Ibadah
Beranda » Berita » Hukum Membela Tanah Air dan Bangsa dari Penjajahan

Hukum Membela Tanah Air dan Bangsa dari Penjajahan

Gambar Para Pejuang Kemerdekaan Indonesia
Gambar Para Pejuang Kemerdekaan Indonesia

SURAU.CO-Membicarakan hukum membela tanah air dan bangsa dari penjajahan tidak dapat dilepaskan dari ajaran agama maupun nilai kemanusiaan universal. Hukum membela tanah air dan bangsa dari penjajahan menjadi bagian penting dalam menjaga eksistensi umat, kehormatan, serta kemerdekaan yang para pejuang perjuangkan dengan darah dan pengorbanan. Sepanjang sejarah, perlawanan terhadap penjajahan selalu lahir bukan hanya dari semangat politik, tetapi juga dari iman, moral, dan rasa tanggung jawab sosial.

Dalam pandangan Islam, membela tanah air termasuk bentuk jihad fi sabilillah karena bertujuan melindungi kehidupan, akidah, serta kehormatan umat. Imam al-Ghazali menegaskan bahwa menjaga agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan adalah maqashid al-syari’ah (tujuan pokok syariat). Penjajahan jelas merusak semua hal tersebut, sehingga melawannya berarti menjalankan perintah agama.

Bangsa Indonesia pernah mengalami pengalaman nyata. Para ulama pada masa kolonial mengeluarkan fatwa bahwa melawan penjajah hukumnya wajib. Resolusi Jihad NU tahun 1945 menjadi bukti kuat bahwa agama mendorong umat untuk mempertahankan kemerdekaan. Dari sini kita belajar bahwa membela bangsa bukan hanya tugas militer, melainkan kewajiban setiap individu sesuai kapasitasnya.

Membela Tanah Air sebagai Kewajiban Agama dan Moral

Secara moral, setiap manusia berhak hidup merdeka. Penjajahan melanggar prinsip keadilan dan merendahkan martabat. Karena itu, membela bangsa berarti menjaga hak asasi sekaligus menolak segala bentuk penindasan. Hukum internasional pun mengakui perjuangan melawan kolonialisme sebagai hak yang sah demi kemerdekaan.

Dulu penjajahan terlihat nyata dalam penguasaan fisik dan ekonomi. Kini penjajahan hadir lebih halus, melalui dominasi budaya, informasi, dan ekonomi global. Membela bangsa di era modern berarti menjaga kedaulatan digital, melawan hoaks yang merusak persatuan, dan memperkuat ekonomi agar tidak bergantung pada kekuatan asing.

Tidak Shalat Jum’at Karena Hujan; Apa Hukumnya?

Invasi budaya yang melemahkan identitas generasi muda juga bisa disebut penjajahan non-fisik. Dalam hal ini, membela tanah air berarti memperkuat pendidikan karakter, melestarikan tradisi luhur, dan menguasai teknologi. Dengan cara itu, bangsa tidak sekadar bertahan tetapi juga mampu bersaing di tingkat global.

Pengetahuan Baru: Membela Bangsa dalam Konteks Modern

Selain itu, pembelaan terhadap bangsa kini mencakup kesadaran ekologis. Penjarahan sumber daya alam oleh perusahaan asing tanpa memperhatikan keberlanjutan akan merusak masa depan. Menjaga kelestarian alam menjadi bagian dari jihad kontemporer yang sama pentingnya dengan perlawanan fisik di masa lalu.

Membela bangsa dan tanah air dari penjajahan adalah kewajiban sepanjang zaman. Dalam perspektif agama, moral, maupun kemanusiaan, perjuangan ini tidak bisa ditawar. Jika dahulu musuh hadir melalui kolonialisme fisik, kini penjajahan muncul lebih kompleks: digital, ekonomi, budaya, hingga ekologi.

Generasi sekarang harus lebih cerdas membaca bentuk penjajahan modern dan berjuang sesuai zamannya. Dengan semangat iman, ilmu, dan persatuan, bangsa ini akan selalu mampu mempertahankan kedaulatan serta martabatnya di mata dunia.

Membela bangsa dari penjajahan merupakan kewajiban yang melekat pada setiap generasi. Tugas ini tidak hanya relevan pada masa lalu, tetapi tetap berlaku hingga kini. Tantangan modern menuntut umat untuk melindungi kedaulatan digital, budaya, dan ekonomi agar bangsa tetap merdeka dan berdaulat.

Amalan Sunnah Harian Sesuai Dalil Dari Al-Qur’an dan Hadist

Kesadaran menjaga tanah air perlu lahir dari hati setiap individu. Perjuangan bisa dilakukan melalui pendidikan, penguasaan teknologi, serta sikap peduli terhadap lingkungan. Dengan persatuan, iman, dan ilmu pengetahuan, bangsa mampu bertahan dari segala bentuk penjajahan modern, sekaligus berdiri tegak di panggung dunia dengan martabatnya. (Hendri Hasyim)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement