Ibadah
Beranda » Berita » Keutamaan Bekerja Menurut Islam

Keutamaan Bekerja Menurut Islam

Keutamaan Bekerja Menurut Islam
Ilustrasi Bekerja di Sawah. Sumber: Meta AI

SURAU.CO – Bekerja menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak awal penciptaan, Allah menugaskan manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk memakmurkan, menjaga, dan mengelola segala sumber daya. Dalam pandangan Islam, seorang muslim tidak memandang pekerjaan sekedar sebagai aktivitas mencari nafkah. Ia menempatkan pekerjaan sebagai ibadah yang bernilai spiritual tinggi. Selain itu, bekerja membantu menjaga kehormatan diri sekaligus membuka peluang untuk membantu sesama.

Bekerja sebagai Bentuk Ibadah

Islam memandang setiap amal yang lahir dari niat benar sebagai ibadah. Artinya, seorang muslim yang bekerja untuk mencari nafkah yang halal, memenuhi kebutuhan keluarga, dan memberi manfaat kepada orang lain, sesungguhnya sedang beribadah kepada Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik daripada hasil kerja tangannya sendiri.” (HR.Bukhari)

Hadis ini menegaskan bahwa usaha sendiri membawa kekayaan hakiki. Selain itu, bekerja membantu seorang Muslim menghindari sifat meminta-minta dan membuka ladang pahala ketika ia meniatkannya untuk kebaikan.

Menjaga Kehormatan dan Kemandirian

Bekerja membuat seseorang hidup mandiri tanpa bergantung pada orang lain. Rasulullah ﷺ mengajarkan umatnya untuk mengutamakan kemandirian, bahkan dalam urusan kecil. Beliau bersabda:

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

“Sungguh, seseorang di antara kalian mengambil tali, lalu pergi ke gunung untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian membawa di atas punggung dan menjualnya, itu lebih baik daripada dia meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau menolaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan agar setiap muslim memilih bekerja keras meski hasilnya sederhana daripada hidup dari belas kasihan orang lain. Dengan kata lain, seorang Muslim menjaga harga dirinya dengan menjadi mandiri.

Selain mengajarkan kemandirian, Islam menekankan pentingnya etos kerja yang jujur, amanah, dan profesional. Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan setiap Muslim untuk menunaikan amanah dan melarang segala bentuk penipuan. Firman-Nya:

“Dan sempurnakanlah takaran dan penimbangan dengan adil. Kami tidak mendudukkan seseorang kecuali menurut kesanggupannya.” (QS. Al-An’am : 152)

Oleh karena itu, seorang muslim yang bekerja jujur tidak hanya menjaga keberkahan rezekinya, tetapi juga membangun kepercayaan masyarakat. Pada akhirnya, keberkahan itu membuat rezeki membawa ketenangan hati, kesehatan, dan manfaat luas.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Bekerja untuk Memberi Manfaat

Selain itu, bekerja memberi peluang bagi seorang Muslim untuk menjadi pribadi yang bermanfaat. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni)

Melalui pekerjaan, seorang Muslim dapat menciptakan lapangan kerja, menafkahi keluarganya, membantu fakir miskin, dan membangun masyarakat. Dengan demikian , ketika ia meniatkan pekerjaannya untuk memberi manfaat, ia meraih nilai ibadah ganda: untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain.

Para nabi meneladankan pentingnya bekerja. Nabi Muhammad ﷺ pernah menggembala perdagangan dan perdagangan. Nabi Daud ‘alaihissalam bekerja sebagai pandai besi, sedangkan Nabi Zakaria ‘alaihissalam menjadi tukang kayu. Fakta ini menunjukkan bahwa para nabi menjalani pekerjaan meskipun memiliki derajat mulia di sisi Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

“Sebaik-baiknya pekerjaan adalah pekerjaan yang dilakukan dengan tangan sendiri, dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR.Ahmad)

Hadis ini menegaskan bahwa pekerjaan halal yang dilakukan dengan sungguh-sungguh memiliki derajat tinggi.

Menjadi Sarana Menunaikan Kewajiban

Islam menetapkan kewajiban finansial seperti zakat, infak, sedekah, dan nafkah keluarga. Jelaslah bahwa seorang Muslim hanya dapat menjalankan kewajibannya jika memiliki penghasilan halal. Dengan bekerja , ia mampu memenuhi kewajiban tersebut sekaligus membantu mengurangi kemiskinan.

Allah berfirman:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi…” (QS. Al-Qashash: 77)

Ayat ini memerintahkan umat Islam menyeimbangkan antara mencari kebahagiaan akhirat dan memenuhi kebutuhan dunia.

Dengan bekerja berarti telah  mengisi waktu dengan aktivitas bermanfaat dan menjauhkan diri dari kemalasan. Sebab , kemalasan membuka pintu bagi perbuatan tercela seperti berhutang berlebihan, menipu, atau meminta-minta tanpa alasan sah. Rasulullah ﷺ bahkan berdoa:

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, dengan bekerja, seorang Muslim melatih dirinya untuk aktif, produktif, dan mandiri.

Bekerja dalam Islam menjadi ibadah yang mengandung dimensi spiritual, sosial, dan moral. Oleh karena itu, seorang muslim yang bekerja dengan niat ikhlas, cara halal, dan etos kerja yang baik, menjaga kemandirian, memupuk rasa tanggung jawab, serta memberi manfaat bagi diri dan masyarakat.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement