Beranda » Berita » Mewaspadai Bahaya Kesombongan, Penyakit Hati yang Tersembunyi

Mewaspadai Bahaya Kesombongan, Penyakit Hati yang Tersembunyi

Keutamaan Doa Kebaikan untuk Saudara tanpa Sepengetahuan Mereka.

Setiap manusia rentan terhadap berbagai penyakit. Ada penyakit fisik yang terlihat jelas gejalanya. Namun, ada pula penyakit tersembunyi yang menyerang jiwa. Penyakit ini sering kali tidak disadari. Padahal, dampaknya jauh lebih merusak bagi kehidupan manusia. Salah satu penyakit hati paling berbahaya adalah kesombongan atau takabur.

Penyakit ini merayap tanpa suara, menusuk jiwa, dan perlahan menggerus keimanan. Ironisnya, sang penderita justru terlena dalam buaiannya, meyakini dirinya berada dalam kondisi sempurna. Ia mungkin ahli ibadah, berilmu, atau memiliki banyak kelebihan. Justru di sinilah letak bahaya kesombongan. Ia bersembunyi di balik amal dan prestasi, membuat penderitanya merasa lebih unggul dari orang lain.

Ulama besar Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari telah menyoroti bahaya ini. Dalam mahakaryanya, Al-Hikam, ia mengupas habis sumber segala kerusakan batin. Ia menunjuk rasa puas terhadap diri sendiri sebagai biang keladi dari setiap keburukan.

Akar dari Segala Dosa

Rasa puas dan bangga pada diri sendiri menjadi pintu masuk bagi kesombongan. Perasaan ini membuat seseorang buta terhadap kekurangannya. Ia hanya fokus pada kelebihannya. Justru di sinilah letak bahayanya, sebuah jebakan halus yang sering kali tidak disadari. Syekh Ibnu Athaillah menegaskan hal ini dalam sebuah nasihatnya yang mendalam.

“Asal dari setiap maksiat, kelalaian, dan syahwat adalah ridha terhadap diri sendiri. Dan asal dari setiap ketaatan, kewaspadaan, dan kehormatan diri adalah tidak adanya ridha dari dirimu sendiri terhadap dirimu.”

Fenomena Flexing Sedekah di Medsos: Antara Riya dan Syiar Dakwah

Kutipan ini menjelaskan sebuah konsep penting. Ketika seseorang merasa puas dengan dirinya, ia berhenti untuk memperbaiki diri. Ia merasa sudah cukup baik. Inilah awal dari kelalaian. Dari sana, pintu maksiat dan syahwat terbuka lebar. Sebaliknya, orang yang selalu merasa kurang dalam ketaatan akan terus waspada. Ia akan senantiasa berusaha menjadi lebih baik.

Ilmu yang Sia-sia karena Kesombongan

Bahaya kesombongan tidak memandang status. Ia bisa menjangkiti siapa saja, termasuk seorang yang alim atau berilmu. Tanpa kerendahan hati, seseorang bisa menjadikan ilmunya sebagai pemicu kesombongan. Pengetahuannya membuat orang berilmu menganggap dirinya lebih hebat. Akibatnya, ia akan meremehkan orang lain yang ia nilai bodoh.

Syekh Ibnu Athaillah memberikan perbandingan yang sangat tajam. Ia menyoroti betapa rusaknya ilmu jika disertai dengan rasa bangga diri. Ia bahkan menyatakan bahwa bergaul dengan orang yang tidak berilmu namun rendah hati jauh lebih baik.

“Menemani orang bodoh yang tidak ridha pada dirinya sendiri, itu lebih baik bagimu dari pada menemani orang alim yang ridha pada dirinya sendiri.”

Nasihat ini menampar kita dengan keras. Mengapa demikian? Karena orang awam yang menyadari kekurangannya akan selalu terbuka untuk belajar. Ia tidak sombong dan mudah menerima kebenaran. Jiwanya lebih sehat dan dekat dengan Tuhannya.

Meredam Polarisasi Bangsa Melalui Esensi Bab “Mendamaikan Manusia”

Sementara itu, seorang alim yang sombong telah menutup pintu hatinya. Ilmunya tidak lagi menjadi cahaya, melainkan bahan bakar untuk keangkuhannya. Pengetahuannya hanya membuatnya semakin jauh dari hakikat kebenaran.

Syekh Ibnu Athaillah kembali mempertajam analisisnya dengan sebuah pertanyaan retoris.

“Ilmu apakah yang dimiliki orang alim yang ridha pada dirinya sendiri? Dan kebodohan apakah yang dimiliki orang bodoh yang tidak ridha pada dirinya sendiri?”

Pertanyaan ini menyiratkan sebuah jawaban. Orang sombong sebenarnya mengubah ilmunya menjadi sebuah kebodohan spiritual. Sebaliknya, orang rendah hati justru menemukan ilmu sejati dari kesadarannya akan ‘kebodohan’ diri.

Cara Mengenali dan Menghindari Sifat Sombong

Kesombongan adalah penyakit yang halus. Kita perlu terus waspada terhadap gejalanya. Beberapa tanda seseorang mulai terjangkit penyakit ini antara lain:

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

  1. Sulit Menerima Kritik: Merasa dirinya selalu benar dan marah ketika dikoreksi.

  2. Meremehkan Orang Lain: Memandang orang lain lebih rendah dari dirinya, baik dari segi ilmu, ibadah, maupun harta.

  3. Senang Dipuji: Hatinya berbunga-bunga saat menerima pujian dan merasa tidak nyaman jika tidak mendapat pengakuan.

  4. Menolak Kebenaran: Enggan menerima kebenaran jika datang dari orang yang dianggapnya lebih rendah.

Untuk menghindari bahaya kesombongan, kita harus melatih kerendahan hati (tawadhu). Ingatlah selalu bahwa semua ilmu, kekuatan, dan kelebihan yang kita miliki adalah anugerah dari Allah SWT. Tanpa pertolongan-Nya, kita bukanlah siapa-siapa.

Kesadaran mendalam inilah yang seharusnya mendorong kita untuk senantiasa waspada. Mari kita terus bercermin dan mengintrospeksi diri. Jangan biarkan penyakit hati yang tersembunyi ini merusak amal dan kehidupan kita. Sikap rendah hati adalah kunci untuk menjaga jiwa tetap sehat dan dekat dengan Sang Pencipta.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement