Khazanah
Beranda » Berita » Sibuk Dengan Dunia Agar Kaya?

Sibuk Dengan Dunia Agar Kaya?

Sibuk dengan Dunia Agar Kaya?.

Sibuk dengan Dunia Agar Kaya?.

Dalam kehidupan modern, banyak orang berlomba-lomba mengejar harta, jabatan, dan kekuasaan. Seolah-olah, keberhasilan hidup hanya dapat diukur dengan berapa banyak kekayaan yang berhasil dikumpulkan. Namun, Islam memberikan perspektif yang jauh lebih mendalam.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata:

> “Bersemangatlah untuk membersihkan kalbu dari ketergantungan terhadap dunia kecuali apa yang bermanfaat bagimu di akhirat nanti. (Jangan) seperti keadaan orang yang bergantung kepada dunia agar dia menjadi orang yang kaya.”
(Tafsir Al-Qur’an 4/374)

Makna dari nasihat ini

Kekayaan bukanlah tujuan utama, melainkan sarana. Dunia hanyalah jalan, bukan tujuan akhir. Hati seorang mukmin seharusnya tidak bergantung kepada dunia, melainkan kepada Allah. Sebab, jika hati terpaut kepada dunia, ia akan terikat, terjebak dalam ambisi, dan tidak pernah merasa cukup.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Pelajaran Penting: Kebersihan hati lebih berharga daripada limpahan harta. Orang kaya sejati adalah yang hatinya bebas dari ketergantungan pada dunia.

Dunia hanya bermanfaat bila diarahkan untuk akhirat: Harta, jabatan, dan rezeki hanya bernilai jika dipakai untuk menolong agama Allah, berbuat baik kepada sesama, dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Bahaya mencintai dunia secara berlebihan

Rasulullah ﷺ mengingatkan, “Kecintaan kepada dunia adalah pangkal segala kesalahan.” (HR. Al-Baihaqi).

Maka, sibuklah dengan dunia sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup, bukan untuk memperbudak diri demi harta. Gunakan dunia sebagai kendaraan menuju ridha Allah.

Renungan: Apakah hari ini kita bekerja, belajar, atau berusaha hanya untuk menambah angka kekayaan? Ataukah kita meniatkannya untuk kebaikan, kemanfaatan, dan sebagai bekal menuju akhirat? Karena sesungguhnya, dunia akan pergi meninggalkan kita, sementara amal kebaikanlah yang akan tetap menemani di akhirat.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

 

 


 

MENJAGA KETENANGAN HATI DARI LISAN BURUK.

Sering kali hati kita menjadi gelisah bukan karena keadaan hidup yang berat, melainkan karena ucapan manusia yang pedas. Kata-kata bisa menjadi obat yang menenangkan, namun juga bisa menjadi racun yang melukai jiwa. Maka benar adanya pesan bijak: “Jauhilah orang-orang yang lisannya buruk, maka hidupmu akan tenang.”

Kita tidak bisa mengendalikan apa yang orang lain katakan, tetapi kita bisa mengendalikan siapa yang kita dengarkan. Lidah yang tajam mampu menembus hati lebih dalam daripada sebilah pedang. Kata yang kasar, hinaan, dan cibiran dapat membuat kita sedih, bahkan kehilangan semangat hidup. Namun, memilih untuk menjaga jarak dari orang-orang yang lisannya buruk adalah bentuk ikhtiar menjaga kesehatan hati dan pikiran.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Rasulullah ﷺ mengingatkan dalam sebuah hadits:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pesan ini bukan hanya perintah untuk memperbaiki lisan kita, tetapi juga peringatan agar kita berhati-hati terhadap ucapan orang lain. Bila kita terus membiarkan telinga mendengar ucapan yang buruk, maka lama-lama hati kita bisa keruh dan sakit.

Beberapa cara menjaga ketenangan hati dari lisan buruk orang lain:

1. Jangan terlalu mengambil hati. Biarkan perkataan buruk lewat tanpa singgah di hati.
2. Jaga jarak seperlunya. Bukan berarti membenci, tapi melindungi diri dari racun ucapan.
3. Fokus pada orang-orang yang menenangkan. Bersahabatlah dengan mereka yang lisannya lembut, karena ucapan baik adalah energi positif.
4. Balas dengan diam atau kebaikan. Sebagaimana firman Allah: “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fussilat: 34)

Hidup ini terlalu singkat untuk kita habiskan dengan hati yang luka karena ucapan manusia. Pilihlah lingkungan yang menenangkan, agar langkah kita ringan, pikiran jernih, dan hati senantiasa damai dalam ridha Allah. (Tengku)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement