Pendidikan
Beranda » Berita » Sekelumit Akhlak dan Nasihat-Nasihat Nabi Muhammad Saw dalam Akhlaq lil Banat Juz 1 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Sekelumit Akhlak dan Nasihat-Nasihat Nabi Muhammad Saw dalam Akhlaq lil Banat Juz 1 Karya Umar Baraja (Pelajaran Klasik untuk Hari Ini)

Nabi Muhammad
Seorang gadis Muslim remaja yang menulis jurnal tentang nilai-nilai akhlak di bawah pohon di halaman sekolah.

SURAU.CO — Setiap kali kita mendekat pada sirah Nabi Muhammad ﷺ, hati terasa pulang. Sebab, beliau tidak hanya mengajarkan ibadah; beliau juga memperbaiki cara bergaul, cara berbicara, cara makan, hingga cara mengelola waktu. Karena itu, Akhlaq lil Banat Juz 1 menampilkan mozaik akhlak Nabi yang konkret dan hangat—pas untuk generasi yang hidup di era serba cepat namun rindu tuntunan yang pelan-pelan menenangkan.

Umar bin Ahmad Baraja, ulama abad ke-20, menulis Akhlaq lil Banat untuk mendidik siswi madrasah dan santri putri. Ia menata nasihat yang sederhana, tetapi tajam dan praktis. Kitab ini menempati posisi penting dalam khazanah pendidikan Islam karena memadukan adab, akhlak, dan teladan Nabi menjadi panduan karakter yang mudah diamalkan di rumah, di sekolah, dan di tengah masyarakat.

1) Memuliakan Sahabat, Tetangga, dan Keluarga

Nabi ﷺ memperbaiki interaksi dengan para sahabat: beliau tersenyum, menengahi saat ada perselisihan, memulai salam, dan berjabat tangan. Bahkan, beliau mendahulukan kepentingan mereka. Tidak heran, para sahabat mencintainya lebih dari diri dan anak-anak mereka. Terkait tetangga, Nabi bersabda:

“إِذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ”
“Jika engkau memasak kuah, perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu.”

Selain itu, beliau memuliakan tamu:

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

“مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ”
“Siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.”

Kemudian, beliau menguatkan silaturahmi:

“مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ”
“Siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.”

Di zaman kini, kita bisa memulai salam lebih dahulu, menahan ego saat konflik keluarga, dan menaruh porsi tambahan di panci untuk tetangga. Sederhana, namun sangat menghangatkan suasana kampung dan grup keluarga.

2) Menepati Janji, Menyempurnakan Pekerjaan, dan Menjaga Kebersihan

Rasulullah ﷺ mengenang janji persahabatan setelah wafatnya Sayyidah Khadijah RA: ketika menyembelih domba, beliau membagikan dagingnya kepada kerabat Khadijah. Spiritnya terang:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

“الْوَفَاءُ بِالْعَهْدِ مِنَ الإِيمَانِ”
“Menepati janji termasuk bagian dari iman.”

Beliau juga menuntun kita untuk menuntaskan pekerjaan dengan sebaik-baiknya:

“إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ”
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan ihsan (kebaikan yang optimal) pada setiap perkara.”

Terkait kebersihan, beliau tidak hanya merapikan makanan, pakaian, dan rumah; beliau juga mengarahkan pada prinsip bersuci yang kuat:

“الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ”
“Bersuci adalah separuh dari iman.”

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Karena itu, mari kita rapikan meja kerja sebelum tidur, akhiri tugas hingga tuntas, dan jaga kebersihan dapur. Selain menyehatkan, tindakan kecil ini menumbuhkan rasa syukur sekaligus disiplin batin.

3) Sederhana dalam Makan, Hemat Bicara, dan Cermat Mengelola Waktu

Saat berjalan, Nabi ﷺ menatap jelas ke tujuan; beliau tidak menoleh ke kanan-kiri tanpa kebutuhan. Ketika makan, beliau tidak berlebihan. Sabdanya mengingatkan:

“إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ شِبَعًا فِي الدُّنْيَا أَطْوَلُهُمْ جُوعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ”
“Orang yang paling banyak kenyangnya di dunia akan paling lama merasakan lapar pada hari kiamat.”

Dalam berbicara, beliau ringkas dan tepat. Hikmah ini menegaskan:

“مَنْ صَمَتَ نَجَا”
“Siapa yang berdiam, ia selamat.”

Selanjutnya, beliau mendidik kita agar peka terhadap waktu:

“اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَشَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ”
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, luangmu sebelum sibukmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum fakirmu.”

Maka, batasi porsi makan, pilih kata-kata yang perlu, dan blok waktu untuk ibadah serta belajar. Dengan begitu, hidup terasa ringan, terarah, dan lebih berkah.

Hikmah untuk Zaman Kini

Kita sering melihat tetangga yang saling berbagi lauk, teman yang datang jauh-jauh hanya untuk menyambung silaturahmi, dan ibu-ibu yang menutup obrolan dengan “maaf kalau ada salah kata.” Sesungguhnya, mereka sedang menyalakan pelita kecil dari teladan Nabi ﷺ. Oleh karena itu, mari kita mulai dari yang paling dekat: menyapa lebih dulu, menepati janji kecil, merapikan kamar, mengurangi suapan terakhir, dan menyisihkan waktu untuk zikir.

Pada akhirnya, akhlak Nabi tidak menuntut kita menjadi sosok besar seketika; akhlak itu hanya meminta kita melakukan kebaikan yang konsisten. Semoga Allah memudahkan langkah kita meneladani beliau, lahir dan batin.

اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا الاقْتِدَاءَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ ﷺ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا، وَاجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الإِحْسَانِ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَوْقَاتِنَا وَأَعْمَالِنَا. آمِين.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement