SURAU.CO. Menjelang Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-80, kita diajak merenungkan kembali tentang makna jihad. Dalam sejarah Islam, jihad sering dikaitkan dengan pertempuran fisik—pertaruhan nyawa dan darah demi tegaknya agama. Begitu pula dalam sejarah bangsa, para pejuang kemerdekaan Indonesia mengangkat senjata, menghadapi penjajahan, dan mempertaruhkan hidup mereka demi merah putih berkibar. Kemerdekaan yang kita nikmati hari ini lahir dari keberanian, doa, dan pengorbanan yang tak ternilai.
Namun, jihad bukan sekadar kisah masa lalu yang berlumur darah dan air mata. Di baliknya tersimpan pesan universal: kemerdekaan adalah amanah, dan amanah selalu menuntut perjuangan. Hari ini, kita memang tak lagi berhadapan dengan meriam dan peluru, tetapi dengan tantangan zaman yang tak kalah berat—arus globalisasi, disrupsi teknologi, hingga gelombang informasi yang bisa melunturkan nilai kebangsaan dan iman. Maka, jihad di era digital menjadi panggilan untuk menjaga diri, menjaga bangsa, sekaligus menjaga kemerdekaan dengan cara yang relevan di masa kini.
Pergeseran Medan Jihad: Dari Padang Pasir ke Layar Gawai
Namun, bentuk jihad terus berubah mengikuti zaman. Kini, umat Islam menghadapi tantangan di era digital, ketika pertempuran bergeser ke ruang maya. Kita tidak lagi mengangkat senjata di medan perang, melainkan berhadapan dengan ide, opini, dan arus informasi yang bertebaran di media sosial.
Pertarungan itu terjadi dalam narasi, dalam cara orang memengaruhi, bahkan dalam upaya mempertahankan kebenaran di tengah derasnya kabar bohong dan ujaran kebencian. Di sinilah jihad menemukan wajah baru: bukan lagi pertarungan fisik, tetapi perjuangan intelektual, moral, dan spiritual.
Media sosial, pada kenyataannya, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup kita. Coba kita tanyakan pada diri sendiri, berapa kali dalam sehari kita membuka ponsel, menggulir layar, atau menulis komentar? Di sana, kita bercermin dan sekaligus ditantang untuk memilih: apakah ruang maya ini akan menjadi ladang pahala atau justru ladang dosa? Setiap kata yang kita tulis, setiap gambar yang kita bagikan, setiap komentar yang kita tinggalkan—semua menjadi bagian dari jejak digital yang bisa mengangkat martabat atau merendahkan harga diri kita sebagai pribadi beriman sekaligus warga bangsa.
Media Sosial: Ladang Dakwah dan Jihad
Media sosial bisa menjadi medan dakwah dan jihad. Jihad di media sosial tidak harus selalu berdakwah secara terbuka. Ini bisa dimulai dari menjaga adab berkomentar, hindari menyebarkan hoaks, jangan membagikan sesuatu tanpa verifikasi dan tabayun, menahan diri dari menyebarkan keburukan. Jihad pun juga bisa berupa konten positif yang membangun. Doa-doa yang diunggah juga bisa menjadi jihad, Bahkan, diam dari debat kusir juga bagian dari jihad.
Allah SWT memberi peringatan dalam QS. Qaf: 18.
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
Rasulullah SAW juga bersabda dalam HR. Muslim. “Barangsiapa menunjukkan kebaikan, ia akan mendapat pahala.”
Kedua dalil ini mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam menyampaikan pesan kebaikan dan juga harus menghindari menyakiti orang lain.
Konten dan Akhlak: Senjata Utama di Era Digital
Bayangkan, satu unggahan bisa menginspirasi perubahan. Ini adalah bentuk jihad di era digital. Jihad lewat konten dan akhlak digital. Sebaliknya, satu unggahan bisa memicu perpecahan. Hal ini bisa menimbulkan permusuhan, atau fitnah. Na’udzubillah min dzalik, semua itu akan kembali pada kita.
Mari niatkan aktivitas digital kita sebagai ibadah dan hari ini, jihad terbesar kita ada di balik layar. Kita harus melawan hawa nafsu, menjaga lisan dan harus memilih konten yang bermanfaat. Jadikan media sosial sebagai wasilah dakwah, dan jangan biarkan ia menjadi sumber perpecahan.
Jadikan jempol sebagai pejuang kebaikan. Gunakan ponsel sebagai alat dakwah. Jadikan setiap unggahan sebagai saksi jihad kita. Jihad hari ini tidak selalu dengan darah. Kita membutuhkan keberanian untuk terus menjaga diri dari dosa digital dan pada akhirnya kita harus mampu menyebarkan cahaya di dunia maya. Wallahu a’lam.(kareenustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
