SURAU.CO – Jalan dakwah pasti menemui rintangan. Sejak awal, Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya menghadapi berbagai bentuk perlawanan. Salah satu senjata utama yang kaum Quraisy gunakan adalah perang urat saraf. Mereka secara sistematis melancarkan cemoohan, hinaan, dan tuduhan palsu. Tujuannya sangat jelas, yaitu merusak reputasi Nabi ﷺ dan menghentikan penyebaran Islam. Akan tetapi, cara beliau menghadapi serangan verbal ini justru menjadi teladan agung bagi seluruh umatnya.
Perang Urat Saraf Sebagai Senjata Utama
Para pembesar Quraisy berada dalam posisi yang serba salah. Di satu sisi, mereka tidak mampu menandingi keindahan logika Al-Qur’an. Di sisi lain, mereka juga tidak bisa mencela akhlak Muhammad ﷺ, yang telah mereka kenal sebagai Al-Amin (Yang Terpercaya). Oleh karena itu, karena tidak bisa menyerang pesan yang dibawa, mereka memilih untuk menyerang pribadi pembawa pesan itu sendiri.
Metode ini mereka anggap sangat strategis. Pertama, tuduhan palsu dapat menciptakan keraguan di benak masyarakat. Selanjutnya, ejekan yang terus-menerus diharapkan dapat melemahkan mental Nabi ﷺ dan para sahabatnya. Selain itu, mereka juga ingin mengisolasi kaum Muslimin secara sosial agar tidak ada lagi orang yang berani bergabung.
Ragam Tuduhan Keji yang Terus Dilontarkan
Kaum musyrikin Quraisy melontarkan berbagai julukan dan tuduhan yang sangat keji. Setiap tuduhan mereka rancang untuk menyerang aspek kenabian yang berbeda.
- Tuduhan Gila (Majnun)
Mereka menuduh ajaran tauhid sebagai omongan orang yang tidak waras. Dengan tuduhan ini, mereka berharap masyarakat tidak akan menganggap serius seruan dakwah. - Tuduhan Penyihir (Sahir)
Al-Qur’an memiliki daya pikat yang luar biasa. Karena tidak bisa menjelaskan fenomena ini, mereka menuduh Nabi ﷺ menggunakan sihir untuk memikat para pengikutnya. - Tuduhan Penyair (Sya’ir)
Gaya bahasa Al-Qur’an sangat indah dan puitis. Untuk merendahkan statusnya dari wahyu ilahi, mereka menyebutnya sekadar syair dan menuduh Nabi ﷺ hanya seorang penyair. - Tuduhan Pendusta (Kadzdzab)
Ini adalah serangan paling fatal terhadap integritas beliau. Mereka menuduh semua ajaran beliau adalah kebohongan, padahal mereka sendiri mengakui kejujurannya.
Sikap Kenabian: Sabar dan Fokus pada Tujuan
Menghadapi rentetan hinaan ini, Rasulullah ﷺ menunjukkan sikap yang sangat mulia. Beliau tidak pernah membalas cemoohan dengan cemoohan serupa. Respon agung beliau dapat kita rangkum dalam beberapa poin kunci.
Pertama, beliau menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Kesabaran ini bukanlah tanda kelemahan, melainkan cerminan dari kekuatan jiwa yang sangat besar. Beliau yakin bahwa kebenaran pada akhirnya pasti akan menang.
Kedua, beliau tetap fokus pada misi dakwah. Nabi ﷺ memahami bahwa semua cemoohan itu hanyalah gangguan. Oleh karena itu, beliau tidak membuang energi untuk meladeni para pencela. Beliau terus menyampaikan risalah Allah kepada siapa pun yang mau membuka hati.
Ketiga, beliau menyerahkan semua urusan kepada Allah. Di tengah tekanan yang sangat berat, beliau mencari kekuatan melalui doa. Allah pun senantiasa menurunkan ayat-ayat-Nya untuk menghibur dan menguatkan hati beliau, seperti dalam firman-Nya:
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” (QS. Al-Muzzammil: 10)
Hikmah Besar di Balik Ujian
Setiap peristiwa dalam sirah Nabi tentu mengandung hikmah yang mendalam. Ujian berupa cemoohan ini menyaring siapa saja yang imannya benar-benar tulus. Hanya mereka yang mencari kebenaran sejati yang akan bertahan. Di samping itu, sikap Nabi ﷺ menjadi contoh nyata bagi kita. Beliau mengajarkan bahwa cara terbaik menghadapi kebencian adalah dengan kesabaran dan akhlak mulia.
Pada akhirnya, sejarah membuktikan bahwa metode kaum Quraisy gagal total. Hinaan mereka lenyap ditelan zaman. Sementara itu, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ terus bersinar terang, menerangi hati miliaran manusia di seluruh dunia hingga saat ini.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
