Pendidikan
Beranda » Berita » Lubna dan Kerabatnya Laila dalam Akhlaq lil Banat Juz 1 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Lubna dan Kerabatnya Laila dalam Akhlaq lil Banat Juz 1 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Lubna
seorang gadis Muslim remaja yang mengamalkan nilai-nilai akhlak

SURAU.CO — Pernahkah kita menyaksikan seorang anak kecil yang begitu tulus menyayangi kerabatnya tanpa memandang status atau harta? Itulah sosok Lubna, gadis berusia delapan tahun yang kisahnya diabadikan dalam kitab klasik Akhlaq lil Banat karya Umar bin Ahmad Baraja. Ia digambarkan bukan hanya sebagai anak yang taat pada orang tuanya, tetapi juga teladan bagi kita semua dalam berbuat baik kepada sesama, terutama kerabat dekat.

Kitab Akhlaq lil Banat ditulis oleh Umar bin Ahmad Baraja, seorang ulama asal Hijaz pada abad ke-20 yang menaruh perhatian besar pada pendidikan akhlak anak perempuan. Kitab ini ditujukan khusus bagi siswi madrasah dan santri perempuan agar mereka tumbuh dengan budi pekerti luhur, santun, dan berakhlak Islami.

Dalam khazanah Islam, kitab ini istimewa karena fokusnya pada pendidikan moral bagi perempuan sejak usia dini. Bukan hanya teori, kitab ini menyajikan kisah-kisah praktis yang mudah dipahami, seperti kisah Lubna dan kerabatnya Laila, yang relevan hingga hari ini.

1. Lubna: Ketaatan dan Kasih Sayang Seorang Anak

Umar Baraja menulis:

“كانت لبنى بنت صغيرة في الثامنة من عمرها، مطيعة لوالديها، محبوبة عند أهلها والناس أجمعين.”
“Lubna adalah seorang anak kecil berumur delapan tahun, taat kepada kedua orang tuanya, dicintai keluarganya dan semua manusia.”

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Sejak awal, Lubna digambarkan sebagai sosok teladan. Ia bukan hanya berbakti kepada orang tua, tetapi juga penuh kasih kepada kerabatnya, Laila. Meski Laila berasal dari keluarga miskin, Lubna tidak pernah merendahkannya. Justru ia menghormati dan berusaha membuat hati Laila senang.

Pesan moralnya jelas akhlak yang luhur tidak memandang status sosial. Anak-anak diajarkan sejak dini untuk menghargai orang lain apa adanya, bukan berdasarkan kekayaan atau penampilan.

2. Dermawan dan Tidak Bakhil kepada Kerabat

Dalam kisah ini diceritakan:

“لم تستهزئ لبنى بقريبتها ليلى لفقرها، بل كانت تحترمها وتسعد قلبها. وإذا احتاجت إلى أدوات مدرسية أعارتها، ولم تبخل عليها بشيء.”
“Lubna tidak pernah mencemooh Laila karena kemiskinannya, bahkan ia menghormatinya dan selalu membuat hatinya senang. Jika Laila membutuhkan peralatan sekolah, ia meminjamkan kepadanya dan tidak pernah bersikap bakhil.”

Lubna memberi teladan bahwa kedermawanan tidak menunggu seseorang kaya. Bahkan seorang anak kecil bisa menjadi dermawan dengan berbagi alat tulis, mainan, atau sekadar perhatian.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Di era modern, banyak anak yang terjebak dalam budaya konsumtif dan persaingan sosial. Kisah Lubna menegaskan bahwa nilai sejati bukan pada barang yang kita miliki, melainkan hati yang rela berbagi.

3. Hadiah yang Menjadi Inspirasi

Puncak kisah ini adalah ketika guru memerintahkan murid-murid membeli kitab Akhlaq lil Banat:

“في يوم من الأيام أمر المعلم التلميذات بشراء كتاب الأخلاق للبنات، فاشترت لبنى نسختين، وأهدت واحدة لقريبتها ليلى.”
“Suatu hari guru memerintahkan murid-murid untuk membeli kitab Akhlak untuk anak perempuan. Maka Lubna membeli dua kitab, dan menghadiahkan satu untuk Laila.”

Ketika guru mendengar hal itu, ia mengucapkan terima kasih di depan murid-murid lain, lalu menjadikan Lubna contoh teladan.

Ini menunjukkan dua hal penting: pertama, memberi hadiah tidak harus mewah, tetapi bermakna. Kedua, keteladanan akhlak anak bisa menginspirasi teman-temannya. Bahkan seorang guru pun mengakui bahwa murid kecil bisa menjadi sumber motivasi besar.

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Hikmah untuk Kita Hari Ini

Kisah Lubna dan Laila adalah cermin sederhana dari akhlak yang tinggi: taat kepada orang tua, menghormati kerabat, tidak memandang status sosial, serta rela berbagi.

Hidup modern sering mengajarkan persaingan, namun kisah klasik ini mengingatkan bahwa nilai sejati justru ada pada keikhlasan memberi. Kita bisa bertanya pada diri sendiri: apakah hari ini kita sudah meneladani Lubna dengan membantu kerabat atau teman yang membutuhkan?

اللَّهُمَّ اجعلنا من المتخلِّقين بحُسن الخلق، وامنحنا قلوباً رحيمة وأيدياً معطاءة، لنكون سبباً


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement