Para pengemar musik wajah mereka berubah.
Banyak sekali menjelaskan sengsara bagi yang menantang larangan Allah salah satunya bagi para penggemar musik, dari secara psikis berubah mereka menjadi monyet dan membawa petaka yang berat lagi. Cukup Banyak orang sekarang menikmati hobi mendengarkan musik, bahkan di acara walimah, musik sering memeriahkan pernikahan. Banyak perceraian terjadi pada pernikahan menghadirkan para pemilik.
Kisah umat-umat terdahulu yang diazab Allah karena membangkang. Dalam Al-Qur’an ada penjelasan tentang kaum Bani Israil yang melanggar perintah Allah, hingga wajah mereka diubah menjadi kera yang hina sebagai bentuk hukuman. Wajah Mereka Berubah Menjadi Monyet, Al-Qur’an menyimpan banyak pelajaran tentang umat-umat terdahulu. Salah satunya adalah peristiwa mengerikan ketika sekelompok manusia berubah wajah menjadi kera sebagai bentuk azab dari Allah ﷻ.
Kisah dalam Al-Qur’an
Allah ﷻ berfirman:
فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
“Maka ketika mereka bersikeras melakukan apa yang dilarang, Kami katakan kepada mereka: Jadilah kamu kera yang hina.”
(QS. Al-A’raf: 166)
Ayat ini menjelaskan hukuman bagi sekelompok Bani Israil yang melanggar larangan Allah dengan menangkap ikan pada hari Sabtu. Padahal Allah telah mengharamkan mereka berbuat demikian. Karena keras kepala, hati mereka menjadi keras, lalu Allah timpakan hukuman yang pedih: wajah mereka diubah menjadi kera.
Bukan Sekadar Perubahan Fisik: Perubahan itu bukan hanya fisik semata, tapi juga simbol kehinaan. Dari manusia yang dimuliakan, mereka diturunkan martabatnya menjadi makhluk yang hina karena durhaka. Ini adalah pelajaran agar manusia tidak merendahkan perintah Allah, sekecil apa pun larangannya.
Azab dan Peringatan
Allah menurunkan kisah ini sebagai peringatan keras: siapa pun yang meremehkan perintah-Nya, menentang syariat-Nya, dan bermain-main dengan hukum-Nya, maka Allah mampu menimpakan azab di luar dugaan.
Rasulullah ﷺ juga memperingatkan bahwa di akhir zaman, akan ada manusia yang hatinya terbuai dengan dosa:
“Akan ada dari umatku orang-orang yang menghalalkan zina, sutra, khamr, dan alat musik. Dan sungguh, akan ada sebagian mereka yang diubah menjadi kera dan babi.” (HR. Ibnu Majah, al-Bukhari dalam ta’liqnya)
Hadits ini menegaskan bahwa azab serupa bisa terjadi, meski dalam bentuk yang Allah kehendaki, kepada manusia yang terus menerus melanggar syariat-Nya.
Pelajaran bagi Kita
1. Jangan remehkan dosa kecil. Karena dosa kecil yang dilakukan terus-menerus bisa menjadi sebab murka Allah.
2. Jangan mempermainkan agama. Mereka yang berakal harus tunduk, bukan mencari-cari celah untuk mengakali hukum Allah.
3. Taubat sebelum terlambat. Allah Maha Pengampun bagi siapa pun yang kembali kepada-Nya, namun bagi yang membangkang, azab bisa datang seketika.
Penutup: Wajah yang berubah menjadi monyet adalah tanda murka Allah yang sangat keras. Itu adalah aib di dunia, sekaligus peringatan bagi generasi setelahnya.
Maka marilah kita menjaga diri agar tidak menjadi manusia yang berwajah indah tapi berhati kera. Jangan sampai Allah mencabut kemuliaan manusia dari diri kita karena dosa dan maksiat.
“Ya Allah, jadikanlah wajah kami bercahaya dengan iman di dunia, dan jangan Engkau hinakan kami dengan murka-Mu di dunia maupun akhirat.”
Cahaya Dhuha.
Kita menyambut cahaya pagi yang lembut, mendengarkan hembusan angin, menyaksikan para hamba Allah bersujud, dan menyaksikan tetesan air jatuh sebagai tanda harapan akan ampunan Allah.
Kita melantunkan zikir dan menembuskan doa ke langit, berharap ijabah dari Allah, dengan harapan indah akan ampunan-Nya, menjadikan munajat kepada Allah begitu indah. Cahaya Dhuha: Bersyukur untuk Nikmat yang Ada benar-benar meneguhkan bahwa rasa syukur adalah kunci kebahagiaan seorang mukmin.
Kalimat-kalimat yang mengalir lembut, menyentuh realita banyak orang: ada yang menunggu pagi untuk bekerja, ada yang menunggu pagi untuk operasi, ada yang menunggu pagi dengan penuh derita karena peperangan, banjir, kemiskinan, atau kehilangan. Pengalaman ini membuka mata kita untuk melihat bahwa nikmat kecil yang kita miliki sangat berharga dibandingkan dengan derita yang dirasakan banyak orang lain.
Hadits Rasulullah ﷺ yang juga menjadi penekanan yang sempurna: rasa aman, kesehatan, dan rezeki cukup untuk hari itu sudah setara dengan memiliki dunia seisinya. Artinya, siapa yang masih bisa menghirup udara dengan tenang, makan secukupnya, dan tubuhnya sehat, tidak pantas lagi hatinya penuh keluh kesah.
Bukan sekadar nasihat, tapi doa agar kita semua terjaga dari sifat kufur nikmat, dan selalu termasuk golongan yang pandai bersyukur.
Sungguh, syukur adalah cahaya hati. Barangsiapa yang bersyukur, Allah akan tambahkan nikmat-Nya. Barangsiapa kufur, maka ia hanya akan tenggelam dalam kesempitan hidup. (Tengku Iskandar, M.Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
