SURAU.CO — Ada satu kisah sederhana namun menyentuh hati dalam kitab Akhlaq lil Banat. Umar bin Ahmad Baraja menuliskan kisah tentang anak-anak perempuan yang menunjukkan kasih sayang kepada ibunya yang sedang sakit. Bukan kisah heroik besar, tetapi justru hal-hal kecil penuh cinta yang membuat sang ibu merasa lebih baik. Kisah ini sangat relevan bagi kita hari ini, ketika sering kali lupa bahwa bakti sederhana kepada orang tua adalah sumber kebahagiaan yang mendalam.
Umar bin Ahmad Baraja, ulama Hijaz abad ke-20, dikenal sebagai pengajar budi pekerti yang karyanya banyak dipelajari di pesantren dan madrasah Nusantara. Akhlaq lil Banat disusun sebagai pedoman akhlak khusus bagi anak perempuan: bagaimana bersikap kepada orang tua, guru, teman, hingga masyarakat. Dalam khazanah Islam, kitab ini menempati posisi penting karena menekankan pendidikan moral perempuan, sesuatu yang jarang ditulis secara spesifik oleh ulama klasik.
1. Bermain dengan Tenang demi Menghormati Ibu
Dalam kisah itu, Shofiyah berkata kepada kedua saudarinya:
“اليومَ نلعَبُ بهدوءٍ وسلامٍ أكثر من عادتِنا لأنَّ أُمَّنا مريضة.”
“Hari ini kita akan bermain dengan lebih tenang dan damai dibanding biasanya, karena ibu kita sedang sakit.”
Mereka pun bermain di halaman rumah dengan suara pelan. Ketika ayah mereka pulang dari toko, beliau merasa bahagia melihat anak-anaknya menjaga suasana. Betapa indah teladan ini. Anak-anak perempuan diajarkan untuk peka terhadap keadaan orang tua, tidak hanya memikirkan kesenangan pribadi. Di zaman sekarang, sering kali rumah riuh dengan televisi, gawai, atau musik keras, tanpa mempertimbangkan kondisi orang tua. Kisah ini memberi pesan sederhana cinta kepada ibu diwujudkan dengan sikap penuh pengertian.
2. Kepedulian yang Nyata Membelikan Obat untuk Ibu
Sementara itu, Saniyyah, salah satu dari mereka, pergi ke apotek untuk membeli obat. Setelah kembali, ia berkata kepada ibunya:
“تفضَّلي يا أُمِّي، اشربي هذا الدواء لِيَذْهَبَ عنكِ الألمُ سريعًا.”
“Silakan wahai ibuku, minumlah obat ini agar rasa sakitmu cepat hilang.”
Ini adalah bentuk kasih sayang yang konkret. Ia tidak hanya merasa iba, tetapi mengambil langkah nyata, berusaha meringankan sakit ibunya. Dari sini, kita belajar bahwa cinta sejati kepada orang tua tidak berhenti pada kata-kata, tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata. Anak-anak yang penuh perhatian akan berusaha mencari cara, sekecil apapun, untuk meringankan beban orang tuanya.
3. Senyum Ibu Obat yang Paling Mujarab
Ketika sang ibu menerima obat dari anaknya, ia duduk di kasur dan berkata:
“إنَّ مُعامَلَتَكُنَّ الحسنةَ المملوءةَ بالمحبَّةِ والصدقِ لي دواءٌ من خيرِ الأدوية. فلذلك -إن شاءَ الله- سأصحُّ قريبًا.”
“Sesungguhnya perlakuan kalian yang baik, penuh dengan cinta dan kejujuran kepada ibumu, adalah salah satu obat terbaik bagiku. Oleh karena itu, insya Allah, ibu akan sehat dalam waktu dekat.”
Inilah puncak hikmah dari kisah tersebut. Kasih sayang anak bukan hanya membuat hati ibu bahagia, tetapi juga menjadi kekuatan penyembuh. Dalam bahasa modern, kita bisa menyebutnya healing power of love. Betapa sering seorang ibu merasa ringan sakitnya hanya karena melihat anak-anaknya berakhlak baik.
Obat Terbaik adalah Kasih Sayang
Kisah sederhana ini menyimpan pelajaran mendalam: cinta seorang anak perempuan kepada ibunya adalah obat terbaik. Tidak selalu harus dengan hadiah besar atau perawatan mahal. Kadang cukup dengan suara yang lembut, sikap penuh hormat, atau perhatian kecil seperti membawakan segelas air atau obat.
Mari kita renungkan: sudahkah kita hari ini membuat ibu kita tersenyum? Sudahkah kita menjaga sikap agar tidak menyakitinya, terutama saat beliau sakit?
اللَّهُمَّ اجعلنا من البارين بأمهاتنا، وارزقنا حُسنَ صحبتِهنَّ في الدنيا والآخرة. آمين.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
