Haji dan Umroh Ibadah
Beranda » Berita » Lebih Utama Membantu Anak Yatim dan Fakir Miskin Ketimbang Haji Berkali-kali

Lebih Utama Membantu Anak Yatim dan Fakir Miskin Ketimbang Haji Berkali-kali

Lebih Utama Membantu Anak Yatim dan Fakir Miskin Ketimbang Haji Berkali-kali
Ilustrasi Menyantuni Anak Yatim. Sumber: Pinterest.

SURAU.CO – Haji menjadi salah satu rukun Islam yang wajib setiap muslim laksanakan ketika mampu, baik secara fisik maupun finansial. Namun, kewajiban ini hanya berlaku sekali seumur hidup. Setelah itu, seseorang hanya menjalankan haji sebagai ibadah sunnah yang tidak mengikat secara hukum. Oleh karena itu, ketika seseorang memiliki kemampuan untuk berangkat haji berkali-kali, Islam memberi ruang untuk mempertimbangkan prioritas lain yang justru memberi manfaat lebih besar bagi umat.

Salah satu pilihan bijak adalah mengalihkan biaya haji tambahan untuk membantu pendidikan anak yatim dan fakir miskin. Pilihan ini bukan berarti kita mengabaikan kewajiban agama, namun justru mengamalkan ajaran Islam dengan cara yang lebih luas dan berdampak nyata.

Fakta yang Menggugah Nurani

Data terbaru dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menunjukkan angka putus sekolah di Indonesia naik dari 75.876 siswa (2021/2022) menjadi 76.834 siswa (2022/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa 76% penyebab putus sekolah berasal dari faktor ekonomi.

Kondisi ini sungguh memprihatinkan. Pendidikan menjadi hak asasi setiap manusia dan salah satu kunci kemajuan bangsa. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak anak harus mengubur mimpi sekolah karena ketiadaan biaya. Kita sering melihat bocah kecil mengais rongsokan demi membeli seragam sekolah atau seorang ibu memulung untuk membayar uang sekolah anaknya.

Media memang tidak mengangkat semua kisah itu, tetapi kita tahu di balik data dan angka tersebut ada air mata, harapan, dan cita-cita yang sedang diperjuangkan.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Memang benar, negara mempunyai tanggung jawab menyediakan pendidikan bagi warganya. Namun, masyarakat juga perlu ikut serta mengatasi masalah sosial seperti putus sekolah. Orang yang memiliki kelebihan harta, khususnya mereka yang mampu berhaji berkali-kali, bisa memilih menanggalkan niat tersebut dan mengalihkan biaya hajinya untuk pendidikan anak yatim atau fakir miskin. Dampaknya akan luar biasa.

Biaya haji reguler yang mencapai sekitar 93 juta rupiah dapat membiayai sekolah puluhan anak, termasuk seragam, buku, dan perlengkapan lainnya.

Mengubah Pola Pikir Ibadah yang Lebih Luas

Menganggap berhaji berkali-kali lebih mulia daripada mendermakan harta untuk anak yatim menunjukkan kesalahan pandangan. Imam al-Ghazali bahkan menilai hal itu sebagai “tipu daya orang berharta” — sebuah ilusi bahwa ibadah ritual yang berulang lebih utama, padahal kebutuhan mendesak dapat terselesaikan dengan bantuan nyata.

Dalam perspektif Maqashid al-Syari’ah, tujuan-tujuan luhur syariat Islam tetap terjaga ketika kita mempertahankan haji sunnah untuk membantu pendidikan. Kita tetap menjaga agama (hifz al-din) karena banyak umat lain yang melaksanakan haji. Terlebih lagi, kita memberi kesempatan bagi orang yang belum berhaji untuk memenuhi kewajibannya.

Lebih dari itu, membantu pendidikan anak yatim dan fakir miskin juga menjaga akal (hifz al-‘aql). AM Najjar dalam Maqashid al-Shari’ah bi-Ab’ad Jadidah (2006) menegaskan bahwa salah satu bentuk menjaga akal adalah memastikan seseorang memperoleh ilmu pengetahuan dasar. Pendidikan formal di sekolah menjadi salah satu sarana utama untuk mencapainya.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Dengan demikian, keputusan sederhana untuk mengalihkan biaya haji sunnah demi pendidikan mampu memenuhi dua unsur primer (daruriyyat) dalam maqashid: menjaga agama dan menjaga akal.

Amal Jariyah yang Tak Pernah Putus

Ketika kita mengalihkan biaya haji tambahan untuk membiayai sekolah anak yatim dan fakir miskin, manfaatnya akan terus mengalir. Ilmu yang mereka dapatkan akan mereka gunakan sepanjang hidup, lalu mereka buka lagi untuk generasi berikutnya. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR.Muslim)

Membantu pendidikan berarti kita melakukan sedekah jariyah sekaligus memberikan ilmu yang bermanfaat.

Kerinduan untuk berhaji memang mulia. Namun, kita bisa meraih kemuliaan yang lebih besar ketika mampu menahan diri demi membantu sesama. Allah menilai ibadah bukan hanya dari jumlahnya, tetapi juga dari manfaatnya bagi kehidupan dan kemanusiaan.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Di hadapan Allah, membiayai sekolah anak yatim hingga mereka lulus bisa bernilai lebih tinggi dari haji berkali-kali yang hanya menambah daftar perjalanan ibadah pribadi. Di situlah wujud nyata ajaran Islam: mengutamakan kemaslahatan, meringankan beban, dan membangun masa depan umat.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement