Hawa nafsu atau syahwat adalah musuh tersembunyi. Ia bersemayam di dalam diri setiap manusia. Kekuatannya mampu meruntuhkan benteng keimanan yang kokoh. Jabatan tinggi dan status sosial tidak menjamin seseorang selamat. Sejarah mencatat banyak orang terhormat jatuh karena syahwat. Mereka rela menukar kemuliaan dengan kenikmatan sesaat. Pada akhirnya, mereka menjadi budak dari keinginan mereka sendiri.
Kisah agung dari seorang sahabat Nabi dapat menjadi pelajaran berharga. Beliau adalah Abdullah bin Umar. Putra dari Khalifah Umar bin Khattab ini terkenal sangat saleh. Namun, kesalehan tidak membuatnya luput dari ujian dan godaan. Sebuah riwayat dari Nafi’, muridnya, melukiskan keteguhan iman Abdullah bin Umar. Kisah ini menunjukkan betapa dahsyatnya bahaya syahwat.
Godaan di Depan Mata
Suatu hari, Nafi’ menceritakan sebuah peristiwa penting. Abdullah bin Umar mendapatkan bagian harta rampasan perang. Di antara bagian itu, terdapat seorang budak wanita yang sangat cantik. Kecantikannya begitu memukau siapa pun yang melihatnya. Nafi’ berkata, “Wajahnya amat cantik.”
Abdullah bin Umar, sebagai manusia biasa, juga terpesona. Beliau mengagumi ciptaan Allah yang begitu indah pada budak tersebut. Rasa kagum itu membuatnya mendekat. Beliau meletakkan tangannya di tubuh budak itu sebagai tanda kepemilikan. Saat itu, gejolak dalam dirinya pasti sangat besar. Godaan untuk menjadikan budak itu sebagai pemuas nafsu hadir begitu nyata.
Namun, di puncak kekagumannya, Abdullah bin Umar teringat pada Allah SWT. Beliau segera menarik diri dari jerat syahwat. Lisannya kemudian membaca sebuah firman Allah yang agung.
Kutipan ayat Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 14:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Ayat ini menyadarkan beliau seketika. Semua keindahan dunia hanyalah kesenangan sementara. Wanita, harta, dan anak adalah ujian kecintaan. Tempat kembali terbaik sesungguhnya ada di sisi Allah.
Kemenangan Atas Hawa Nafsu
Setelah membaca ayat tersebut, Abdullah bin Umar mengambil keputusan luar biasa. Keputusan itu menunjukkan ketinggian imannya. Beliau menatap Nafi’ dan mengucapkan kalimat yang menggetarkan.
Kutipan perkataan Abdullah bin Umar kepada Nafi’:
“Wahai Nafi’, sungguh aku sangat mengaguminya. Akan tetapi, demi Allah aku tidak akan mengutamakan syahwatku untuk mengalahkan rasa maluku kepada Allah. Pergilah engkau, dia merdeka karena Allah SWT. Aku menikahkannya denganmu.”
Abdullah bin Umar tidak hanya menahan nafsunya. Beliau memerdekakan sesuatu yang sangat ia cintai. Beliau melepaskan budak itu karena Allah. Tidak berhenti di situ, beliau bahkan menikahkannya dengan Nafi’. Tindakan ini adalah bukti nyata pengorbanan. Beliau mengalahkan ego dan syahwat demi meraih ridha Tuhannya.
Pelajaran untuk Para Pejabat dan Kita Semua
Kisah ini memberikan cermin bagi kehidupan modern. Bahaya syahwat tidak lekang oleh waktu. Godaannya kini menjelma dalam berbagai bentuk. Bagi seorang pejabat atau pemimpin, godaan itu sering disebut tiga “Ta”: Harta, Takhta, dan Wanita.
Banyak pejabat yang awalnya amanah menjadi korup karena syahwat harta. Mereka menumpuk kekayaan dengan cara yang haram. Ada pula yang terbuai syahwat takhta. Mereka menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kekuasaan. Dan tidak sedikit yang hancur karena syahwat wanita. Reputasi dan keluarga mereka berantakan akibat hubungan terlarang.
Syahwat mengubah orang terpandang menjadi hina. Ia menjadikan seorang pemimpin sebagai budak keinginannya. Mereka lupa bahwa jabatan adalah amanah dari Allah. Mereka lupa akan ada hari pertanggungjawaban.
Abdullah bin Umar mengajarkan kita benteng pertahanan terkuat. Benteng itu adalah iman dan rasa takut kepada Allah. Ketika godaan datang, ingatlah bahwa kenikmatan dunia ini fana. Jangan sampai kita menukar surga yang abadi dengan kesenangan sesaat. Mengendalikan syahwat adalah jihad terbesar. Kemenangannya adalah kemerdekaan jiwa sejati.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.