar,” pungkas Kamaruddin.
Kado Istimewa Kemerdekaan
Gerakan ini mendapat sambutan hangat dari kalangan pelajar. Salah satunya Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof Mujiburrahman, turut bersuara. Ia menyebut gerakan ini sebagai kado peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI. “Gerakan ini adalah kado istimewa bagi bangsa Indonesia. Wakaf produktif akan menjadi energi baru bagi pembangunan pendidikan Islam yang lebih mandiri,” kata Prof Mujiburrahman di Banda Aceh, Minggu.
Menurutnya, gerakan ini membuka ruang partisipasi publik. Masyarakat dapat terlibat langsung dalam mencerdaskan bangsa. Selama ini, sektor pendidikan Islam masih sangat bergantung pada APBN. Kehadiran wakaf produktif menawarkan solusi kemandirian.
UIN Ar-Raniry menyatakan kesiapannya menjadi bagian dari ekosistem ini. Perguruan tinggi tidak hanya menjadi penerima manfaat. Mereka juga harus menjadi penggerak literasi dan inovasi pengelolaan wakaf. “Di Aceh, budaya wakaf sudah mengakar. Dengan tata kelola modern, wakaf bisa kita arahkan menjadi instrumen strategis untuk meningkatkan kualitas madrasah, beasiswa siswa, hingga penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,” jelas Mujiburrahman.
Ia menilai target penghimpunan wakaf Rp1 triliun per tahun sangat realistis. Syaratnya, semua pihak harus berpartisipasi aktif. Mulai dari masyarakat, ormas, hingga dunia usaha. “Wakaf bukan sekedar amal jariyah, tapi investasi sosial untuk masa depan. Ini gerakan inklusif yang akan memperkuat daya saing pendidikan Islam kita,” tegasnya. UIN Ar-Raniry berkomitmen mendukung penuh program Kemenag ini. “Gerakan ini adalah panggilan zaman. Wakaf pendidikan harus kita jadikan tradisi baru untuk melahirkan generasi emas Indonesia,” ujarnya
Peluncuran ini disertai oleh berbagai pejabat penting. Tampak hadir Pejabat Eselon II Ditjen Pendidikan Islam, jajaran BWI, dan para Rektor PTKIN se-Indonesia. Guru-guru madrasah dari seluruh penjuru negeri juga mengikuti acara secara luring maupun offline.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
