Pendidikan
Beranda » Berita » Dua Saudara Perempuan yang Saling Mencintai dalam Akhlaq lil Banat Juz 1 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Dua Saudara Perempuan yang Saling Mencintai dalam Akhlaq lil Banat Juz 1 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Maryam
seorang gadis Muslim remaja yang mengamalkan nilai-nilai akhlak

SURAU.CO — Pernahkah Anda menyaksikan dua saudara perempuan yang hidup penuh kehangatan, saling berbagi dalam suka dan duka, hingga membuat rumah terasa lebih hidup? Kisah Ruqayyah dan Maryam dalam kitab Akhlaq lil Banat karya Umar bin Ahmad Baraja adalah potret sederhana tapi sarat makna tentang cinta kasih yang tulus antara saudara.

Keduanya bukan sekadar kakak-adik. Mereka adalah sahabat sejati yang selalu berjalan bersama, baik menuju sekolah, belajar di rumah, maupun sekadar bermain di waktu luang. Umar Baraja ingin menegaskan bahwa ikatan persaudaraan yang dibangun dengan cinta akan menjadi sumber ketentraman dan kebahagiaan.

Kitab Akhlaq lil Banat ditulis oleh Umar bin Ahmad Baraja, seorang ulama abad ke-20 asal Hijaz yang sangat peduli pada pendidikan moral generasi muda, khususnya anak perempuan. Beliau lahir dalam keluarga ulama dan tumbuh di tengah masyarakat yang sedang menghadapi perubahan sosial.

Kitab ini disusun untuk para santri putri, siswa madrasah, dan muslimah muda, dengan tujuan membentuk akhlak yang sesuai dengan tuntunan Islam. Posisi kitab ini sangat penting dalam khazanah literatur Islam klasik modern, karena menjadi rujukan di banyak madrasah dan pesantren dalam menanamkan nilai budi pekerti yang luhur.

1. Persaudaraan yang Tumbuh dari Kebersamaan

Umar Baraja menggambarkan Ruqayyah dan Maryam sebagai dua saudara yang selalu berjalan beriringan:

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

“كانتا تذهبان إلى المدرسة معًا وتعودان معًا، وتتعاونان في مراجعة الدروس وحفظها.”
“Keduanya pergi ke sekolah bersama, pulang bersama, dan saling membantu dalam mengulas dan menghafal pelajaran.”

Kebersamaan yang sederhana ini adalah kunci lahirnya kasih sayang. Dalam era sekarang, ketika banyak keluarga sibuk dengan urusan masing-masing, pelajaran ini terasa begitu relevan. Menghabiskan waktu bersama, meski sekadar belajar atau bercanda, dapat memperkuat ikatan emosional yang akan menjadi benteng dari perpecahan keluarga.

2. Belajar Berbagi, Belajar Bahagia

Kisah yang paling menyentuh adalah saat Ruqayyah membeli apel. Ia tidak ingin menikmatinya sendiri, melainkan ingin segera berbagi dengan Maryam. Ia berkata kepada ibunya dengan penuh antusias:

“يا أمي، أخبريني أين أختي مريم، فإني أريد أن أقسم هذه التفاحة بيني وبينها.”
“Wahai ibu, kabarkan kepadaku di mana saudaraku Maryam, karena aku ingin membagi apel ini antara aku dan dia.”

Betapa indah akhlak Ruqayyah! Ia mengajarkan kita bahwa kebahagiaan tidak terletak pada apa yang kita miliki, melainkan pada apa yang kita bagikan. Maryam pun membalasnya dengan hadiah karangan bunga. Adegan sederhana ini mencerminkan keindahan timbal balik: saling memberi, saling menguatkan, dan saling membuat bahagia.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Di dunia modern, di mana banyak orang terjebak pada egoisme dan kepentingan pribadi, nilai ini seakan menjadi obat. Belajar berbagi dengan saudara bisa melahirkan kehangatan keluarga yang lebih tulus dibanding sekadar materi.

3. Ketentraman yang Lahir dari Cinta

Umar Baraja menutup kisah Ruqayyah dan Maryam dengan kalimat yang sederhana tapi dalam:

“هكذا عاشتا الأختان في طمأنينة وسعادة.”
“Seperti itulah kedua saudara perempuan ini hidup dalam ketentraman dan kebahagiaan.”

Ketentraman bukan datang dari banyaknya harta atau mewahnya rumah, tetapi dari relasi penuh cinta di antara anggota keluarga. Ruqayyah dan Maryam memberi contoh bahwa hidup bersama dalam kasih sayang adalah karunia besar yang harus dijaga.

Fenomena sosial hari ini menunjukkan banyak keluarga tercerai-berai hanya karena perkara kecil. Kisah ini seolah menjadi cermin: apakah kita sudah merawat ikatan persaudaraan dengan baik, atau justru membiarkannya rapuh karena kesibukan dan gengsi?

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Hikmah untuk Kehidupan Kita

Dari Ruqayyah dan Maryam, kita belajar bahwa kasih sayang antar saudara adalah sumber kebahagiaan sejati. Berbagi apel dan bunga mungkin tampak sederhana, tetapi di balik itu ada pelajaran mendalam tentang cinta yang tulus dan ketentraman batin.

Mari kita renungkan: sudahkah kita menghadiahkan senyum, perhatian, atau sekadar waktu untuk saudara kita? Ataukah kita terlalu sibuk mengejar dunia hingga lupa bahwa rumah yang hangat lahir dari kasih sayang antarsaudara?

اللَّهُمَّ اجعل بيوتنا عامرةً بالمودة والرحمة، واجعلنا من المتحابين فيك، يا أرحم الراحمين. آمين.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement